Insinyur Teknik Jadi Miliader Lengkuas

 


Pemuda satu ini memilih menjadi petani setelah meraih gelar sarjana. Lahan tidak produktif yang dulu dikelolanya kini menjadi penghasil rempah-rempah berkualitas internasional.

Jika ditanya mengenai cita-cita, sebagian besar generasi milenial tentu bergumam ingin mendirikan perusahaan start up, youtuber, influencer hingga profesi lainnya yang syarat dengan teknologi. Namun tidak demikian dengan Adi Pramudya. Pemuda berusia 26 tahun ini justru merantau dari Pati, Jawa Tengah ke Jakarta untuk menjadi seorang petani.

Musibah yang melanda toko kelontong milik sang ibu delapan tahun yang lalu membuatnya tak ingin membebani keuangan keluarga.

Adi sendiri mengaku mendapat beasiswa melanjutkan perguruan tinggi di Universitas Telkom di Bandung, Jawa Barat. Namun ia berpikir panjang bahwa tentunya uang saku yang dibutuhkannya hidup di kota Kembang tak sedikit.

Ia pun memilih merantau ke Jakarta. Kebetulan kakaknya telah lama menetap di ibukota. Sehingga untuk msalah tempat tinggal telah teratasi, tinggal bikin usaha untuk menghidupi diri dan bayar uang kuliah. Ia kemudian bekerja serabutan untuk mengumpulkan pundi-pundi tabungan demi melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah.

Pemuda asal Pati ini memang pintar melihat peluang. Meskipun bisnis komoditi pertanian kurang dilirik, fakta tersebut justru dilihatnya sebagai sebuah peluang besar. Apa lagi Indonesia pada dasarnya adalah negara agraris yang tanahnya subur dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Sembari kuliah, ia memberanikan diri menanam singkong di lahan yang disewanya di Jonggol. Meski untung, ia tak mau berdiam diri di zona nyaman. Adi mencari tahu tanaman lain yang lebih menguntungkan untuk dibudidayakan. Hingga akhirnya Adi beralih menanam rempah-rempah dan sukses luar biasa.

Adi Pramudya membuktikan bahwa sektor pertanian terutama agribisnis yang tidak banyak dilirik oleh anak muda ini telah membuatnya sejahtera. Tidak hanya mensejahterakan dirinya saja, melainkan juga orang-orang di sekitarnya.

“Selama manusia masih makan, di situlah petani masih dibutuhkan,” begitu Adi menuliskan kata-kata motivasi dalam caption foto di akun twitternya.

***

Adi Pramudya lahir dari keluarga pedagang. Keluarga yang memberikan jiwa berbisnis yang kuat dalam dirinya. Secara tidak langsung, Adi banyak belajar detil-detil bisnis dari sang ayah, seperti bagaimana berdagang yang baik, melayani pelanggan atau sekedar menghitung keuangan. Kehidupan yang memberinya mimpi besar, sukses sebagai seorang entrepreneur.

“Sejak sekolah dasar saya sudah membantu orang tua. Dari nimbang beras, nimbang kemiri. Jadi, praktek dasar berdagang itu ada di saya, makanya saya bersyukur,” ujarnya.

Keinginan Adi untuk menjadi pengusaha yang berpenghasilan, sudah ada sejak di bangku SMP. Saat itu, toko kelontong orang tuanya habis terbakar, sehingga mereka harus memulai usaha dari awal. Dari kejadian tersebut, Adi bertekad akan membahagiakan orang tua dengan memiliki penghasilan sendiri.

Meski begitu, keputusannya menjadi seorang pengusaha saat itu bukan tanpa penolakan dari keluarga. Seperti kebanyakan orang tua Jawa, bapak ibunya lebih berharap Adi menyelesaikan kuliah dan menjadi pegawai negeri. Mereka kurang setuju anaknya bercita-cita menjadi pengusaha. Hal tersebut dianggap wajar oleh Adi. Namun, Adi tetap pada pendiriannya dan akan membuktikan bahwa menjadi pengusaha memiliki masa depan cerah.

