Hutan mangrove di Indonesia ternyata menyimpan bermacam fakta unik dan menarik untuk kita gali. Di antaranya memiliki cakupan area hutan mangrove paling luas. Sekitar 3 juta hektare hutan mangrove tersebar di 95.000 km pesisir se-Indonesia.

TOKOH INSPIRATIF – Mangrove adalah kelompok tanaman pantai tropik dan subtropik berupa pepohonan atau semak-semak yang mampu hidup dan beradaptasi di daerah payau. Wilayah yang terkena pasang surut air laut dan kawasan yang mempunyai salinitas garam yang tinggi.

Pepohonan mangrove di Indonesia secara umum menampung 10 sampai 15 persen karbon biru dan lebih baik daripada cadangan karbon pesisir global yang rata-rata sebesar 0,5 persen saja.

Berdasarkan penelitian Daniel Murdiyarso dan tim pada tahun 2015, jumlah cadangan karbon pesisir dari hutan mangrove Indonesia sebesar 3,14 miliar ton karbon. Jumlah cadangan karbon pesisir kita meliputi 1/3 simpanan karbon pesisir global.

Masyarakat lokal yang tinggal di area hutan mangrove sering memanfaatkan berbagai bagian dari pohon-pohon mangrove untuk kebutuhan sehari-hari seperti kayu bakar, furnitur serta olahan makanan dan minuman.

Dengan mencegah deforestasi dan penggundulan hutan mangrove saja, Indonesia dapat memenuhi 1/4 dari target pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 26 persen di tahun 2020. Fungsi hutan mangrove di bawah air berguna sebagai tempat tinggal, bernaung, bertelur dan mencari makan bermacam-macam ikan dan spesies air lainnya mencakup udang dan kepiting.

Di atas permukaan, dahan, ranting, batang tubuh dan kanopi mangrove menjadi tempat tinggal dan sarang bagi burung-burung, serangga, primata dan hewan-hewan lain. Di kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, kawasan hutan mangrove menjadi habitat tinggal primata endemik yang hampir punah, yaitu Bekantan.

Hutan mangrove yang lebat dan memiliki akar kokoh dapat mengurangi dampak negatif dari badai siklon tropis, terjangan gelombang dan pasang surut, serta meminimalisir kerusakan yang timbul dari tsunami ke area pemukiman sekitar pantai. Peranan utama mangrove sangat krusial dalam menekan abrasi dan pengikisan tanah akibat ombak, serta pasang-surut air laut di wilayah pesisir.

Bermacam manfaat, kegunaan, dan keunggulan hutan mangrove perlu dijaga kelestariannya. Sebab kerusakan yang timbul akibat pengaruh campur tangan manusia maupun faktor alamiah akan mengganggu keseimbangan ekosistem di kawasan perairan.

Terlebih lagi, efek pemanasan global yang setiap hari terjadi dapat diminimalisir oleh hutan mangrove. Maka, hutan mangrove di tanah air rata-rata 5 kali lebih efektif dalam menyerap karbon dari udara dibandingkan hutan topis pegunungan tinggi.

Tak hanya itu, hutan mangrove di Indonesia ternyata menyimpan bermacam fakta unik dan menarik untuk kita gali. Di antaranya memiliki cakupan area hutan mangrove paling luas. Sekitar 3 juta hektare hutan mangrove tersebar di 95.000 km pesisir se-Indonesia.

Tinggi pohon mangrove yang terdapat di tanah air ternyata dapat mencapai 50 meter. Hutan mangrove juga dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah pesisir Indonesia. Bahkan, rata-rata kawasan hutan mangrove mampu menyimpan serapan karbon dan gas rumah kaca 5 kali lebih banyak dibanding hutan tropis pegunungan tinggi.

Nah, selain fakta-fakta di atas, terdapat sejumlah fakta menarik hutan mangrove lain yang perlu diketahui.

1. Asal Kata Mangrove

Menurut buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, asal kata mangrove tidak diketahui secara jelas.

Macnae (1968) berpendapat kata mangrove adalah perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Menurut Mastaller (1997), kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi.

Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) menjelaskan mangrove sebagai tumbuhan di daerah pasang surut. Saenger, dkk (1983) juga mendefinisikan mangrove sebagai formasi tumbuhan daerah litoral khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang berlindung.

Soerianegara (1987) menuturkan bahwa hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh di tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Jenis pohon di hutan mangrove, antara lain Aicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa.

2. Mangrove Tumbuh di 124 Negara

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam sambutannya di Konferensi International Ekosistem Mangrove Berkelanjutan 2017 mengatakan bahwa mangrove tumbuh di 124 negara tropik dan sub-tropik.

Indonesia bersama Australia, Brazil, Nigeria, dan Mexico memiliki 48 persen dari luas hutan mangrove dunia seluas 15,2 juta hektar.

3. Indonesia Menyumbang 23 Persen Area Mangrove

Berdasarkan data One Map Mangrove, ekosistem mangrove di Indonesia seluas 3,5 juta ha. Sekitar 18—23 persen dari luas ekosistem mangrove dunia.

Sementara itu, Brazil menyumbang 1,3 juta hektar, Nigeria 1,1 juta hektar, dan Australia 0,97 hektar.

Ekosistem mangrove Indonesia tersebar di 257 kabupaten/kota. Paling luas terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 hektar (38 persen), Kalimantan 978.200 hektar (28 persen), dan Sumatera 673.300 hektar (19 persen).

4. Indonesia Tercatat Memiliki 202 Jenis Mangrove

Mengutip buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, setidaknya ada 202 jenis mangrove di Indonesia. Jumlah itu meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku.

Sebanyak 43 jenis ditemukan sebagai mangrove sejati. Saenger, dkk (1983) mencatat 60 jenis mangrove sejati. Jadi, dapat dikatakan Indonesia kaya akan jenis mangrove.

5. Ada 14 Jenis Mangrove Langka di Indonesia

Indonesia memiliki 14 jenis mangrove langka, terdiri dari lima jenis umum setempat tetapi langka secara global, lima jenis langka di Indonesia tetapi umum di tempat lainnya, dan empat jenis berstatus langka secara global.

Jenis yang langka secara global, yakni Amyema anisomeres (mangrove sejati), Oberonia rhizophoreti, Kandelia candel, dan Nephrolepis acutifolia.

6. Mangrove Penyelamat Pantai

Mangrove patut dilestarikan karena perannya sangat penting. Mangrove mampu menyelamatkan pantai dari gelombang, angin, dan badai.

Hal ini telah terbukti, akhir 1993 silam, Dusun Tongke-tongke dan Pangasa, Sinjai, Sulawesi Selatan terlindung dari tsunami karena mangrove yang lebat dan tebal. Sementara dusun tetangganya mengalami kerusakan cukup parah.

Selain itu, mangrove juga bermanfaat untuk dijadikan kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kertas, kulit, obat-obatan, bahkan perikanan.

7. Jenis-jenis mangrove

Ada berbagai macam jenis mangrove yang dapat ditemui di Indonesia. Dikutip dari Kementerian Kelautan dan Perikanan meliputi spesies-spesies dalam genus, yaitu:

  • Avicennia, sering kita sebut dengan “Api-api” terdiri atas 5 spesies, yaitu A. alba, A. eucalyptifolia, A. lanata, A. marina, dan A. officinalis;
  • Bruguiera, 6 jenis Bruguiera yang terdapat di tanah air, seperti B. cylindryca, B. exaristata, B. gymnorrhiza, B. haenessii, B. parviflora, dan B. sexangula;
  • Ceriops, hanya ada 2 spesies yang bisa kita jumpai, yaitu C. decandra dan C. tagal;
  • Rhizophora, 3 jenis yang hidup meliputi R. apiculata, R. mucronata, dan R. stylosa;
  • Sonneratia, kadang kita mengenalnya dengan istilah “Pedada” dan mencakup 3 spesies tanaman di antaranya S. alba, S. caseolaris, dan S. ovata.

Itulah fakta menarik mangrove yang patut diketahui. Pelestarian mangrove harus tetap dilakukan agar tak ada lagi kerusakan. Yuk, sama-sama peduli lingkungan!***