Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M. Econ.geol
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bakti untuk Negeri
Menjadi ahli geologi selama hampir tiga dasawarsa, mendorong Sukmandaru Prihatmoko untuk berperan dan membantu lebih banyak dalam pengembangan geologi Indonesia serta pemanfaatannya bagi kepentingan semua. Melalui empat pilar IAGI yang digawanginya, yakni georesources, geohazard, geoenginering, dan geoenvironment, dia ingin pemerintah dan masyarakat harus mulai sadar soal mitigasi bencana agar kejadian bencana serupa yang memakan banyak korban jiwa tidak terulang.
Nama Sukmandaru Prihatmoko akhir-akhir ini makin akrab di telinga masyarakat. Wajahnya kerap muncul di berbagai media ketika bencana gempa bumi melanda tanah air. Menariknya, Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini paham bagaimana memberikan penjelasan tanpa bikin kening berkerut. Topik yang rumit, jadi ringan.
Sebuah contoh tentang bagaimana terbentuknya gempa, Ndaru, demikian Sukmandaru karib disapa, mengambil perumpamaan dengan semangkuk bubur. Bubur dalam mangkuk ibarat lapisan dalam bumi yang berisi magma cair. Di atasnya tertutup oleh kerupuk alias lempeng.
Kerupuk ini bisa bergerak tergantung suhu dan energi di dalamnya. Pergerakannya bisa menyebabkan tabrakan atau saling berjauhan dengan kerupuk lain. Itulah gempa.
Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. “Kerupuk-kerupuk gede ini saling tabrak, berdesakan. Ada yang pecah. Jadilah mikro lempeng, kecil-kecil, dan remah-remah,” ujar Ndaru. Mikro lempeng ini tersebar di seluruh Indonesia. Ada yang aktif dan tidak.
Nah, kerupuk yang saling bertemu tidak semuanya dalam posisi mendatar. Ada yang sebagian masuk ke dalam, tertutup oleh kerupuk lain. “Yang masuk ke bawah memiliki energi potensial sangat besar. Kalau dia melepaskan energi terciptalah gempa megathrust,” kata Ndaru.
Gempa megathrust tentu sangat berbahaya karena kekuatannya sangat besar. Di Indonesia banyak sekali potensi gempa seperti ini yang menyebar di sebelah barat Sumatera sampai ke Jawa, lalu Laut Banda hingga Halmahera.
Gempa di Aceh pada 2004 salah satu contohnya. Kekuatannya 9,1 sampai 9,3 skala Richter dan menewaskan 200 ribu penduduk. Lempeng Hindia ketika itu terdorong ke bawah oleh Lempeng Burma di Samudra Hindia. Lindu itu membuat bumi bergetar satu sentimeter dan muncul tsunami setinggi 30 meter.
Kemudian, lempeng-lempeng bumi bisa juga menjauh. “Makin jauh, nanti keluar magma. Inilah gunung api,” katanya.
Lempeng juga bisa saling bergeser. Ini potensinya juga mematikan. Seperti yang terjadi di Palu dan Donggala akhir September 2018. Ndaru mengatakan, para ahli sudah lama mengetahui pergerakan sesar geser tersebut. Mereka menyebutnya Sesar Palu-Koro.
Sesar ini membelah Sulawesi dimulai dari Palu, Teluk Bone, belok ke timur, menuju Danau Matano. Ada yang menyebutnya Sesar Palu-Koro-Matano.
Sesungguhnya IAGI bersama lembaga nirlaba lain, yaitu Perkumpulan Skala, Aksi Cepat Tanggap, Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana Nasional, dan DisasterChannel.co, pada awal 2016 melakukan dokumentasi terhadap sesar itu. Mereka melakukan kajian dari aspek sosial, antropologi, biologi, dan geologi. Tujuannya, untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dan pemerintah tentang potensi bahaya dari sesar tersebut.
Hasil kajian ekspedisi ini memunculkan prediksi bakal terjadi gempa besar di sekitar Palu. Pada Agustus lalu, mereka telah memberikan hasil laporannya ke pemerintah provinsi Sulawesi Tengah. Tak diduga, sebulan kemudian gempa besar itu benar-benar terjadi. Yang lebih mengagetkan lagi muncul tsunami dan likuifaksi.
Di sesar Palu-Koro, IAGI dan tim ekspedisi sudah melihat jelas pola gempa bumi besar yang pasti bakal terjadi. Hal ini didukung oleh fakta di lapangan yang terang benderang bahwa Kota Palu berada di atas sesar aktif. Ndaru juga meyakini informasi serupa sudah dimiliki oleh pemerintah pusat, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Masalahnya sekarang apakah instansi pemerintah di bawah bisa mengimplementasikan informasi tersebut.
