Lalat Tentara Hitam, Pasukan Ampuh Atasi Sampah

Lalat tentara hitam kini menjadi primadona untuk mengatasi sampah organik sekaligus membuka ladang bisnis yang tertarik membudidayakannya.

Jenis tentara yang satu ini memang spesial. Lalat hitam yang dikenal dengan nama Black Soldier Fly (BSF) ini tidak termasuk lalat pembawa penyakit karena mereka tidak tertarik untuk hinggap di makanan manusia.

Bahkan lalat BSF kini jadi primadona. Bayangkan, dalam waktu sekitar 45 menit, sepuluh ribu ekor larva BSF mampu memakan sampah organik sebanyak 1,5 kilogram. Tak salah bila larva tentara lalat hitam jadi ‘mesin’ pereduksi sampah baru yang dimiliki Surabaya.

Pengembangbiakan larva BSF di Surabaya ada di Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan dan PDU Sutorejo Surabaya. Sedangkan metode urai sampah menggunakan larva BSF merupakan hasil kerjasama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Forward-Swiss.

”Tapi pilot project teknik urai sampah menggunakan larva BSF hanya ada di PDU Jambangan,” kata Koordinator Rumah Kompos se-Surabaya, Dwijo Warsito.

Lebih jauh tentang BSF, daur hidup lalat yang memiliki nama latin Hermatia Illucens ini mirip dengan kupu-kupu sekitar 30 hari. Lalat BSF jantan umumnya mati setelah perkawinan, sedangkan lalat BSF betina akan mati setelah bertelur.

Satu ekor lalat BSF bisa menghasilkan sekitar 300-400 telur. Telur-telur ini membutuhkan waktu sekitar lima hari untuk menetas menjadi larva.

Larva atau belatung yang berukuran sangat kecil selama 12 hari akan hidup di antara tumpukan sampah daun dan sisa makanan hingga berkembang menjadi larva dewasa dan berubah warna menjadi hitam.

Setelah 12 hari terlewati, larva ini akan menjadi pupa atau kepompong, dan selama beberapa hari akan keluar menjadi lalat BSF.

Khusus untuk larva dewasa sebagian bisa digunakan untuk pakan ternak. Dari hasil penelitian di Singapura, BSF ini terdiri dari kurang lebih 35 persen protein, dan sekitar 30 persen lemak.

Protein serangga ini punya kualitas yang tinggi dan menjadi sumber daya makanan bagi para peternak ayam dan ikan.

Primadona

Beberapa daerah di Indonesia telah memanfaatkan BSF untuk mengatasi sampah di wilayah mereka. Selain Pemkot Surabaya, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bekerja sama dengan lembaga Forest For Life Indonesia tengah menggarap proyek percontohan pengolahan sampah organik dengan teknologi  tentara lalat hitam.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blora, Jawa Tengah juga telah memanfaatkan jasa lalat tentara hitam ini untuk mengurai sampah organik secara cepat dan efisien. “Dengan metode ini, sampah organik bisa terurai lebih cepat dan ramah lingkungan,” ucap Kepala Bidang Kebersihan, Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, DLH Blora, Drs. Didik Triarso.‎

Potensi Bisnis

Di Lamongan, Jawa Timur, Ismanto, warga Desa Kaliparan, Kecamatan Sugio, telah mengembangbiakkan lalat tentara hitam ini dan menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Bermodal Rp1 juta untuk membeli segala peralatan budidaya, kini Ismanto telah memasarkan larva BSF baik secara langsung maupun sercara online.

Untuk harga jual, larva lalat tentara hitam biasa dipasarkan seharga Rp 7 ribu per kilogram. Namun untuk larva yang dijual online, Ismanto mematok harga yang agak berbeda. Untuk tiap gramnya, larva lalat tentara hitam dijual seharga Rp 20 ribu karena sudah termasuk packing.

Bahkan Ismanto mengaku pemasaran telur lalat ini telah diminati pembeli hingga di luar Lamongan hingga ke negeri seberang. “Yang beli telur ini juga banyak yang dari jauh, mulai Samarinda, Bima, Malaysia juga pernah. Karena telurnya ini juga kita jual di toko online,” tandasnya.

Dari budidaya ini, Ismanto pun dapat mengantongi laba Rp 4 juta tiap bulannya. Wow, tertarik mencoba?