Saat Ahmed Tessario bersama perusahannya, Sirtanio Organik Indonesia, telah mengkonversi sekitar 500 hektar lahan pertanian menjadi organik dan menjalin kerjasama dengan 2.000 petani di Banyuwangi dan sekitarnya dengan rata-rata produksi 100 ton sebulan.
TOKOH INSPIRATIF – Ahmed Tessario Eka Nuramanta sudah mulai menginisiasi untuk mengkonversi lahan-lahan pertanian non organik menjadi organik sejak 2010 lalu, tetapi produknya baru mulai dijual pada 2012 di bawah bendera usaha Sirtanio Organik Indonesia.
Dibutuhkan proses dua tahun untuk mengubah konsep pertanian konvensional tersebut hingga benar-benar menjadi lahan pertanian organik, terutama di wilayah Banyuwangi.
Ada beberapa hal yang membuatnya terpikir untuk mengajak para petani bergabung menghasilkan padi organik pertama karena dia ingin agar harga gabah dari petani bisa meningkat sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.
Selain itu, dengan diubah menjadi organik maka produktivitasnya juga akan meningkat.
“Kita lihat ketika banyak chemical yang masuk ke lahan pertanian maka produktivitas lahan tersebut akan berkurang, petani pun menjadi ketergantungan dengan pupuk kimia tersebut,” ujarnya.
Di sinilah Sirtanio masuk secara perlahan melakukan pendekatan dengan para petani sehingga seluruh dapat mengubah lahan tersebut menjadi lahan organik selanjutnya akan dibantu dalam hal pemasaran.
“Karena itulah kami menyebut Sirtanio sebagai perusahaan berbasis sosial yang memproduksi beras organik dengan sistem pertanian organik terintegrasi,” ujar pria kelahiran 1988 ini.
Pasarkan Produk Organik Petani
Ada dua hal yang dilakukan oleh Sirtanio yakni memberikan bantuan permodalan tanpa bunga kepada petani sehingga mereka tidak lagi tergantung pada tengkulak. Namun bantuan tersebut diberikan dalam bentuk benih, pupuk, tenaga kerja dan lain sebagainya.
“Setelah diberi pinjaman lalu kita kawal lahannya sehingga bisa menghasilkan padi organik. Minimal mereka ikut 3 kali musim setelah musim ketiga kita bantu sertifikasi menjadi beras organik,” tuturnya.
Setelah itu, pihaknya akan membeli beras tersebut dengan harga yang lebih tinggi 20 persen hingga 30 persen dari harga pasar. Misalnya untuk beras Banyuwangi harga normalnya Rp4.500 per kg gabah kering sawah, Sirtanio bisa memberikan harga Rp4.850 pada panen pertama, kemudian naik menjadi Rp4.950 di panen kedua, dan Rp5.000 pada panen ketiga.
Selanjutnya setelah mendapatkan sertifikat organik maka harga belinya akan dinaikkan menjadi Rp5.500 sehingga pendapatan para petani pun ikut meningkat.
Saat ini beras yang dijual oleh Sirtanio sudah mengantongi sertifikasi dari beberapa lembaga terakreditasi termasuk sertifikat internasional sehingga pada 2019 lalu pihaknya berhasil melakukan ekspor ke Italia dan Afrika Selatan.
Diakui olehnya untuk menghasilkan padi organik dibutuhkan waktu yang cukup lama sebab tidak hanya karena menggunakan pupuk organik maka disebut sebagai padi atau beras organik tetapi juga ekosistem lahannya harus organik secara keseluruhan.
Saat ini Sirtanio telah mengkonversi sekitar 500 hektar lahan pertanian menjadi organik dan menjalin kerjasama dengan 2000 petani di Banyuwangi dan sekitarnya dengan rata-rata produksi 100 ton sebulan.
Adapun jenis beras organik yang diproduksi antara lain Beras Merah Organik Seblang Banyuwangi yang memiliki karakteristik harum, pulen dan unik serta baik dikonsumsi penderita diabetes, ibu hamil menyusui dan yang ingin diet.
Selanjutnya Beras Hitam Melik Organik yang memiliki rasa khas dan khasiat kesehatan yang tinggi untuk mencegah dan mengobati kanker, diabetes, jantung, anemia, anti penuaan, dan lain sebagainya.
Kemudian ada Beras Putih Organik Seblang Banyuwangi dengan bentuk bulir beras yang kecil, rasa yang harum dan pulen. Lalu Beras Coklat Organik Seblang Banyuwangi, Beras Merah Germinasi Organik.
“Selain memiliki banyak khasiat, beras organik yang kami hasilkan memiliki aroma yang wangi, pulen, dan harganya pun lebih murah dari yang lain dengan range mulai dari Rp23.000 hingga Rp50.000,” tuturnya.
Saat ini, beras organik Sirtanio bisa ditemukan di sekitar 1800 supermarket yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Selain dijual secara offline pihaknya juga memasarkan melalui distributor dan reseller serta penjualan online.
Diakui olehnya penjualan di masa pandemi meningkat signifikat terutama pada masa awal pandemi. Rata-rata penjualan beras Sirtanio per bulan mencapai 80 hingga 90 ton dengan keuntungan kotor 22 persen.
Sumber: bisnis.com