Montir

Tekad Baja Perakit Pesawat Terbang dari Mesin Rongsokan

Mimpi Haerul, pemuda asal Palameang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, memiliki pesawat akhirnya tercapai. Dengan bahan-bahan seadanya, dan ilmu internet dan saluran Youtube, Haerul berhasil merakit pesawat model Ulralight dari mesin sepeda motor dan sukses menerbangkannya. Berkat karyanya, ia mendapat banyak apresiasi dan diundang ke Istana Kepresidenan di Jakarta.

Namanya Haerul, asal Kelurahan Pallameang, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Dia pemalu dan hemat bicara. Namun di balik sifatnya yang pendiam, pemuda yang tak lulus Sekolah Dasar ini mampu merakit pesawat terbang bermodal mesin bekas motor.

Video yang menampilkan dirinya menerbangkan pesawat di Pantai Ujung Tape mengundang decak kagum dan menjadi viral di dunia maya. Pesawat bikinan Haerul berhasil mengudara selama sekitar satu menit 25 detik dan sukses melakukan satu kali putaran sebelum akhirnya kembali mendarat di tepian pantai dalam pendaratan yang kurang mulus.

“Memang dari kecil ingin bikin pesawat,” kata Haerul dilansir dari antaranews.com.

Kendati tidak tamat SD, pria 35 tahun yang berprofesi sebagai montir ini pantang menyerah untuk mewujudkan impiannya membuat dan menerbangkan pesawat. Dunia maya menjadi tempat dia belajar membuat perhitungan untuk membangun sayap pesawat serta tenaga yang dibutuhkan untuk menerbangkan pesawat. Hebatnya, semua ia desain sendiri menggunakan referensi dari saluran Youtube tanpa pernah naik pesawat atau melihatnya secara langsung dan dekat.

“Bahkan belajar jadi pilot pun dari Youtube,” cetusnya.

Hal yang sulit dalam proses pembangunan pesawat, menurut Haerul adalah adalah membuat kalkulasi yang tepat mengenai kekuatan tenaga pendorong, beban pesawat, ukuran sayap, serta pembuatan kemudi dan roda pesawat.

Berbekal modal sekitar Rp30juta dan pengetahuan dari YouTube, Haerul mengumpulkan barang-barang bekas yang ada dibengkelnya untuk merakit pesawat terbang. Dia menggunakan aluminium untuk membuat kerangka pesawat. Setidaknya 50 kilogram aluminium dia gunakan untuk membangun pesawat tersebut.

Adapun dua roda belakang pesawat ia ambil dari ban gerobak miliknya. Sedangkan bagian roda depan pesawat, ia menggunakan ban sepeda motor matik miliknya. Bagian sayap, Haerul menggunakan alumunium dengan dilapisi parasut yang biasa dipakai untuk menutup mobil. Lalu untuk dapur pacu, Haerul menggunakan mesin Kawasaki Ninja 150 cc.

Selama dua bulan lebih, dibantu oleh dua orang rekannya, Haerul bahu membahu membangun pesawat setelah bengkel tempat mereka bekerja tutup. Pesawat itu punya satu baling-baling kayu, tiga roda, sayap utama, sayap tegak, dan sayap ekor. Setelah perakitan selesai, Haerul tiga kali melakukan pengujian.

“Tes uji cobanya sempat tiga kali, terbang lalu jatuh lagi. Parah (kerusakannya), saya luka dan pesawatnya diperbaiki lagi,” katanya.

Haerul tidak menyerah. Pada percobaan kelima dia berhasil mengudarakan pesawatnya sampai ketinggian 10-12 meter di atas permukaan laut. Namun pesawatnya mengalami kerusakan karena pendaratan tidak berjalan mulus.

Kegilaan Haerul menerbangkan pesawat rakitannya sendiri menjadi viral di jagad media sosial. Setelah mendapat perhatian publik atas karyanya, Haerul mendapat apresiasi dari banyak piihak. Salah satunya penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Pinrang. Bupati Pinrang Andi Irwan Hamid mengaku bangga dengan karya putra daerahnya.

“Tentu kami patut berbangga, karena ada putra daerah yang mampu membuat dan melakukan hal yang luar biasa itu (menerbangkan pesawat),” tutur dia.

Apresiasi juga datang dari Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Mantan Panglima TNI ini mengapresiasi keberanian dan keuletan Haerul mewujudkan cita-citanya untuk terbang dengan pesawat buatan sendiri.

“Kita tidak berbicara tentang teknologi, karena Indonesia juga sudah memiliki Dirgantara Indonesia sudah cukup maju. Tetapi yang kami lihat sekali lagi bahwa ini sesuatu yang menginspirasi semuanya,” katanya.

Guna mendukung pengembangan kreativitas Haerul, Moeldoko ingin memasukkan Haerul ke dalam manajemen talenta Indonesia, institusi yang sedang disiapkan untuk membina dan mendukung warga negara Indonesia yang punya bakat dan kreativitas.

“Jangan biarkan mereka berjalan sendirian, yang pada akhirnya nanti diambil orang luar, kita hanya menyesal dan seterusnya. Ini kira-kira upaya menuju ke sana setelah tersusun dengan baik,” kata Moeldoko.

