Perajin Produk Daur Ulang Sampah Plastik

Mendulang Berkah Dari Sampah

Berawal dari keprihatinan melihat banyaknya sampah yang berpotensi menimbulkan penyakit, Maria Angelina Deya berinisiatif memanfaatkan botol plastik bekas menjadi meja dan kursi.

Terik Matahari di Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur, terasa panas membakar kulit. Namun tidak demikian bila sedang berada di rumah Maria Angelina Deya, Dusun Kolibuluk, Desa Nelle Urung, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka. Pepohonan yang tumbuh di pekarangan rumah membuat suasana teduh dibalut hembusan angin sepoi yang menghempaskan gerah.

Siang itu, Maria, 30 tahun, dan Teresia Rosalina, 22 tahun,  baru saja sampai rumah setelah berkeliling kampung sembari menenteng kantong plastik. Keduanya tak canggung memungut botol-botol plastik bekas kemasan air ukuran 1,5 liter untuk dibawa pulang ke rumah.

Sampai di rumahnya yang sederhana dengan dinding tembok berwarna hijau muda, tumpukan botol plastik tampak tersusun rapi di teras rumah Maria. Dibantu Teresia, tetangganua

Maria dibantu Teresia, tetangganya, perempuan 30 tahun ini mulai mengupas label yang menempel di punggung botol plastik dan membersihkannya satu per satu. Ada ratusan botol plastik yang telah dibersihkan siap dirakit menjadi kursi serta meja.

“Saya baru saja mendapat kiriman botol plastik dari pemulung di kota Maumere. Lumayan bisa untuk membuat 2 sampai 3 set kursi lagi,” kata Maria dilansir dari Mongabay Indonesia.

Lulusan S1 Psikologi Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere ini mengakui masih banyak membutuhkan botol plastik bekas. Terkadang dia mendapatkan botol dari anak-anak sekolah yang menemukan botol di jalan dan dibawa ke rumahnya.

Berawal dari keprihatinan melihat sampah plastik berserakan dimana-mana di kota Maumere, Maria mencari cara menyulap sampah itu agar bisa menghasilkan uang.

Setelah mencari referensi, perempuan kelahiran Kokaramba, Wolowae, Kabupaten Nagekeo itu tertarik dengan pembuatan kursi dan meja berbahan botol plastik. Praktis hampir 3 bulan sejak akhir November 2019, Maria rutin bergelut dengan botol plastik bekas yang dibuat jadi meja dan kursi menawan yang disukai pembeli.

Dia mulai kekurangan botol plastik, sehingga membelinya dari pemulung di kota Maumere. Tiga botol plastik bekas dihargai Rp.1.000. Dalam sekejap, botol plastik mulai menumpuk di rumahnya.

Meja dan kursi dibuat dengan menyusun botol plastik dibentuk silinder yang diikat tali, kemudian dilakban. Setelah dilakban, tali dilepas. Kemudian bagian atas dan bawahnya dilapisi tripleks yang dipotong bulat mengikuti meja dan kursi yang diperkuat dengan lem dan paku. Kemudian dinding meja dan kursi ditutup lembaran busa.

“Busa dibentuk bulat untuk menutupi bagian luar botol, baru dilem di bagian ujungnya. Potong karpet imitasi dan dijahit untuk melapisi bagian luar kursi. Rapikan bagian luar karpet menggunakan stapler,” terang Maria.

Warna karpet imitasi disesuaikan dengan permintaan pembeli. Bahkan Maria mengaku bisa mengganti karpet imitasi dengan anyaman daun lontar atau gebang dan kain tenun.

“Semuanya tergantung permintaan pembeli. Meja dilapisi dengan kaca di bagian atasnya. Kursi ini tahan diduduki oleh orang dengan berat 75 kilogram,” ungkapnya.

Satu kursi butuh 19 botol, sementara untuk meja butuh 37 botol. Total dibutuhkan 113 botol untuk satu set meja dan kursi yang terdiri dari empat kursi dan satu meja.

Maria memilih membuat kursi dan meja dari botol plastik karena di NTT hampir tidak ada yang memproduksinya. Selain unik dan langka, hasilnya juga kuat dan tahan lama.

“Kalau semua botol dibuang nanti akan menimbulkan sampah dan bisa jadi sarang nyamuk, sehingga saya manfaatkan dan lumayan bisa menambah penghasilan,” sebutnya.

Apalagi saat ini di Kabupaten Sikka sedang dilanda wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dengan memanfaatkan botol ini ia yakin lingkungan jadi bersih dan bebas dari penyakit berbasis lingkungan.

Maria menjual satu set meja kursi senilai Rp1,5 juta secara online. Hampir setiap hari ada pembeli yang memesan produknya. Pemasaran pun sudah merambah hingga Kabupaten Ende, Flores Timur dan Lembata.

Maria berkomitmen bakal membentuk komunitas peduli sampah bila usaha ini berjalan dengan baik. Dia ingin memanfaatkan lebih banyak sampah dengan membuat ekobrik. Botol-botol plastik diisi dengan sampah plastik bekas pembungkus permen, deterjen, kopi dan lainnya menjadi ekobrik.

“Saya juga sedang menyiapkan cetakan untuk membuat paving block dari sampah plastik ,” pungkas istri dari Yosef Novi ini bersemangat.

Sumber: Mongabay.co.id; sisibaik.id

Biodata

Nama   : Maria Angelina Deya
Umur   : 30 tahun
Keluara: Menikah dengan Yosef Novi
Alamat: Dusun Kolibuluk, Desa Nelle Urung, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pendidikan
S1 Psikologi Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere

Prestasi
Membuat produk daur ulang dari sampah botol plastik #