Dokter Gamal Albinsaid

Mendunia dengan Visi Kemanusian

Berderet prestasi tak membuat dokter Gamal Albinsaid terjebak dengan kebanggaan atas semua hasil yang diraihnya. Dia tetap fokus dengan rencana yang harus diselesaikan. Asuransi sampah yang dia rintis telah dikembangkan di sejumlah daerah dengan metode dan pendekatan kearifan lokal.

Nama Gamal Albinsaid hangat diperbincangkan karena klinik asuransi sampah yang digerakkannya dipandang mampu menyelesaikan dua permasalahan sekaligus, serta menyentuh masyarakat lapisan paling bawah. Atas ide cemerlangnya, dokter Gamal mengukir prestasi global di Inggris. Dia berhasil mendapatkan penghargaan HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneurship First Winner. Penghargaan di tahun 2014 ini diberikan langsung oleh Pangeran Charles.

 Sebelum dapat penghargaan dari Kerajaan Inggris, Gamal telah mendapatkan penghargaan dari Asoka sebagai pemuda perubahan tahun 2013. Asoka adalah lembaga social entrepreneur yang berpusat di Inggris. Asoka inilah yang kemudian mengusulkan namanya menjadi salah satu kandidat penghargaan ke kerajaan.

Baru-baru ini, Gamal pun menerima piala Kalpataru, penghargaan tertinggi bagi pelestari lingkungan hidup di Indonesia.

Menengok ke balik layar, segudang prestasi yang diraih dokter yang akrab disapa Gamal, ternyata tak datang dengan mudah. Berbagai kisah perjuangan turut mengiringi perjalannya yang panjang hingga kini dipandang di mata dunia dengan prestasi membanggakan. Klinik Asuransi Sampah dengan program yang dinamainya dengan Garbage Insurance Clinic (GCI) pun telah melalui perjuangan yang cukup berliku.

Ide membuat Klinik Asuransi Sampah pertama kali muncul saat dirinya masih menjadi mahasiswa kedokteran, di Universitas Brawijaya, Malang. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2010, Gamal dan empat kawan lainnya menjalankan ide tersebut, namun hanya mampu bertahan selama enam bulan.

Menurut Gamal, program tersebut sangat sayang untuk ditinggalkan begitu saja, sehingga dia menitipkan program tersebut kepada adik tingkat untuk dilanjutkan. Sayang, progam ini tak  berjalan dengan mulus.

 “Tahun 2012, saya udah mulai punya dana dan saya harus menjalankan program dengan modal yang saya punya. Dan tahun 2013, saya buat perusahaan,” sambungnya.

 Dilatarbelakangi Kisah Nyata

 Program asuransi sampah ini dilatarbelakangi dari kisah nyata yang terjadi Jakarta, 5 Juni 2005 lalu.  Melalui pemberitaan di media massa nasional Gamal menyaksikan bocah Khaerunissa tidak bisa pergi berobat dan meregang nyawa di atas gerobak sampah sang ayah, Supriyono. Balita tiga tahun itu menderita diare berkelanjutan. Supriyono yang bekerja sebagai pemulung tak mempunyai cukup uang untuk membawa putrinya berobat ke dokter.

Kisah, Khaerunnisa begitu menampar rasa kemanusiaan. Di era milenium ini masih ada dinding penghalang yang tebal antara masyarakat, utamanya masyarakat miskin, dengan layanan kesehatan. Penghalang inilah yang ingin dihancurkan oleh Gamal melalui program GCI alias Klinik Asuransi Sampah yang dijalankannya hingga kini.

Atas dasar kisah itu, Indonesia Medika yang didirikan oleh Gamal pun mengajak kader posyandu, PKK, pemulung, dan masyarakat untuk mengembangkan Klinik Asuransi Sampah (KAS) untuk menghancurkan barrier (penghalang) antara akses kesehatan dengan masyarakat.

“Klinik Asuransi Sampah adalah sistem asuransi kesehatan mikro berbasis kerakyatan dengan semangat gotong royong melalui pembayaran premi dengan sampah sebagai sumber pendanaan utama pelayanan kesehatan masyarakat,” kata Gamal saat dihubungi redaksi tokohinspiratif.id melalui aplikasi percakapan whatsapp.

