Gerhana Bulan Penumbra hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya. Penyebabnya adalah posisi Bulan, Bumi, dan Matahari yang hampir segaris.

TOKOH INSPIRATIF – Gerhana bulan Penumbra akan terjadi pada 5-6 Mei 2023 di seluruh wilayah Indonesia. Durasi gerhana bulan Penumbra dari fase Gerhana mulai (P1) hingga Gerhana berakhir (P4) adalah 4 jam 21 menit 28 detik. Seluruh fase gerhana ini dapat teramati di Indonesia.

Lantas, apa itu Gerhana Bulan Penumbra?

Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana bulan Penumbra terjadi saat posisi Bulan-Matahari-Bumi sejajar. Hal ini membuat Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra Bumi. Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama.

Gerhana Bulan sendiri merupakan peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Diketahui, gerhana bulan Penumbra 5 Mei 2023 ini merupakan anggota ke-24 dari 73 anggota pada seri Saros 141. Gerhana bulan sebelumnya yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah gerhana bulan Penumbra 24 April 2005.

Adapun gerhana Bulan yang akan datang yang berasosiasi dengan gerhana bulan ini adalah gerhana bulan Sebagian 16 Mei 2041.

Dapat dilihat di seluruh wilayah Indonesia

Fenomena gerhana bulan Penumbra yang terjadi malam ini dapat dilihat di semua wilayah Indonesia. Hal tersebut dijelaskan oleh Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rhorom Priyatikanto.

“Semua wilayah Indonesia kebagian, fenomena Gerhana Bulan Penumbra ini bisa dilihat di wilayah Indonesia sekitar tengah malam, yang terjadi pada tanggal 5-6 Mei 2023,” jelasnya, dikutip dari brin.go.id.

“Gerhana mulai tanggal 5 Mei 2023 dari pukul 21.15 WIB dan selesai pukul 01.30 WIB keesokan harinya dan puncaknya pada 23.24 WIB,” lanjut Rhorom.

Proses Terjadinya Gerhana Bulan Penumbra

Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika piringan purnama memasuki bayangan penumbra bumi. Bayangan Penumbra sendiri terbentuk ketika hanya sebagian cahaya Matahari terhalang Bumi.

Peristiwa ini merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan.

Gerhana Bulan Penumbra hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya. Penyebabnya adalah posisi Bulan, Bumi, dan Matahari yang hampir segaris.

“Tapi ketiganya tidak cukup segaris untuk menghasilkan Gerhana Bulan total,” ujar Rhorom.

Lebih lanjut, Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika ada sebagian cahaya Matahari yang terhalang oleh Bumi, dengan kata lain Bulan masuk di bayangan penumbra Bumi. Saat Bulan memasuki penumbra, terangnya berkurang secara gradual.

Proses Gerhana Bulan Penumbra ini adalah posisi Bulan, Matahari, Bumi sejajar di mana Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra Bumi. Akibatnya saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama.

Selain itu, Rhorom juga menjelaskan mengenai perbedaan umbra dan penumbra pada Gerhana Bulan.

“Perbedaan umbra dan penumbra pada gerhana Bulan yaitu bila ada bagian Bulan yang memasuki umbra, maka bagian tersebut tidak menerima cahaya Matahari, kecuali sebagian kecil yang terbiaskan oleh atmosfer Bumi dan sebaliknya, bagian yang masuk penumbra masih menerima cahaya Matahari,” ujarnya.

Cara Melihat Gerhana Bulan Penumbra

Sebagai informasi tambahan, Gerhana Bulan Penumbra cukup sulit disaksikan tanpa bantuan kamera, karena hanya berupa peredupan purnama.

“Maka gerhana ini tidak seperti gerhana sebagian atau total yang membuat Bulan tampak kemerahan,” jelasnya.

Untuk menyaksikan Gerhana Bulan Penumbra ini, masyarakat dapat mengecek kondisi cuaca lokal dan sempatkan memantau langit malam ini.

Kemudian, bagi masyarakat yang ingin mengabadikan fenomena ini, kamera digital akan memudahkan untuk melakukan dokumentasi.

Disebutkan, selain fenomena Gerhana Bulan Penumbra, jika beruntung di saat yang bersamaan masyarakat juga dapat mengamati terjadinya Hujan Meteor Eta Aquariid. Hujan Meteor Eta Aquariid biasa terjadi antara tanggal 19 April hingga 28 Mei.

“Hujan Meteor Eta Aquariid biasa terjadi ketika Bumi memasuki aliran meteoroid/debu sisa komet Halley yang melintas puluhan tahun silam.”

Namun, meskipun terjadi bersamaan, Rhorom mengatakan, kedua fenomena ini tidak saling berkaitan.

Fenomena Gerhana Sepanjang Tahun 2023

Pada tahun 2023 terjadi 4 (empat) kali gerhana, yaitu 2 (dua) kali gerhana Matahari dan 2 (dua) kali gerhana Bulan, sebagai berikut :

  1. Gerhana Matahari Hibrid (GMH) 20 April 2023 yang dapat diamati dari Indonesia.
  2. Gerhana Bulan Penumbra (GBP) 5-6 Mei 2023 yang dapat diamati dari Indonesia.
  3. Gerhana Matahari Cincin (GMC) 14 Oktober 2023 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.
  4. Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 29 Oktober 2023 yang dapat diamati dari Indonesia.***