Kehadiran Bank Sampag di tengah warga terbukti membantu mereka di kala susah. Anggota Bank Sampah Nurul Hikmah di Kabupaten Tegal, dan anggota Bank Sampah Maggot di Sukabumi telah merasakannya.

TOKOHINSPIRATIF.ID – Gemar menabung membawa berkah. Itulah yang dirasakan warga Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Karena rajin menabung sampah di Bank Sampah Nurul Hikmah, mereka bisa menarik tabungan yang jumlahnya hingga jutaan rupiah.

Salah satu anggota yang memetik untung dari menabung sampah di Bank Sampah Nurul Hikmah adalah Rofi,  36 tahun. Saat ini, saldo tabungan sampah warga desa Tuwel ini mencapai Rp 1.579.150.

“Tahun-tahun sebelumnya, tabungan saya bisa mencapai Rp 3 juta. Tapi karena harga barang sampah turun, jadi saya hanya bisa mendapat setengahnya,” tuturnya.

Nenek Ummu Ilah, 75 tahun, juga memetik untung dari menabung sampah. Warga desa Tuwel ini telah menabung sampah Juli 2019 sampai sekarang. saldo tabungannya sekarang sudah terkumpul Rp 516.230. “Hasil tabungan, akan saya pakai buat kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.

Ummu menceritakan, ia mengumpulkan sampah di rumah dan sekitar lingkungannya. Setiap minggu, sampah itu ditabungkan ke bank sampah Nurul Hikmah.

Bendahara Bank sampah Nurul Hikmah, Umi Atiqoh, mengungkapkan, ada sekitar 60 nasabah Bank Sampah Nurul Hikmah yang mencairkan tabungan. Nominalnya pun berbeda-beda, sesuai rajin menabung sampahnya.

“Nasabah bank sampah setiap menjelang lebaran, akan mencairkan tabungan buat kebutuhan di bulan Ramadan dan sehari-hari atau buat beli persiapan di saat lebaran,” ungkapnya.

Tetapi, menurut dia, pada tahun ini terasa beda karena harga barang sampah yang dijual itu turun hampir 50 persen. Kardus sekarang hanya Rp1.000 biasanya sampai Rp2.000/kilo. Aqua gelas biasanya Rp 4.000 sekarang paling Rp 3.000/perkilo. Jadi para nasabah untuk tabungan agak berkurang. “Harga turun karena pengaruh ekonomi lesu akibat pandemi Corona,” kata dia.

Bank Sampah Nurul Hikmah sudah berdiri sejak 2014. Untuk sampah yang bisa ditabung di bank sampah antara lain jenis bahan plastik. Seperti ember, botol, aqua, logam seperti panci bekas, seng kaleng, besi kabel, kardus dan aneka kertas dan banyak lainnya.

“Nasabah terdiri dari ibu-ibu. Seperti saat pandemi sekarang ini, seorang ibu pasti merasakan kondisi dapur rumahnya. Setelah mendapat pencairan dari bank sampah para ibu-ibu bisa tersenyum lega,” tutur dia.

“Jadi tidak apa-apa tidak dapat BLT, yang penting dapat tabungan dari sampah. Hampir satu tahun menabung sampah dan hasilnya bisa buat kebutuhan di saat pandemi,” kata Umi Atiqoh.

Di Sukabumi, Jawa Barat, kehadiran bank sampah juga menyelamatkan warga yang rajin menabung sampah di tengah keprihatinan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di Kampung Ciseupan Hilir Desa Ciseupan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi, sebanyak 50 ibu-ibu anggota komunitas Bank Sampah Maggot (BSM) yang tergabung dalam incubi farm ini mendapatkan satu paket sembako dari jerih payahnya sendiri. Mereka mendapatkan kupon sembako dari hasil ‘menabung’ sampah organik rumah tangga di rumah masing-masing. Setiap 100 poin berhak mendapatkan 1 kupon sembako berisi minyak goreng dan gula.

“Hari ini anggota Bank Sampah Maggot (BSM) Incubifarm cabang Ciseupan Hilir kembali dapat paket sembako, dari point sampah organik yang mereka kumpulkan,” jelas kordinator BSM cabang Ciseupan, Solihin, pada Minggu 12 April 2020.

BSM sendiri memiliki banyak cabang anggota pengumpul sampah organik yang rata-rata terdiri dari  ibu rumah tangga. Sesuai konsep dengan bank sampah, mereka mengumpulkan sampah dan menyetornya pada BSM untuk mendapatkan poin. Setelah mencapai jumlah point tertentu, anggota bank sampah bisa menukarnya dengan beraneka macam keperluan, salah satunya paket sembako.

“Alhamdulilah kami konsisten memberikan paket sembako yang sesungguhnya merupakan hasil jerih payah dari para angora BSM. Walaupun tidak banyak, tapi paket sembako ini cukup membantu anggota kami di saat sulit seperti sekarang,” sambung Solihin.

BSM sendiri terus membuka pintu bagi warga untuk bergabung. Sampah organik yang dikumpulkan dari warga adalah bahan baku utama produksi tepung maggot (tepung yang berasal dari larva lalat tentara hitam) yang dibudidayakan incubifarm.

“Kami berharap ke depan tak hanya bisa menukar dengan sembako, tapi kami ingin menukar sampah organik dari anggota dengan mini gold, sehingga bernilai ekonomis lebih tinggi,” pungkasnya.