Ketika musim kemarau, genangan air tempat jentik nyamuk tumbuh lebih tenang sehingga perkembangbiakannya lebih banyak.

Anda merasa akhir-akhir ini nyamuk semakin banyak? Jika iya, inilah penjelasan ilmiahnya.

Ahli serangga spesialis nyamuk sekaligus dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS) Desy Purwanti menjelaskan beberapa faktor yang membuat nyamuk semakin banyak di musim kemarau.

“Salah satunya bisa karena sanitasi akibat kepadatan penduduk cukup rapat,” kata Desy.

Faktor lain yang membuat siklus perkembangbiakan nyamuk makin cepat adalah adanya habitat yang cocok. Habitat yang cocok itu, lanjut dia, misalnya air yang tergenang.

“Di wilayah permukiman kumuh atau pinggiran sungai yang tingkat kesadaran tentang kebersihan dan sanitasi rendah,” ungkap Desy.

Ia kemudian menerangkan soal daur hidup nyamuk yang lebih cepat dan membuat mereka harus mencari makanan sebanyak-banyaknya. Dan makanan mereka adalah darah manusia. Jadi jangan heran jika akhir-akhir ini melihat banyak nyamuk di sekeliling Anda.

Hal senada dijelaskan Dr. Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSc, peneliti Perubahan Iklim dan Kesehatan Lingkungan dari Universitas Indonesia. Menurutnya, secara umum memang ada kaitan antara jumlah nyamuk dengan cuaca dan musim. Pada musim kemarau, jumlah nyamuk memang rata-rata lebih banyak daripada biasanya.

Hal ini karena nyamuk yang biasa bersarang di genangan air bisa berkembang biak dengan tenang. “Ketika musim kemarau, genangan air memang sedikit tapi ada, tidak terganggu, tidak mengalir jadinya membuat nyamuk bersarangnya lebih tenang, perkembangbiakannya pun lebih banyak,” tutur Budi dilansir dari detik.com.

Berbeda dengan di musim hujan di mana air mengalir dan tidak menggenang, sarang nyamuk pun akan ikut terseret arus air sehingga perkembangbiakan nyamuk menjadi terganggu. Akibatnya, jumlah nyamuk rata-rata turun di musim hujan.

Selain faktor genangan air, penelitian mengungkap bahwa dengan suhu bumi yang makin panas karena perubahan iklim, maka banyak nyamuk yang mengalami perubahan siklus hidup. Budi mengatakan, jika dulu jentik membutuhkan waktu 12-14 hari untuk berubah menjadi nyamuk dewasa, sekarang hanya butuh waktu 9 hari saja. Hal ini membuat frekuensi makan nyamuk meningkat akibat bentuk tubuhnya yang mengecil.

“Karena mereka dewasa prematur, biasanya 12 hari sekarang 9 hari udah dewasa. Akibatnya tubuhnya lebih kecil, perutnya juga lebih kecil, frekuensi makannya juga meningkat. Biasanya setiap 5 hari sekali sekarang 3 hari sekali,” tutur Budi lagi.

Agar terhidar dari gigitan nyamuk, cara efektif yang dilakukan adalah dengan menekan populasinya. Budi pun bersaran agar masyarakat makin giat melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan tinggal mereka.#