Faisal Basri dikenal sebagai seorang ekonom dan aktivis politik yang selalu teguh dalam membela kaum lemah, meninggalkan warisan prinsip yang kuat dalam pengelolaan ekonomi dan politik demi kepentingan publik.
TOKOH INSPIRATIF – Kamis, 5 September 2024, Indonesia kehilangan salah satu tokoh besarnya. Faisal Basri menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan, hanya sebulan sebelum usianya genap 65 tahun. Sejak berita wafatnya tersiar, rumah duka di Tebet, Jakarta Selatan, dipenuhi oleh karangan bunga dari berbagai pihak yang ingin mengucapkan belasungkawa.
Faisal Basri bukan hanya dikenal sebagai seorang ekonom senior di Universitas Indonesia, tetapi juga sebagai pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Selama hidupnya, Faisal berdedikasi untuk memperjuangkan keadilan dan transparansi dalam kebijakan ekonomi dan politik, sering kali menentang kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil.
Sebelum wafat, Faisal Basri masih sempat melakukan perjalanan ke Dairi, Sumatera Utara, untuk membela para petani yang menolak kehadiran pertambangan seng di wilayah mereka.
Baginya, nilai ekonomi dari tambang seng tersebut tidak sebanding dengan kerugian yang akan ditanggung masyarakat akibat rusaknya lahan pertanian dan sungai oleh limbah tambang. Sikapnya yang selalu berpihak pada masyarakat kecil dan lingkungan menjadi ciri khas dari setiap tindakan dan pernyataannya.
Ekonom yang Teguh dan Kritis
Sikap kritis Faisal Basri tidak pernah pudar, bahkan saat ia turut berperan dalam pemerintahan. Ia dikenal berani dalam melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah, meskipun banyak di antaranya diabaikan oleh para pengambil keputusan.
Salah satu isu yang kerap disorotnya adalah kebijakan penghiliran nikel yang dinilai hanya menguntungkan pengusaha besar, sementara dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat lebih besar.
Selain itu, Faisal juga sering kali mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo, termasuk dalam hal utang negara yang dianggapnya semakin membebani rakyat.
Dengan keberanian dan ketegasan, Faisal menolak godaan kekuasaan yang sering kali mengaburkan prinsip-prinsip keadilan.
Perjuangan Melawan Korupsi
Faisal Basri juga merupakan sosok penting dalam gerakan anti-korupsi di Indonesia. Ia turut mendirikan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Kedua lembaga ini memiliki peran besar dalam mengawasi dan mengungkap praktek-praktek korupsi di Indonesia.
Kontribusi Faisal dalam memerangi korupsi menunjukkan kepeduliannya yang mendalam terhadap masa depan bangsa.
Selain kiprah di dunia ekonomi, Faisal Basri juga terlibat dalam dunia politik. Pada 1998, ia ikut mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) setelah tumbangnya rezim Soeharto. Namun, ketika melihat partai tersebut mulai menyimpang dari nilai-nilai inklusif yang didukungnya, Faisal memilih mundur.
Ia juga pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012, meskipun harus menerima kekalahan di putaran pertama. Kekalahan itu tak membuatnya mundur dari dunia aktivisme politik, ia terus terlibat dalam gerakan masyarakat sipil yang menyerukan keadilan dan kebebasan.
Warisan untuk Bangsa
Warisan Faisal Basri tidak hanya dalam bentuk lembaga-lembaga yang ia dirikan, tetapi juga dalam sikap dan nilai-nilai yang ia pegang teguh sepanjang hidupnya. Ia selalu percaya bahwa ekonomi dan politik harus dikelola demi kepentingan publik, bukan segelintir elit.
Kritik-kritiknya yang berbasis data dan fakta menjadi cerminan dari dedikasinya sebagai seorang ilmuwan dan aktivis yang tak kenal lelah.
Kini, Faisal Basri telah tiada, namun suara dan perjuangannya tetap hidup dalam hati banyak orang. Indonesia kehilangan seorang tokoh besar yang tak hanya peduli, tetapi juga gigih dalam memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Semangatnya untuk membela kaum lemah, melawan korupsi, dan menjaga kelestarian lingkungan akan terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.***