Caranya, warga cukup menyerahkan sampahnya kepada Klinik Asuransi Sampah senilai Rp 10.000 rupiah setiap bulan dan bisa menikmati berbagai fasilitas kesehatan. Sampah yang dikumpulkan warga diolah menjadi uang sebagai `Dana Sehat` dengan Metode Takakura dan daur ulang.

Dana Sehat tersebut digunakan untuk pelayanan kesehatan secara holistik, yaitu promotif (meningkatkan kesehatan), preventif (mencegah sakit), kuratif (mengobati sakit), dan rehabilitatif (rehabilitasi yang sembuh). Sehingga walaupun tidak sakit, masyarakat tidak akan rugi, karena mendapatkan berbagai program peningkatan kesehatan.

“Dengan sistem ini, kami menghimpun potensi atau umber daya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri lalu mengembalikan sebagai akses pelayanan kesehatan holistik serta mampu dalam pengelolaan pembiayaannya,” jelas Gamal.

 Kewirausahaan sosial

 Menapaki tahun ke tiga, Indonesia Medika melahirkan inovasi baru. Yakni membikin siapapeduli.id dan homemedika.com. Siapapeduli.id merupakan platform crowdfunding pembiayaan kesehatan dengan pendekatan digital, sosial media dan gerakan kerelawanan. Sedangkan homedika.com menghubungkan antara tenaga kesehatan dengan masyarakat untuk memberikan layanan kesehatan.

Program siapapeduli.id diluncurkan Februari 2017, melibatkan 500 relawan. Dalam waktu singkat, telah mengumpulkan dana sebesar Rp1 miliar untuk membantu 300 pasien. Program ditujukan kepada siapapun yang membutuhkan biaya kesehatan karena keterbatasan finansial. Indonesia Medika tetap bertanggungjawab memverifikasi penerima untuk memastikan dana dari masyarakat disalurkan kepada orang yang tepat.

Program ini memiliki dua skema, yakni menggalang dana secara terbuka dan pasien datang langsung ke kantor Indonesia Medika. Sejumlah pasien yang telah terbantu antara lain bayi Adi Laksono, pasien pendarahan otak yang membutuhkan biaya operasi sebesar Rp200 juta. Dalam waktu singkat terkumpulkan dana sebesar Rp800 juta. Gamal mengaku belajar dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan empati ikut mengumpulkan dana.

“Ada ibu yang hidupnya serba terbatas ikut menyumbang. Klub vespa mengumpulkan dana. Ada pelayan restoran patungan memberikan sumbangan. Dalam keterbatasan membantu orang lain, ini bentuk lain kepahlawan dan pengorbanan,” kata Gamal.

Sementara homedika merupakan sistem aplikasi yang terhubung dengan 650 mitra. Meliputi dokter umum, perawat, bidan, ahli gizi, analis kesehatan, dokter gigi dan apoteker. Serta fasilitas kesehatan berupa ambulans, apotek dan klinik. Aplikasi ini telah tersebar di 100 kota di Indonesia.

Melalui sistem aplikasi ini pasien bisa mendapat pelayanan langsung di rumah. Jika ada pasien sakit, bisa langsung ditangani secara cepat. Menggunakan sistem subsidi silang, pasien miskin bisa mendapatkan layanan secara cuma-cuma.

Inovasi ini diharapkan menginspirasi orang lain, bisa melakukan hal yang sama atau lebih. Indonesia Media, katanya, merupakan wirausaha sosial. Sehingga Gamal menjaga lembaganya menghasilkan uang dan menyelesaikan masalah sosial. Dengan menggabungkan fungsi wirausaha untuk menyelesaikan sosial. Indonesia Medika berbentuk perusahaan dan yayasan.

“Ditarik ke tengah, perusahaan tak hanya memikirkan uang tapi juga kebermanfaatan. Sedangkan yayasan ditarik ke tengah supaya mencapai keberlanjutan. Tak hanya mengandalkan donasi, tapi harus mandiri secara keuangan.”