Sembari menjalankan kegiatan perkuliahan di Universitas Gunadarma, Depok, Adi mencoba peruntungan berbisnis di  bidang kuliner dengan menjual pisang cokelat menggunakan gerobak di daerah Jagakarsa, Jakarta.

Usahanya tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan pada awal berdirinya. Berkembang hingga 4 gerai. Namun masalah kemudian mulai muncul bertubi tubi hingga membuatnya menyerah. Kegagalan ini sempat membuatnya trauma menjalankan bisnis. Namun satu hal yang menguatkan dirinya adalah keyakinan bahwa kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika kita memutuskan berhenti berjuang. Dari situ Adi merasa tidak ada alasan untuk berhenti.

Adi sempat vakum berbisnis, sampai akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang bisnis di bidang pertanian ketika bertandang ke daerah Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Dari situ Adi bertekad untuk menekuni usaha agribisnis. Ide tersebut seperti mengalir begitu saja saat Adi melihat potensi besar dari sebuah lahan yang luas dan belum digarap. Bisnis pertanian, bidang usaha yang tergolong kurang diminati.

Saat itu, tahun 2011, pria lulusan Teknik Industri ini menyewa lahan dengan luas tidak sampai satu hektare seharga Rp 2,5 juta yang uangnya dia dapat hasil meminjam dari sang kakak. Sejak awal, Adi menyadari, memang tak tahu menahu tentang pertanian. Namun dengan tekad, ketekunan dan niat, ia belajar langsung budidaya singkong kepada petaninya selama tujuh bulan.

“Kalau mau belajar tani ya belajarlah kepada gurunya pertanian, yaitu ya petaninya. Jangan belajar dari buku karena buku dibikin kan supaya laku. Kalau buku menceritakan soal rugi, siapa yang mau beli,” ujar Adi.

Komoditas pertama yang dia tanam adalah singkong. Cukup berhasil, namun ternyata harga jual hasil panen singkong tidak stabil di pasar. Hal ini membuat laba bersih yang dia peroleh menjadi terlampau kecil.

Adi kemudian melihat peluang yang lebih menggiurkan dengan berbisnis rempah, saat berbincang dengan tetangga lahannya yang petani rempah. “Waktu itu dia menanam lengkuas. Cuma di lahan 1.000 meter, tapi bisa menghasilkan uang Rp 5 juta sekali panen. Dengan modal hanya sejuta, artinya untung Rp 4 juta. Luar biasa, keuntungan 400%. Akhirnya saya belajar dari dia,” cerita Adi mengenang.

Tahun 2012, Adi mencoba peruntungannya dengan mulai menanam lengkuas di lahan seluas 2 hektare. Ternyata dengan modal 40 juta untuk satu hektare lahan lengkuas, Adi bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 90 juta tiap kali panen.

Seiring berjalannya waktu, Adi mampu memperluas lahan tanamnya menjadi lima hektare pada 2013. Empat hektare digunakan untuk menanam lengkuas dan sisanya untuk menanam kunyit dan kencur. Usahanya tersebut pun akhirnya juga menghasilkan keuntungan.

Bisnisnya berkembang pesat pada tahun 2014. Saat itu Adi telah mengelola lahan seluas 11,5 hektare. Sekitar 70 persen lahan masih dalam status sewa, sedangkan 30 persen sisanya sudah di atas lahan miliknya sendiri.  Setiap lahan bisa menghasilkan 35-40 ton rempah. Setiap kali panen omzetnya hingga Rp300 juta.

Kini Adi telah mengelola lahan seluas 27 hektare.  Dengan panen hingga 30 ton rempah dan menjualnya dengan harga Rp2.000 per kilonya. Dengan perkiraan mendapatkan Rp60 juta dalam satu hektarnya, maka dari 27 hektare lahan, omzetnya sekitar Rp1,6 M.

Hanya dalam kurun waktu dua tahun, Adi berhasil menguasai pasar-pasar induk di seluruh Jabodetabek sebagai salah satu pemasok bumbu dapur. Setelah menguasai pasar lokal, pangsa pasar ekspor mulai diliriknya dan berhasil. Ekspor rempah Adi  tembus hingga mencapai Eropa, dengan mengirimkan lengkuas ke Jerman dan Belanda.