Kejadian likuifaksi pun sebenarnya juga sudah terdata oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Badan Geologi. “Ada peta-petanya. Mana yang rawan sekali, tinggi, dan sedang,” ujarnya.
Likuifaksi adalah fenomena ketika tanah kehilangan kekuatan. Akibatnya, tanah yang keras seolah seperti lumpur. Saat gempa terjadi di Sulawesi Tengah, likuifaksi mengubur kompleks perumahan di Balaroa dan Petobo.
Posisi Indonesia memang unik, kalau tidak bisa dibilang sebuah berkah. Banyak gunung api aktif yang disatukan oleh tiga lempeng besar dunia. Banyak sesar pula yang bergerak. Para ahli sudah banyak membuat prediksi soal gempa bumi dan gunung api.
Di saat gempa besar terjadi, selain proses pemulihan, pemerintah daerah dan masyarakat setempat harus mulai melek soal mitigasi bencana. Kalau tidak, kejadian serupa yang memakan banyak korban jiwa bakal terus terulang.
***
Sukmandaru Prihatmoko lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 54 tahun silam. Sulung dari delapan bersaudara ini sejak kecil dikenal aktif berorganisasi dan senang naik gunung. Tak salah bila kemudian dia memilih kuliah di jurusan geologi karena bisa menekuni hobi sambil bekerja.
Ayahnya yang berdinas di Korps Brimob Polri membuat keluarga muda itu harus sering berpindah tempat tinggal karena tuntutan tugas. Inilah yang membuat si ‘anak kolong’ mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan mempunyai banyak teman.
Namun saat masuk sekolah menengah, sang ayah memutuskan istri dan anak-anaknya untuk tinggal dan menetap di Kota Gudeg, Yogyakarta. Di kota pelajar itu, Ndaru menamatkan pendidikan dasar dan melanjutkan kuliah di Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), walaupun kedua orangtuanya menginginkan dirinya untuk menjadi seorang dokter.
Sesungguhnya saat ujian penerimaan mahasiswa, Ndaru sudah sempat diterima di fakultas kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Solo. Tapi pada waktu bersamaan dia juga diterima di fakultas geologi UGM. “Karena waktu itu UGM lebih keren, akhirnya saya milih UGM,” Ndaru yang selalu memegang teguh pesan ibunda untuk teguh memperjuangkan cita-cita.
Ringkas cerita, setelah lulus kuliah, Ndaru langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan eksplorasi pertambangan mineral. Hidupnya keluar-masuk hutan melakukan pemetaan sumber daya mineral. Meski mendapat dukungan dari kedua putrinya, namun pekerjaan menentang bahaya itu sempat mendapat protes sang istri yang mengkhawatirkan keselamatan dirinya.
“Dulu sistemnya 6-2. Enam minggu di lapangan. Dua minggu kembali ke Jakarta,” ujar Ndaru yang berpengalaman di bidang eksplorasi mineral emas dan endapan logam dasar terutama sistem epitermal dan porfiri.
Menjadi ahli geologi eksplorasi selama hampir tiga dasawarsa, berbagai pengalaman dan posisi penting di perusahaan pernah dilakoni. Ndaru pernah menjadi manager eksplorasi di berbagai perusahaan besar, seperti Ivanhhoe Mines/ PT Cibaliung Sumberdaya, Austindo Resources/ PT AGC Indonesia, dan PT SJR – Pama Group.
Penyandang gelar Master Economic Geology dari University of Tasmania, Australia, ini juga pernah menangani berbagai proyek eksplorasi mineral di Indonesia dan Pakistan. Tiga tahun terahir, Ndaru aktif di PT Pamapersana Nusantara, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis kontraktor penambangan batubara yang kemudian dipercaya juga untuk mengerjakan tambang emas, quarry, limestone, clinker, konstruksi bendungan dan konstruksi jalan.
Berderet kesibukan itu membuat Ndaru yang pernah menjadi sekjen himpunan mahasiswa jurusan selama kuliah di fakultas Geologi UGM ini sempat vakum berorganisasi. Namun, setelah bisa mengatur sela waktu, dia mulai aktif lagi di organisasi Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
“Organisasi itu bikin kangen,” katanya.