Untuk itu, dia memastikan inovasi berjalan berkelanjutan, stabil dan terus berjalan. “Indonesia Medika menjaga prinsip kewirausahaan sosial. Bagaimana setiap inovasi baru menghasilkan uang. Tapi bagaimana inovasi juga memberikan kemanfaatan kepada orang lain.”

Indonesia Medika juga telah bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tahap awal BPJS Kesehatan diberikan kepada 100 peserta asuransi sampah. Indonesia Media menyeleksi dan memprioritaskan peserta yang sangat membutuhkan. Sehingga peserta asuransi sampah bisa mendapat pelayanan sekunder di Rumah Sakit.

Peserta tetap membayar sampah senilai Rp10 ribu per bulan untuk pelayanan kelas III. Sementara iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp25.500, kekurangan biaya iuran dibayar melalui dana tanggung jawab sosial yang dikelola Indonesia Medika.

Indonesia Medika menyusun modul asuransi sampah secara terbuka. Bisa direplikasi dan dimodifikasi sesuai kearifan lokal di tempat lain. Seorang dosen dari Cambridge Institute for Sustainability Leadership membantu membuat profil dan manual asuransi sampah. Sehingga program serupa bisa dikembangkan di tempat lain. Untuk itu, Medika akan menyiapkan tim ahli dan manual book.

Konsep serupa juga telah dikembangkan Banjarmasin, Bandung, dan Medan. Asuransi mikro sampah ini didukung sebuah klinik yang menjangkau 200-300 peserta.

Menjaga Keikhlasan

Menjaga visi dan cita-cita menjadi tantangan terbesar Indonesia Medika. Ia ingin keberlanjutan program berlangsung 10 hingga 20 tahun ke depan. Bukan dua bulan, tiga bulan. Gamal tak ingin terjebak dengan kebanggaan atas semua hasil yang diraihnya. Tetapi harus fokus dengan rencana yang harus diselesaikan.

“Bagi saya penghargaan itu tidak penting, bahkan berbahaya, bisa merusak keikhlasan. Karena banyak diantara kita memulai pekerjaan dengan niat yang ikhlas, namun tidak banyak diantara kita yang bertahan dengan keikhlasannya. Saya berdoa dan mohon doa semoga Allah berikan saya keikhlasan hati dan keistiqomah, serta bisa menjadikan karunia ini kebaikan yang membawa kebaikan lainnya dan memberikan manfaat baik dunia, maupun akherat,” kata CEO Indonesia Medika ini.

Perjuangan Gamal tentu menjadi sebuah contoh yang patut untuk diteladani, khususnya bagi generasi muda yang menjadi tulang punggung untuk membangun bangsa. Merdeka dalam pandangan Gamal, tertanam keteladanan dari para pendahulu yang mengajarkan makna keteladanan.

“Ada dua kata dalam bahasa Belanda yang terucap sama namun tertulis berbeda, yaitu ‘leiden’ dan ‘leider’, yang masing-masing berarti ‘kepemimpinan’ dan ‘penderitaan'”, tutur Gamal. “Jadi sekarang saatnya kita berlomba-lomba untuk melakukan pengorbanan,” sambungnya.

“Jadi momen kemerdekaan kali ini adalah momen bagaimana kita menyadari pengorbanan-pengorbanan pendahulu kita dalam memerdekaan, dan mempertahankan kemauan untuk berkorban. Karena besarnya pengorbanan kita kan turut andil dalam seberapa besar keberhasilan yang kita capai,” tutupnya.

 Data Pribadi

Nama                           : Gamal Albinsaid, S.Ked

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 08 September 1989

Agama                         : Islam

Orangtua                     : Eliza Abdat (ibu) dan Saleh Arofan Albinsaid (ayah)

Pendidikan :

– Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang 2007-2011

– Pasca Sarjana Biomedika, Universitas Brawijaya Malang 2011-2013

– Program Mentoring selama setahun di Cambrige Program Sustainability Leadership 2014

Penghargaan :

  1. The HRH Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur
  2. People of The Year 2015
  3. People Choice Award 2015 from California University