Sejak saat itu perusahaannya, C.V. Anugrah Adi Jaya terus berkembang. Kini, tak hanya lengkuas saja, beberapa komoditas rempah lainnya sudah ditanamnya. Keberhasilan tersebut menjadikan bisnis pertanian milik pemenang Wirausaha Muda Berprestasi pada tahun 2014 Kemenpora kian berkibar.

Bagi Adi, bisnis yang digelutinya ini tak sekedar hanya memberikan profit finansial bagi dirinya, tapi juga memberikan kontribusi bagi lingkungan sosialnya.

“Ada buruh tani yang sudah berumur 60 tahun bekerja di tempat saya mengatakan‘kami sangat berterima kasih Bapak sudah datang ke sini’. Hal yang membuat saya terharu adalah pengakuan dia setiap malam berdoa untuk saya. Dari situ saya benar-benar mencintai bisnis ini,” ujarnya.

Kecintaan itulah yang membuat Adi merasa wajib mensejahterakan juga orang-orang disekitarnya. Adi membentuk kelompok tani. Selain untuk berbagi kesejahteraan, juga untuk menguatkan pondasi usahanya. Supaya bisa terus memasok rempah-rempah sesuai permintaan pasar dan pasokan ke pasar induk tanpa henti, lantaran waktu panen yang cukup lama. Jika tidak berkelompok dan mengorganisir diri, produksi tanaman akan terbatas dan gagal memenuhi permintaan.

Bersama kelompok taninya, Adi juga membentuk koperasi yang memberikan pinjaman berupa bibit dan pupuk. Mengembangkan produk turunan dari hasil produksi rempah-rempahnya, yaitu produk sejenis minuman.

Tidak hanya itu, Adi juga masih punya mimpi besar lain yaitu membuat agrowisata pada lahan pertaniannya. “Konsepnya mirip dengan Taman Buah Mekarsari tetapi berisi aneka rempah,” kata Adi dengan penuh semangat.

Tak hanya bertani, suami dari Devi Kharisma ini kini tengah menjajal bisnis peternakan ayam broiler bersama teman-temannya. Ia pun berhasil meraup omset hingga Rp 9 Miliar tiap memanen ayam broiler yang hanya membutuhkan waktu 35 hari untuk siap dipotong.

Adi mengaku tak pernah bermimpi menjadi petani. Namun kini ia bersyukur bisa memilih profesi ini, karena selain meraih keuntungan yang begitu banyak, menjadi petani juga dinilainya sebagai ibadah.

“Kalau ditanya asyiknya jadi petani, selain profit saya mikir lebih ke ibadah. Ketika tanaman kita dimakan banyak orang itu jadi sel, jadi darah di tubuhnya dan saya dapat amal jariyah yang tidak akan putus,” tambah lelaki yang telah menyelesaikan studi S2-nya di bidang psikologi industri.

Atas keberhasilannya menjadi petani muda, pemuda asal Bajomulyo, Juwana, Pati, Jawa Tengah, ini mendapat penghargaan sebagai Young Heroes oleh Program Kick Andy yang dipilih dari seluruh Indonesia.

Ia pun berpesan pada generasi muda agar tak menganggap remeh profesi petani karena selain menguntungkan, juga dapat menjadi pahlawan ketahanan pangan di negara sendiri.

“Buat temen-temen, jangan malu jadi petani karena bidang ini jantung bagi negara. Kita berperang bukan dengan penjajah, tapi jadi pahlawan di negara sendiri untuk menyediakan pangan bagi ratusan juta orang,” ujarnya memberi pesan.

Riwayat Hidup

Biodata

Nama               : Adi Pramudya

TTL                 : Pati, 16 April 1992

Pekerjaan         : Pengusaha Agrobisnis

e-mail              : adipramudya.ind@gmail.com

Pendidikan

S-1 Fakultas Teknik Industri, Universitas Gunadharma

Penghargaan

Young Entrepreneur 2012 versi Majalah universitas Gunadharma.

Pemenang Spririt GKN 2013 Kementerian Koperasi dan UMKM.

Juara 1 Wirausaha Muda Berprestasi pada tahun 2014 Kemenpora.

Penghargaan Young Heroes dari Program Kick Andy tahun 2016. #