Doktor farmasi ui: seledri terbukti ilmiah turunkan tekanan darah

Dalam penelitiannya, seorang doktor farmasi dari Universitas Indonesia menemukan bukti ilmiah konsumsi seledri sebagai alternatif untuk mengobati hipertensi.

Kabar baik bagi penderita hipertensi alias tekanan dara tinggi. Dr. Siska, M. Farm., Apt, ahli famarsi dari Universitas Indonesia, telah menemukan alternatif untuk mengobati hipertensi. Dalam penelitiannya, dia menemukan bukti ilmiah bahwa konsumsi seledri bisa dijadikan sebagai alternatif untuk mengobati hipertensi.

Hasil temuan ini dipaparkan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Farmasi UI, pada pertengahan 8 Januari 2019 lalu, dengan judul disertasi “Studi Interaksi Farmakodinamik dan Farmakokinetik Kombinasi Kaptopril dan Ekstrak Apium Graveolens L. sebagai Antihipertensi pada Tikus Putih Jantan”.

Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa kombinasi kaptopril dan ekstrak Apium Graveolens L atau yang biasa disebut seledri, dapat menurunkan tekanan darah sebesar 42,34 persen lebih baik ketimbang pemberian dari kaptopril tunggal.

Lebih lanjut diuraikan bahwa kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri dapat menurunkan tekanan darah dengan cara diuresis dan natriuresis.

Diuresis berhubungan dengan kondisi peningkatan produksi urine. Akibat obat-obatan tertentu, gangguan hormon pengaturan produksi urine, penyakit yang berhubungan dengan sistem kemih seperti ginjal, tensi yang tinggi, dan akibat suhu yang dingin.

Sedangkan natriuresis adalah proses ekskresi sejumlah besar natrium dalam urine. Natriuresis mirip dengan diuresis, tetapi dalam natriuresis urine sangat asin.

Penelitian yang dilakukan secara eksperimental ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakokinetik (mempelajari tentang perjalanan obat) dengan mengambil darah tikus putih jantan pada titik waktu tertentu setelah pemberian obat dan ekstrak seledri.

Konsentrasi kaptopril diukur menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa.

Kromatografi sendiri adalah teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

Bagian kedua yaitu pengujian interaksi farmakodinamik untuk efek anti-hipertensi dengan metode pengukuran tekanan darah secara non-invasive pada ekor.

Dalam paparannya Dr. Siska menunjukkan adanya korelasi antara tekanan darah dengan volume urin, di mana terjadi penurunan tekanan darah diikuti dengan peningkatan volume urin. Sebab seledri mengandung sumber flavonoid seperti apigenin, luteolin, dan crysoeriol.

”Diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat untuk ilmu pengetahuan terkait penggunaan obat herbal untuk pengobatan hipertensi. Selain itu dapat dijadikan data preklinik bagi tenaga medis untuk mendukung penggunaan herbal pada penyakit,” ucap Dr. Siska.

Namun, Dr. Siska menghimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati atas potensi risiko yang mungkin akan timbul jika menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik tanpa sepengetahuan dokter atau tenaga medis lainnya.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi kerap disebut sebagai silent killer. Pasalnya, penyakit ini tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Menurut Intisari Online, sekitar 95 persen penderitanya tidak diketahui penyebabnya yang jelas. Hipertensi seperti ini biasanya disebut hipertensi primer. Sisanya, hanya lima persen diketahui dengan jelas penyebabnya, umumnya penyakit ginjal kronis, dan disebut hipertensi sekunder.

Seledri–sebagai obat hipertensi–masuk ke dalam 32 kandidat tanaman obat yang diteliti dan dikembangkan menjadi fitofarmaka, atau tingkat tertinggi dalam kategorisasi obat tradisional. Informasi ini diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Prof S. Pramono, akhir November tahun lalu.

Fitofarmaka merupakan kategori obat tradisional yang telah melalui uji praklinis pada hewan dan uji klinis pada manusia sehingga terjamin khasiat dan keamanannya.

Selama ini, masyarakat kerap menggunakan pengobatan tradisional dalam mengatasi penyakit hipertensi. Pengobatan tradisional menggunakan herbal dianggap sebagai pengobatan alternatif karena anggapan bahwa herbal lebih aman dan mudah untuk digunakan. Salah satunya dengan konsumsi seledri. Adapun seledri, cara paling mudah untuk mengonsumsi seledri adalah dengan dijus.

Namun demikian, seperti ditekankan Dr. Siska di atas, tetap diperlukan pengawasan dokter dan pengobatan sintetik agar hasil maksimal.#