Organic waste recycling – modern flat design style illustration. Recyclable litter, food scraps, kitchen slops, rotten vegetables, fruit and a special black bin. Eco lifestyle, garbage sorting concept

Berikut ini ide-ide unik daur ulang sampah organik di berbagai negara. Ada yang menjadikan daun nanas sebagai piring hingga membuat pembalut wanita dari pelepah pisang. 

 

TOKOHINSPIRATIF – Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah adalah dengan melakukan daur ulang. Cara ini memungkinkan sampah untuk diproses kembali menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan.

Sampah terdiri dari dua jenis, salah satunya organik. Sampah organik, seperti sayuran dan buah-buahan, biasanya didaur ulang menjadi kompos. Namun, mereka dapat diubah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Berikut ini adalah sederet cara mendaur ulang sampah organik yang tak biasa di berbagai dunia.

Karpet dari Batang Pisang

Ilustrasi: Karpet dari pelepah batang pisang. (medcom)

Biasanya, batang pisang didaur ulang menjadi kompos untuk menyuburkan tanah. Akan tetapi, Kimani Muturi dari TexFad melihat potensi lain dari buah tersebut.

Didirikan pada 2013, Kimani dan TexFad menyulap batang-batang pisang menjadi karpet, alas piring, dan bahkan ekstensi rambut.

Untuk membuatnya, batang pisang perlu dipotong-potong terlebih dahulu untuk dijemur.

Kemudian, mereka dimasukkan ke dalam sebuah mesin untuk diubah menjadi serat. Serat yang sudah jadi perlu dikeringkan kembali.

Barulah setelah itu, serat batang pisang dapat dianyam untuk dibuat menjadi karpet dengan motif yang cantik.

Butuh waktu kurang lebih 1 bulan untuk menyelesaikan satu buah karpet. Tak heran jika karpet batang pisang buatan TexFad dihargai mulai dari 500 dolar atau sekitar Rp7,5 juta.

Inovasi Saathi Membuat Pembalut Batang Pisang

Ilustrasi. Sebuah perusahaan di India memproduksi pembalut wanita dari pelepah pisang.

Masih dari bahan batang pisang, ternyata selain menjadi bahan pembuat karpet, pelepah pisang dapat diubah menjadi pembalut. Ini dilakukan di India.

Berangkat dari permasalahan kebutuhan pokok perempuan India, Saathi berinovasi dengan menciptakan pembalut yang terbuat dari batang pisang. Mirip seperti yang dilakukan TexFad, batang pisang terlebih dahulu diproses menjadi serat.

Serat yang sudah jadi lantas disatukan dengan bahan-bahan lain. Setidaknya dari satu batang pohon pisang saja bisa tercipta sekitar 3.000 ribu buah pembalut. Luar biasa, bukan!

Lebih lanjut, Saathi sendiri menjamin bahwa pembalut hingga kemasan yang mereka buat benar-benar ramah lingkungan. Perusahaan yang berdiri sejak 2015 itu telah membantu memenuhi kebutuhan ‘bulanan’ setiap perempuan di India.

Briket Kelapa Asal Sierra Leone

Ilustrasi. Di Afrika Barat, tempurung kelapa untuk disulap menjadi briket-briket arang.

Produk daur ulang sampah organik yang satu ini juga muncul akibat sebuah permasalahan lingkungan. Sierra Leone, sebuah negara di Afrika Barat, menghadapi permasalahan deforestasi yang cukup memprihatinkan.

Maraknya penebangan pohon menyebabkan tidak ada lagi yang mampu menahan tanah ketika badai menerjang. Karena hal tersebut, Alhaji Siraj Bah hadir dengan sebuah gebrakan untuk membuat arang dari tempurung kelapa.

Selama ini, masyarakat di Freetown, ibu kota Sierra Leone, masih bergantung pada arang yang berasal dari kayu pohon. Di waktu yang bersamaan, kelapa merupakan salah satu buah favorit di sana sehingga sangat mudah untuk menemukannya.

Alhaji lantas mengumpulkan tempurung kelapa untuk disulap menjadi briket-briket arang. Produk buatannya memang sedikit lebih mahal dari arang biasa. Namun, briket tempurung kelapanya mampu menyala selama 4 jam dan menghasilkan asap lebih sedikit.

Pasar briket buatan Alhaji sendiri sudah mencapai Jerman dan Inggris. Kendati demikian, dirinya masih punya PR besar dalam meyakinkan masyarakatnya sendiri untuk beralih ke arang ciptaannya yang lebih ramah lingkungan.

Mengubah Mahkota Nanas Menjadi Piring

Ilustrasi. Serat dari daun nanas ternyata bisa dimanfaatkan untuk membuat piring.

Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan lingkungan di Kolombia. Negara Amerika Selatan tersebut juga tengah berupaya mengurangi penggunaan plastik dengan pengadaan penambahan pajak.

Guna menciptakan lingkungan yang lebih bebas plastik, Andres Benavides dan Claudia Barona dari Lifepack memutuskan untuk membuat piring dari mahkota nanas. Jadi, bagian atas nanas dihaluskan, kemudian dicampur dengan kertas daur ulang.

Selepas itu, mahkota nanas yang sudah halus dibuat menjadi lembaran-lembaran untuk selanjutnya dijemur. Setelah kering, lembaran tersebut dibentuk oleh mesin menjadi piring.

Piring buatan Lifepack ini tentu ramah lingkungan. Apabila Kawan menaruhnya di tanah dan menyiraminya, maka dalam beberapa hari, akan muncul tunas.

Di samping mahkota nanas, perusahaan ini juga membuat wadah makanan lain. Sebagai contoh, mereka juga membuat wadah roti isi dan pegangan cangkir kopi yang di dalamnya terkandung biji stroberi atau daun ketumbar.

Menarik sekali ide brilian mereka, ya. Berangkat dari sebuah keterbatasan, ternyata bisa menjadi peluang binis yang mendulang keuntungan ganda: tetep cuan dan lingkungan terselamatkan.***