Untuk menekan polusi udara ibu kota, Pemprov DKI menanam bougenville dan membagi tanaman lidah mertua secara gratis. Benarkah dua tanaman itu mampu menekan polusi?

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menanam tanaman bougenville di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Selain bougenville, Pemprov DKI juga membagikan tanaman lidah mertua secara cuma-cuma. Hal itu dilakukan untuk menekan polusi udara yang menerpa ibu kota.

Lantas, benarkah tanaman bougenville dan lidah mertua mampu menekan polusi?

Tanaman semak berwarna-warni yang berasal dari Amerika Selatan ini sebenarnya merupakan tanaman hias. Namun, dalam sejumlah penelitian ilmiah, bougenville memang disebut mampu mereduksi polusi udara.

Dalam jurnal ‘Role of Bougainvileas in mitigation of environmental pollution’, peneliti Sharma SC, Srivastava R, dan Roy RK menyebut, bougenville merupakan tanaman tahan polusi. Selain punya nilai hias untuk lanskap kota, menurut mereka, tanaman ini mampu memitigasi polusi udara. Terbukti lewat penelitian yang mereka lakukan di Institut Penelitian Botani Nasional, Lucknow, India.

Hal itu juga dikonfirmasi oleh penelitian Pangesti dan Sukartiningrum tahun 2008 terkait tanaman di median jalan di Surabaya. Dari 10 tanaman yang diteliti indeks toleransi polusi udaranya/air pollution tollerant indeks (APTI), bougenville memiliki indeks 28,2. Artinya, mampu bertahan hidup di kondisi relatif terpolusi (moderately tolerant). Tanaman yang memiliki indeks APTI di atas 29 maka dapat dikatakan sangat tahan polusi.

Andi Nurhikmah, Syamsidar HS, dan Kurnia Ramadhan secara khusus meneliti bagaimana tanaman bougenville dapat mereduksi polusi kendaraan bermotor. Dalam jurnal berjudul Biopsorpsi Bogenvil terhadap Emisi Timbal (Pb) pada Kendaraan Bermotor, ketiganya menulis hasil penelitian dari hasil mengasapi bougenville menggunakan sepeda motor.

Dalam penelitian itu, pengasapan dilakukan selama 1 jam setiap hari pada 6 tanaman bougenville yang ditanam dalam greenhouse. Sampel daun diambil pada hari ke-3, 6, dan 12 untuk melihat kandungan timbal pada daun.

Hasilnya, bougenville mampu menyerap timbal yang emisi kendaraan bermotor. Permukaan daunnya akan mengikat partikel kecil timbal yang melayang di udara. Tapi, untuk partikel timbal yang besar akan jatuh ke tanah.

“Daun yang mempunyai bulu atau permukaan berkerut memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menyerap timbal, daripada daun yang memiliki permukaan lebih licin dan rata,” tulis ketiga peneliti dari Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar, itu.

Ketiga peneliti yang menerbitkan riset mereka di jurnal Al Kimia itu mengakui bahwa bougenville dapat digunakan untuk mengakumulasi polutan timbal akibat pemaparan emisi kendaraan bermotor. Hanya saja, dalam penelitian ini, penyerapan polutan timbal oleh bougenville hanya sebesar 29,060 ug/g (mg/kg) dan itu pun tidak konstan.

“Tanaman bougenville termasuk ke dalam tanaman akumulator karena hanya mampu mengakumulasi timbal sebesar 29,060 mg/kg. Waktu optimasi penyerapan timbal oleh tanaman bougenville dengan metode pengasapan secara langsung terjadi pada hari ke-12 yaitu sebesar 29,060 mg/kg,” demikian simpulan penelitian Andi Nurhikmah dkk.

Selain menyerap polusi, masih banyak manfaat lain dari tanaman bougenville yang disebut dalam penelitian tersebut. Di antaranya, menyaring debu, meredam getaran suara, dan menyerap gas beracun hasil pembakaran. Selain itu, juga berfungsi memelihara keadaan lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan angin dalam batas yang nyaman untuk didiami manusia.

Selain bougenville, Pemprov DKI juga menggunakan tanaman lidah mertua sebagai alat mengurangi polusi udara. Pemprov membagikan secara gratis tanaman tersebut kepada warga Ibu Kota.

Menurut Staf Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB Nizar Nasrullah, seperti bougenville, lidah mertua juga memiliki daya serap tinggi terhadap polutan udara. Dia juga mengatakan, langkah Pemprov DKI menggunakan tanaman dua tanaman tersebut untuk menyerap polusi udara bukanlah langkah yang salah. Namun cara ini tidak akan efektif tanpa didukung langkah-langkah lain. Banyak hal yang perlu dilakukan, salah satunya dengan mengurangi sumber polusi tersebut.

Senada, pengamat transportasi dan tata kota Yayat Supriatna mengatakan, penananam bougenville hanya berguna untuk menghias wilayah Jalan Sudirman-MH Thamrin. Adapun efektivitasnya dalam menyerap polusi udara di Jakarta masih diragukan.

Menurutnya, mengurangi polusi udara tidak dapat hanya mengandalkan penanaman pohon atau bunga saja. Sumber polusi harus diperketat, pembuangan emisi dikurangi, dan bahan bakar kendaraan (BBM) perlu diganti yang lebih ramah lingkungan.

“Jadi, emisi udara diperketat, uji emisi wajib, bahan bakar diganti, mobil tua yang buang banyak polusi dikurangi atau diganti dengan gas atau listrik,” katanya menerangkan.

Kembali ke tanaman bougenville dan lidah mertua, dengan semua kelebihan yang dimiliki, apakah Anda tertarik menanam keduanya?#