Guna menyadarkan masyarakat akan bahaya microplastik, Ecoton menggelar pameran dengan menyusun 3.370 botol plastik membentuk terowongan di Oval, Linear, Void Atrium Ciputra World Surabaya.

TOKOH INSPIRATIF – Sebanyak 3.370 botol plastik membentuk terowongan nampak tertata rapi dan berdiri kokoh di Oval, Linear, Void Atrium Ciputra World Surabaya.

Botol-botol plastik tersebut sengaja ditampilkan oleh Ecoton untuk mengedukasi pengunjung dalam pameran bertajuk VCD Outlining 2023: ArtXplosion, yang diselenggarakan oleh Visual Communication Design, Universitas Ciputra Surabaya, 5-7 Mei 2023 lalu di Ciputra World Mall Surabaya.

Mereka ingin anak muda di Surabaya agar lebih bijak dalam menggunakan plastik sekali pakai.

“Dalam sehari dari survey pengunjung menunjukkan bahwa dalam sehari rata-rata anak muda Surabaya menghasilkan 2 sampah botol plastik, terowongan botol plastik sebanyak 3370 adalah sampah yang dihasilkan anak muda Surabaya selama 4 tahun,” ungkap Kholid Basyaiban, selaku pemandu pameran Ecoton.

Tak hanya menampilkan terowongan plastik, Ecoton juga menggunakan dua mikroskop stereo pembesaran hingga 1000 kali yang dihubungkan dengan layar 55 inch untuk mengedukasi pengunjung pameran terkait mikroplastik. Bahkan, sepanjang acara tersebut, pengunjung diberikan kesempatan untuk bisa melihat secara visual bentuk mikroplastik.

Selama tiga hari pameran di Ciputra World, Ecoton juga menerima sampel air pengunjung untuk bisa diuji kadar dan jenis mikroplastiknya.

“Sampah plastik yang tidak terkelola akan terbuang ke sungai dan laut lambat laun akan terpecah menjadi mikroplastik. Mikroplastik yang ada di air akan mencemari sumber air minum kita dan seafood yang kita konsumsi. Karena, 80 persen ikan-ikan di Jawa Timur ditemukan mikroplastik dalam lambungnya,” tambah Kholid.

Senada dengan Kholid, Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton, Rafika Apriliani juga menjelaskan terkait mikroplastik.

“Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran mikro dibawah 5 mm hingga 0,001 mm atau 1 mikron sehingga dibutuhkan mikroskop untuk melihatnya, dalam pameran ini kami menunjukkan jenis-jenis mikroplastik yang kami temukan di perairan Kota Surabaya,” ungkap Rafika.

Pameran ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Kreativitas dan Inovasi Sedunia yang jatuh pada tanggal 21 April oleh Program Studi Visual Communication Universitas Ciputra. Mereka turut menggandeng mahasiswa dari Birmingham City University di Inggris, TARUMT dari Kuala Lumpur, Dayeh University Taiwan, dan Multimedia University Putrajaya Malaysia untuk mengadakan pameran internasional.

Dengan mengangkat tentang sustainable development goals (SDG’s), diharapkan bumi dan lingkungan kita semakin tercemar, sumber daya alam semakin terbatas, dan masa depan generasi masa depan semakin terancam.

“Melalui pameran ini, semoga lebih banyak masyarakat yang mengerti tentang problem global yang sedang terjadi ini,” jelas Christian Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Kemenparekraf Republik Indonesia yang turut hadir dalam pembukaan dengan Pembukaan Art Explosion yaitu pameran berskala Internasional di Ciputra World Mall Surabaya.

Acara pameran ini ramai di kunjungi pelajar dan mahasiswa di Surabaya. Seorang pegawai Bank Swasta Fisti Wulandari mengaku baru pertama kali mengetahui soal keberadaan mikroplastik di air dan tanpa sadar sudah mencemari rantai makanan dan minum manusia.

“Baru pertama tahu mikroplastik di ada air, bentuknya seperti serat dan berwarna-warni, khawatir akan mencemari air minum dan makanan,” ungkap Indah Fisti Wulandari. Dia mengaku akan berhati-hati dalam menggunakan plastik sekali pakai yang menjadi sumber mikroplastik.

Sementara itu, pengunjung lain bernama Sumiani juga terkejut dengan fakta bahwa mikroplastik saat ini sudah berada dalam darah. Namun ia tak menampik bahwa masyarakat masih sulit meninggalkan kebiasaan mengunakan plastik sekali pakai.

“Masih susah menghilangkan kebiasaan memakai tas kresek dan botol minum plastik, tapi kalau sudah tahu bahaya plastik bisa masuk dalam darah, ASI dan lambung orang pasti akan takut dan mau berubah tidak pakai plastik-plastik lagi,” jelas Sumiani.

Warga Jagir Wonokromo ini ternyata sudah sering diimbau anaknya untuk menggunakan tumbler dan rantang, namun masih saja bandel pakai tas plastik.***

Sumber: aliansizerowaste.id dan Ecoton