Kakek Harun menjadi jamaah calon haji tertua di Indonesia dengan usia 119 tahun. Perjuangannya untuk menunaikan rukun Islam kelima ini tak mudah. Untuk mendaftar haji, jamaah caloh haji asal Pamekasan, Madura ini rela menjual tanah dan dua ekor sapi. Kegigihan Kakek Harun untuk bisa menjadi tamu Allah patut menjadi inspirasi bagi generasi saat ini.
TOKOH INSPIRATIF – Namanya Harun bin Senar. Kelahiran 1 Juli 1904. Sebentar lagi, kakek yang berasal dari Dusun Karang Duak, Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura, ini akan genap berusia 119 tahun.
Kakek Harun tercatat sebagai jemaah calon haji tertua di Indonesia untuk musim haji tahun ini.
Kakek Harun tercatat sebagai calon haji yang berangkat dari Embarkasi Surabaya dan masuk pada Kelompok Terbang (Kloter) 6. Ia masuk ke asrama haji pada Kamis (25/5), dan terbang ke Tanah Suci pada Jumat (26/5).
Di sekitaran gedung tempatnya transit sehari di asrama haji, Kakek Harun mengenakan batik haji Indonesia warna hijau kombinasi ungu lengan panjang, berkopiah hitam kombinasi oranye dan bersarung coklat tua kombinasi garis coklat muda.
Karena faktor usia, pendengaran Kakek Harun sedikit terganggu. Komunikasinya juga hanya bisa menggunakan Bahasa Madura.
“Kakek Harun tidak bisa Bahasa Indonesia. Ngomongnya juga agak sedikit keras agar beliau dengar,” ujar Musdi, keponakan sang kakek, yang Bahasa Indonesianya tidak terlalu lancar.
Musdi pun bercerita tentang keseharian Harun di rumah. Kadang ia berjualan ayam di pasar. Saat masih belum seusia sekarang, ia ke pasar menggunakan sepeda kayuh, namun kini berjalan kaki.
Kepalanya terus tertunduk ketika berbicara, hanya sesekali menghadap lawan bicaranya, tapi tidak lama tertunduk lagi. Di jari tengah tangan kanannya melingkar tasbih digital berwarna putih kombinasi hitam.
Pada 2017, ia memutuskan untuk mendaftar haji ke salah satu KBIH dekat desanya, dan mendapat jatah berangkat ke Tanah Suci pada 2046. Namun, kebijakan Pemerintah yang memprioritaskan jamaah berusia lanjut untuk berangkat tahun ini, membuat namanya masuk menjadi calon haji.
“Hanya” menunggu enam tahun, namanya tercatat masuk kuota salah satu jamaah calon haji.
Harun mengaku baru pertama kalinya berangkat haji. Pada tahun 2017, ia mulai mendaftar dan langsung masuk kategori prioritas lansia. Sehingga, ia bisa berangkat 6 tahun usai mendaftar.
Perjuangannya untuk menunaikan rukun Islam kelima ini tak mudah. Untuk mendaftar haji, Harun harus menjual tanah terlebih dahulu. Kemudian, setelah mendapat kabar dan diminta melunasi kekurangan biaya haji, tanpa pikir panjang Harun yang sudah lama ingin mengajak keponakannya berhaji segera membayarnya.
Dua sapi betina miliknya dijual. Hasilnya dibayarkan lunas untuk biaya beribadah ke Tanah Suci. Nama Harun dan Musdi pun lolos.
Bahkan, dari data medis tim kesehatan, semua hasilnya terkonfirmasi bahwa Harun dalam keadaan baik dan tak ada rekomendasi obat-obatan khusus yang harus dibawa, kecuali vitamin C beserta rekomendasi beristirahat yang cukup.
Dari sisi makanan, Harun juga tidak merepotkan, yang terpenting ada sayur dan kuah. Untuk minum ia selalu minta air putih hangat, khususnya air putih hasil dimasak.
Harun pun tak berkenan disiapkan kursi roda. Kakek 119 tahun yang istikamah melakukan shalat malam ini memilih berjalan kaki biasa dengan dituntun keponakannya.
Dari Madura ke Madinah
Pergi ke Mekkah dan Madinah adalah impiannya sejak lama. Harun bercerita sangat ingin menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima dengan keluarga, namun takdir berbicara lain.
Dari enam kali pernikahannya, semua istrinya sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Baru pada beberapa tahun terakhir ini, Allah SWT mengizinkannya untuk berkunjung ke Baitullah, tapi seorang diri, hanya didampingi sang keponakan.
“Saya menikahnya setelah istri meninggal dunia, enam kali. Anak-anak sudah keluarga semua, cucu, cicit juga. Ada yang sudah meninggal, ada yang masih ada,” tuturnya.
Harun adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Kakak dan adiknya, semua juga sudah wafat.
Di hadapan Ka’bah, ia ingin berdoa memohon kepada Allah SWT untuk selalu diberi keberkahan. Lalu, tak lupa akan mendoakan seluruh keluarga, kerabat, masyarakat Pamakesan, Jawa Timur, dan Bangsa Indonesia pada umumnya.
Ia juga mendoakan agar seluruh masyarakat Tanah Air selalu sehat, diberi umur panjang dan dilancarkan rezekinya.
Perhatian ke jamaah lansia
Pemerintah Provinsi Jatim melakukan berbagai upaya komprehensif untuk memberikan pelayanan maksimal bagi para jamaah calon haji, terutama yang berusia lanjut (lansia).
Bahkan, saat memimpin Apel Kesiapan Petugas Haji Indonesia Embarkasi Surabaya-Jawa Timur Tahun 2023 di Halaman Gedung Negara Grahadi Surabaya beberapa waktu lalu, Khofifah secara khusus menekankan pentingnya perhatian yang ekstra bagi jamaah lansia.
Pemprov Jatim berkomitmen untuk selalu berkoordinasi dengan Kanwil Kemenag maupun dengan para petugas haji, termasuk dengan Kadinkes Jatim serta Dirut RSU Haji yang lokasinya berada persis di sebelah Asrama Haji Sukolilo.
Petugas haji jangan sampai lengah dalam mengawal kesehatan para jamaah calon haji, terutama berusia lanjut, sehingga mobilitasnya juga bisa cepat dilakukan bila dibutuhkan.***
Sumber: Antara dan Detik.com