foto: BP-guide

Beberapa sampah parsel dan hamper, seperti saput plastik tipis (cling wrap), plakban plastik, anyaman rotan sintesis, dan plastik pembungkus makanan membutuhkan waktu puluhan tahun hingga ratusan tahun untuk bisa terurai di Bumi.

TOKOH INSPIRATIF – Tak hanya Lebaran, perayaan Hari Natal dan Tahun Baru pun identik dengan parcel maupun hampers sebagai penyambung tali silaturahmi maupun kasih sayang. Namun di balik itu, ada potensi sampah yang harus disikapi dengan bijak.

Dikutip dari sampahlaut.id, tidak semua material wadah ataupun pembungkus barang isi dalam parsel dan hamper ramah lingkungan. Beberapa sampah parsel dan hamper, seperti saput plastik tipis (cling wrap), plakban plastik, anyaman rotan sintesis, dan plastik pembungkus makanan membutuhkan waktu puluhan tahun hingga ratusan tahun untuk bisa terurai di Bumi.

Lantas, bukan berarti jadi enggan atau sampai menolak kiriman parsel dan hamper. Jalinan tali silahturahmi tetap tidak boleh diabaikan, tetapi saat bersamaan warga bisa membantu lingkungan tetap hijau.

M Bijaksana Junerosano, pendiri dan Managing Director Waste4Change, menyampaikan, langkah pertama yang harus dipahami individu adalah mengenali bagian-bagian sampah kemasan parsel dan hamper yang umumnya terdiri dari bagian yang bisa didaur ulang dan bagian yang sulit didaur ulang. Contoh material yang bisa didaur ulang meliputi plastik, bubble wrap, kotak kardus/kertas, kertas pembungkus, dan kartu ucapan yang berbahan kertas.

Sementara contoh material yang sulit didaur ulang berupa stiker, plastik dengan stiker perekat yang sulit dipisahkan, kardus atau kertas yang tertempel selotip, maupun plakban, serta plastik atau kertas yang basah terkena makanan.

Langkah kedua, setelah paham bagian-bagian dari parsel dan hamper beserta material yang dipakai, individu bisa membersihkan label, stiker, dan selotip yang menempel pada kertas, kardus, dan plastik. Apabila kesulitan, individu dapat memotong bagian yang terdapat tempelan tersebut, lalu memasukkan ke kelompok sampah yang sukar didaur ulang.

”Pilah dan kelompokkan sampah sisa kemasan parsel ataupun hamper sesuai jenis materialnya, seperti plastik, kertas/kardus, serta sampah susah didaur ulang,” ujarnya.

Setelah dipilah, langkah berikutnya adalah memilih bagian beserta material dari parsel dan hamper yang masih bisa dimanfaatkan kembali di rumah. Untuk material yang tidak dapat digunakan ulang, individu perlu menyalurkan sampah tersebut ke bank sampah atau agen daur ulang tepercaya.

Environmental Economist Bank Dunia di Jakarta dan Co-Founder Think Policy Andhyta Firselly Utami, secara terpisah, berpendapat, pentingnya sebisa mungkin bagian beserta material yang dipakai di parsel dan hamper bisa dipakai ulang.

Misalnya, kardus wadah bisa digunakan kembali untuk menyimpan mainan. Kotak plastik isi makanan bisa dicuci bersih, lalu dipakai ulang sebagai kotak menyimpan kosmetik.

”Daur ulang sebenarnya tetap meninggalkan jejak karbon,” kata Andhyta.

Persoalan yang mesti diwaspadai warga adalah terdapat material wadah luaran ataupun isi produk dalam parsel dan hamper yang tidak bisa didaur ulang dan dipakai ulang. Sampah itu disebut sampah organik.

Cara menyiasati, imbuh Andhyta, adalah menghabiskan bersama anggota keluarga, teman, hingga berbagi isi produk parsel dan hamper tersebut ke tetangga sekitar dan kelompok warga kurang mampu.

Cara lainnya apabila ada sisa makanan, individu penerima bisa mencoba membuatnya menjadi pupuk kompos. Hasilnya bisa dipakai menambah kesuburan tanah di sekitar hunian dan tanaman peliharaan.

Junerosano memberikan ilustrasi, Waste4Change Bekasi menerima kurang lebih 65 persen sampah residu atau sampah yang sulit didaur ulang pada April 2021. Jenis sampah residu di antaranya adalah label, selotip, styrofoam, serta bagian dari kardus dan plastik yang sudah terkena perekat.

Fakta itu cukup menyedihkan, sebab sekarang masih jarang agen yang dapat mengelola sampah residu di Indonesia. Kalaupun ada, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Inilah alasan mengapa sebagian besar sampah residu di Indonesia masih berakhir di tempat pembuangan sampah.

”Kita bisa mengurangi produksi sampah residu dengan hal semudah memilah sampah setidaknya organik dan anorganik, juga lebih berhati-hati saat berbelanja dengan memilih produk yang bisa didaur ulang,” pungkas Junerosano.***

Sumber: https://citarumharum.jabarprov.go.id/