Di tangan dua mahasiswi UI ini, hujan adalah solusi bagi kebutuhan listrik dan air bersih.

Hujan bukan hanya membangkitkan suasana romatik, pun keresahan. Dalam hujan, ide kreatif bisa datang bermunculan. Itulah yang dialami dua mahasiswi dari Universitas Indonesia (UI), yakni Aziza dan Jessica. Di tangan keduanya, limpahan air hujan memiliki nilai lebih, yakni energi listrik terbarukan.

Berkat hujan, keduanya mampu menciptakan konsep Tall Building Generator Scheme: Nitinol Engine at Rooftop Coupled with Rainwater Pipe Turbine, yakni menyulap air hujan menjadi energi listrik dan juga air bersih.

Gagasan cemerlang itu bermula ketika melihat Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi. Namun sayang, air hujan tak dikelola dengan baik, bahkan mendatangkan musibah banjir.

Di sisi lain, Aziza dan Jessica begitu mengagumi cara kerja Pembangkit Listrik Tenga Air (PLTA) yang memanfaatkan arus air sebagai sumber listrik. Pertanyaan kritis pun muncul di benak kedua mahasiswi Fakultas Teknik UI ini, bila air sungai yang dibendung bisa menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik, mengapa air hujan tidak bisa?

Mengadopsi cara kerja PLTA menghasilkan listrik, mereka mulai melakukan eksperimen. Dibuatlah dua tangki untuk menampung air hujan. Air hujan yang telah tertampung nantinya akan mengalir secara otomatis lewat pipa menuju generator ketika kapasitas sudah penuh.

“Cara kerjanya serupa dengan PLTA di sungai,” ujar Aziza seperti dilansir dari hai.grid.id.

Kedua gadis tersebut memanfaatkan proses perjalanan air dari tangki menuju generator. Tujuannya untuk mendulang energi listrik.

Aziza menjelaskan, setelah sampai ke generator, air hujan akan dialihkan menuju sistem filtrasi sebelum akhirnya didaur ulang dan menghasilkan air bersih. Jadi selain menghasilkan listrik, juga bisa menghasilkan air bersih.

“Air menjadi masalah bersama masyarakat modern, konsep ini juga menawarkan solusi atas permasalahan tersebut,” tambah Jessica yang menyebutkan bahwa konsep ini juga sangat cocok diterapkan ke gedung-gedung yang di dalamnya terdapat banyak aktifitas manusia. Contohnya apartemen, hotel, dan pusat perbelanjaan.

Karena selain air hujan, terang Jessica, konsep ini juga dapat memanfaatkan air limbah yang dihasilkan dari gedung-gedung komersil tersebut. “Dari air cuci tangan, aktivitas di kamar mandi hingga air AC,” ucap dia.

Ide konsep yang dibuat Aziza dan Jessica tersebut rupanya berhasil memenangkan kompetisi Go Green in The City 2019 (GGiTC) yang digagas Schneider Electric. Temuan ini sekaligus menjadi solusi pengelolaan energi yang efisien di kawasan perkotaan dan berdampak positif terhadap lingkungan. #