Apresiasi kepada Haerul pun datang dari TNI Angkatan Udara. Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsma TNI Fajar Adriyanto, TNI Angkatan Udara berencana memasukkan Haerul ke PB Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

Fajar, yang telah melihat video penerbangan perdana pesawat Haerul, menilai haerul memiliki keberanian dan tekad untuk menerbangkan pesawat tapi masih bingung ketika hendak mendaratkan pesawat. Dengan bergabung bersama FASI, Fajar berharap Haerul bisa terbang sesuai standar keselamatan dan regulasi yang berlaku.

Fajar, mantan penerbang tempur F-16 berjuluk “Red Wolf”, menilai keberhasilan Haerul membuat pesawat terbang menjadi salah satu bukti manfaat positif media sosial untuk mengembangkan kreativitas.

Internet dan saluran YouTube setidaknya membukakan jalan bagi orang-orang seperti Haerul, yang punya impian untuk mengikuti jejak Mr Crack, Profesor Bacharuddin Jusuf Habibie.

***

Haerul lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan, 31 Desember 1985. Bakat mekanik menurun deras dari darah sang ayah, La Bangnga, yang berprofesi sebagai seorang montir.

Sejak kanak-kanak, Haerul sudah bergelut dengan dunia mesin. Selepas sekolah, dia lebih suka menghabiskan waktu di bengkel orangtuanya ketimbang bermain dengan teman-teman sebaya.

Di rumah, sulung dari lima bersaudara ini digembleng keras oleh sang ayah. Tak ada televisi di rumah, bukan karena tak ada uang, namun La Bangnga tak ingin anak-anaknya terpengaruh tayangan televisi yang tak mendidik. Tiga adiknya yang perempuan, juga tak canggung dengan berbagai peralatan bengkel. Mereka mengerti mesin dan bahkan bisa mengelas.

Jauh sebelum merakit pesawat, Haerul pernah membikin “project” membuat helikopter bersama sang ayah. Itu dilakukan pada 2002 lalu, saat dirinya masih berusia 18 tahun. Namun, helikopter yang mereka buat hanya mampu terbang 20 sentimeter dari permukaan tanah.

Setelah 17 tahun berlalu, pria lulusan kelas 5 SD itu sukses mewujudkan mimpi besarnya. Perjalanan bapak lima anak saat merakit pesawat memang tak terlalu mulus. Selain mendapat cibiran dari tetangga, istrinya pun kerap marah karena menilai Haerul hanya buang-buang uang.  Haerul tak ambil pusing.

Dan, kerja keras ketiganya berbuah manis. Begitu pesawat mereka terbang, Haerul mendapat pujian dari banyak kalangan. Sempat ada yang ingin membeli pesawat rakitannya, namun Haerul memastikan pesawat tersebut tidak akan dijual. Ia pun berjanji pesawat ini bukanlah yang terakhir dia bikin. Haerul ingin membuat lagi yang lebih bagus.

“(Pesawat ini) saya museumkan, terus simpan untuk jadi sejarah saya. Nanti bikin lagi yang lebih bagus,” kata Haerul di hadapan wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu, 19 Januari 2020.

Pesawat ultra ringan bikinan Haerul juga menjadi ‘tiket’ baginya untuk merasakan terbang langsung dengan ‘pesawat terbang sungguhan’ untuk yang pertama kali. Haerul yang mendapat undangan spesial dari Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Yuyu Sutisna, diterbangkan khusus dengan pesawat angkut Hercules milik TNI AU.

“Saya cubit tangan saya, rasanya seperti bermimpi bisa naik pesawat terbang beneran,” ucapnya di hadapan wartawan, sembari melembar senyuman.

Selama penerbangan dari Lanud Sultan Hasanuddin Makassar ke Lanud Halim Perdanakusuma, Haerul berkesempatan melihat langsung bagaimana kokpit pesawat sungguhan. Ia juga banyak diberitahu dasar-dasar navigasi penerbangan.

“Saya tadi di atas menambah pengalaman, sempat tanya-tanya diajarin di atas bagian-bagiannya. Banyaklah. Jadi lebih terinspirasi setelah itu,” kata Haerul.

Bukan hanya itu, TNI AU juga membawa Haerul mengunjungi skuadron di Lanud Halim Perdanakusuma. Utamanya, ke skuadron perawatan pesawat. Sehingga Haerul paham betul bagaimana onderdil pesawat. Haerul juga mengikuti joy flight bersama TNI AU.

Terinspirasi teknokrat Profesor Baharudin Jusuf Habibie, Haerul berjanji akan membawa pulang semua ilmu yang ia dapat selama di Jakarta ke kampung halaman untuk kembali merakit pesawat. Tentu lebih baik dari yang sudah diciptakan saat ini.

Riwayat Hidup

Biodata

Nama               : Haerul
Umur               : Pinrang, 31 Desember 1985
Keluarga          : Menikah, memiliki 5 orang anak
Alamat             : Kelurahan Pallameang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Pendidikan

Kelas 5 Sekolah Dasar

Pekerjaan

Montir

Prestasi

2020, sukses merakit dan menerbangkan pesawat ultra ringan dari barang bekas.

2002, merakit helikopter (gagal terbang).#