Walhasil, pada periode 2000-2005 Ndaru mulai aktif di pengurus pusat IAGI sebagai Ketua Bidang Pertambangan dan menjalankan berbagai program IAGI terkait dengan eksplorasi mineral dan batubara. Selanjutnya, pada 2008 bersama aktivis minerba nasional, ia mendirikan MGEI (Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia) yang merupakan anak organisasi IAGI. Di sini, Ndaru menjadi Ketua MGEI 2008-2012 selama dua periode kepengurusan. Dan pada 2014-2017, Ndaru mendapatkan amanah untuk mengawal IAGI sebagai Ketua Umum lalu terpilih lagi untuk periode 2017-2020.
“Saya ingin berperan dan membantu lebih banyak dalam pengembangan geologi Indonesia serta pemanfaatannya bagi kepentingan semua,” Ndaru yang merancang program kerjanya dalam empat pilar utama yakni georesources, geohazard, geoenginering, dan geoenvirontment selama kepengurusan 2017-2020 demi mewujudkan IAGI yang Lebih Profesional – Kerja Nyata untuk Bangsa.
IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) adalah organisasi yang didirikan pada 13 April 1960 merupakan organisasi profesi non-profit mewadahi ahli (pemerhati) dan geologi Indonesia yang bekerja di berbagai sektor, mulai dari sektor pendidikan sampai pemerintahan atau industri. Saat ini, IAGI beranggotakan lebih dari 6.000 orang yang terbagi menjadi tiga jenis keanggotaan yaitu Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan. IAGI menangani isu-isu kegeologian meliputi georesources, geoengineering, geohazard, dan geoenvironment.
Terkait geohazard, IAGI memiliki program mitigasi bencana di berbagai daerah yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Di beberapa lokasi, kegiatan ini dikolaborasikan bersama anak-anak organisasi, misalnya FGMI, dengan organisasi kemasyarakatan yang lain. Di sisi lain, IAGI, melalui Bidang Kebijakan Publik memberikan masukan dan dorongan dalam penanganan berbagai isu-isu kegeologian, seperti UU Kebencanaan, UU Geologi , dll.
“Sesuai tantangan yang ada, semua sektor coba kami gerakkan dari georesources, geoengineering, geohazard, dan geoenvironment. Salah satu program andalan adalah ‘Satu Pengda Satu Geowisata’ yang kami harapkan akan lebih membantu menciptakan lapangan kerja yang saat ini sangat dibutuhkan.”
Merangkai semua tentang kebencanaan di Tanah Air, IAGI telah mengusulkan sebuah badan atau lembaga yang mengurusi semua masalah kebumian di Indonesia. Artinya, semua data-data kebumian dari hulu (mitigasi) sampai hilir (tanggap darurat) dikumpulkan menjadi satu oleh sebuah lembaga yang dikelola dengan baik untuk tujuan baik.
“Jadi tidak terpencar-pencar seperti sekarang. Contoh seperti itu ada di Amerika Serikat yang memiliki USGS (United State Geological Survey). Nah, kami mengusulkan namanya Badan Geologi Nasional atau Badan Geologi Indonesia.”
Tampaknya Ndaru dan IAGI harus memiliki cadangan napas lebih panjang lagi. Karena, meskipun sudah melakukan audiensi ke menteri terkait dan ke DPR, dalam hal ini Komisi VII DPR RI, dan mendapatkan respon positif dari mereka, namun semua harus terjeda karena pergantian legeslatif 2019. Bisa jadi proses yang hampir tuntas ini harus mengulang dari awal karena anggota DPR yang berganti.
“Tapi kami tidak akan kenal lelah untuk maju ke depan. Semua ini kami lakukan demi bakti kami kepada ibu pertiwi,” pungkas Ndaru sembari berpesan kepada anak-anak milenial Indonesia agar mau merambah di semua lini kehidupan bangsa, tak terkecuali sektor kebumian yang masih tertinggal dibanding sektor yang lain.
Riwayat Hidup
Nama : Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M.Econ.Geol.
TTL : Purwokerto, 54 tahun
Jabatan : Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Pendidikan
Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1989)
Master Economic Geology, University of Tasmania, Australia (1998)
Organisasi
Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (2014-2020)
Ketua Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (2008-2012)
Karier sebagai ahli geologi eksplorasi
Direktur Eksplorasi PT SJR dan PT DTN, Pama Group (2015-sekarang)
Direktur/Country Manager PT AGC Indonesia (2006-2014)
Direktur/GM Exploration Austindo Res (2000-2006)
Project Geologist BHP Minerals (1989-1999)#