Tiga Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang berhasil menciptakan energi listrik dengan memanfaatkan air Rumah Potong Hewan (RPH).

Menciptakan energi baru terbarukan (RBT) menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah di tengah kebutuhan energi listrik yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, datang dengan inovasi cerdas mereka.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Hendra Surawijaya dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH 2016), Elfahra Casanza Amada (FKH 2017), dan Rizhaf Setyo Hartono (FMIPA 2016) yang dibimbing drh Ani Setianingrum, M.Sc. Mereka berhasil memanfaatkan limbah air Rumah Potong Hewan (RPH) menjadi energi alternatif listrik yang dinamakan Slaughtering House Waste Water atau disingkat SHOWER.

Ketua Tim, Hendra Surawijaya menjelaskan, SHOWER merupakan inovasi rancang bangun alat pemanfaatan bakteri limbah air rumah potong hewan dengan konsep bernama Agar Salt Bridge. “Teknologi ini  diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di lingkungan RPH,” ujarnya.

Menurut Hendra, SHOWER memiliki fungsi memanfaatkan limbah air sehingga bisa mengurangi pencemaran lingkungan sekitar. Bau limbah air yang tidak sedap bisa menjadi alternatif energi baru dan terbarukan.

Mekanisme kerja SHOWER sangat mudah. Air limbah RPH yang telah diambil lalu ditampung ke dalam wadah penyimpanan. Kemudian dicampur dengan Effective Microorganisme 4 (EM4) untuk menghilangkan bau pada air limbah.

“Air limbah yang sudah dicampur dengan EM4 dimasukkan ke dalam chamber kemudian ditambahkan manitol salt agar dan garam elektrolit,” ucap dia.

Tahap selanjutnya, bakteri akan mengoksidasi substrat dan menghasilkan elektron serta proton pada anoda. Elektron ditransfer melalui sirkuit eksternal, sedangkan proton didifusikan melalui separator membran manitol salt agar menuju katoda. Beda potensial elektron dan proton ini yang akan menghasilkan arus listrik.

Menurut Hendra, energi listrik yang dihasilkan dari limbah air RPH dapat menjawab tantangan zero waste. Bahkan, bisa mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, alat ini termasuk sumber energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan, efisien, murah, serta mudah digunakan.

Meski masih memiliki kekurangan dan membutuhkan kajian lebih lanjut, Hendra optimis, alat ini berprospek cerah, terutama mengatasi persoalan listrik. “Atau bahkan ketahanan energi Indonesia di masa mendatang,” tutur laki-laki asal Kalimantan ini.

Ani Setianingrum, pembimbing tim yang merupakan Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner menyatakan, limbah merupakan masalah yang terus ada. Pemanfaatan tepat, diharapkan dapat mengurangi ancaman lingkungan dan penyakit. Terutama, pada manusia.

“Penyakit datang karena tingginya bakteri. Inovasi memanfaatkan bakteri, di lingkungan sekitar sebagai sumber energi, merupakan langkah positif mengurangi problem yang ada,” ungkapnya.

Menurut Ani, penelitian ini harus dikembangkan. Mulai dari prototype, analisa bakteri asal limbah RPH, hingga penyempurnaan produk. “Agar menghasilkan listrik yang benar-benar diandalkan,” paparnya.

Manajer Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Malang, Jawa Timur, Arif Adi Rendra, menyambut gembira inovasi ini. “Sesuatu yang tidak berguna dan seharusnya dibuang, diubah jadi listrik. Berdampak baik pada masyarakat dan lingkungan,” ujarnya.

Arif menuturkan, pihaknya terus memperhatikan pengolahan air limbah potongan hewan. Sejauh ini, diolah menjadi pupuk dan biogas. Namun, sebatas memanfaatkan isi rumen.

“Kami ingin mengaplikasikan, paling tidak di RPH atau lingkungan sekitar,” tuturnya.

Outlook Energi Indonesia 2016 Dewan Energi Nasional, menunjukkan, tahun 2050 kebutuhan energi Indonesia pada batubara mencapai 86 juta TOE, gas 96 juta TOE, dan minyak 260 juta TOE. Sementara energi baru terbarukan (EBT) mencapai 48 juta TOE, dan listrik sebesar 196 juta TOE.

Sementara itu, berdasarkan PP No. 79 Tahun 2014, Indonesia menargetkan pemanfaatan EBT sebesar 23 persen di 2025, dan 31 persen pada 2050. Hal inilah yang membuat pemerintah menargetkan pembangunan 2.000 MW listrik berbasis EBT setiap tahun. #