Tiga siswa SMA dari Kalimantan Tengah sukses memenangi kompetisi internasional atas temuan obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit kanker.

Yazid, Aysa Aurealya Maharani, dan Anggina Rafitri berhasil mencetak prestasi yang membanggakan Indonesia di mata dunia. Tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ini meraih juara dunia atas temuan obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit kanker dalam kompetisi internasional yang dihelat di Seoul, Korea Selatan.

Obat tradisional itu berasal dari ekstrak batang pohon tunggal atau dalam bahasa dayak disebut dengan Bajakah. Tanaman ini diperoleh di hutan Kalimantan Tengah.

Dilansir dari Official Account Indonesian Young Scientist Association (IYSA), Yazid, Aysa dan Anggina sebelumnya telah mengikuti lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan Bandung (UPI).

Setelah lolos menjadi salah satu pemenang di perlombaan YNSF, keduanya dikirim sebagai perwakilan dari Indonesia untuk mengikuti World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan pada 25-27 Juli 2019. Dalam ajang tersebut, mereka berhasil meraih Gold Medals dengan menggeser 22 negara yang ikut berkompetisi saat itu.

Guru pembimbing siswa yang merupakan guru biologi, Helita, mengatakan, keberhasilan ketiga siswa tersebut berawal dari informasi Yazid. Menurut Yazid, ada sebuah tumbuhan di hutan Kalimantan Tengah yang kerap digunakan keluarganya bisa menyembuhkan kanker, bahkan kanker ganas stadium empat sekalipun.

Di bawah bimbingan Helita, ketiga siswa itu memutuskan untuk mulai menggali informasi yang lebih mendalam mengenai kayu bajakah tersebut. Penelitian diawali dengan uji pendahuluan di laboratorium sekolah.

Lalu penelitian dilanjutkan dengan uji sampel penelitian lanjutan, yang menggunakan dua ekor mencit atau tikus betina atau tikus kecil berwarna putih, yang sudah diinduksi atau disuntik zat pertumbuhan sel tumor atau kanker.

Sel kanker berkembang di tubuh tikus dengan ciri banyaknya benjolan di tubuh, mulai dari ekor hingga bagian kepala.

Mereka lalu memberikan dua penawar atau obat yang berbeda terhadap kedua tikus. Satu tikus diberi bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminumkan ke tikus, sementara tikus laiin diberi air rebusan yang berasal dari kayu bajakah.

“Setelah memasuki hari ke-50, mencit yang diberi air penawar dari bawang dayak mati, sementara mencit yang diberi cairan kayu bajakah tetap sehat, bahkan bisa berkembang biak,” ujar Helita.

Setelah melalui pembuktian terhadap media uji sampel, pada awal Mei 2019 penelitian dilanjutkan dengan memeriksa kadar yang terdapat pada kayu bajakah tersebut melalui uji laboratorium, yang bekerja sama dengan pihak laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Hasil penelitian, kayu bajakah ternyata memiliki kandungan yang cukup kaya antioksidan, bahkan ribuan kali lipat dari jenis tumbuhan lain yang pernah ditemukan, khususnya untuk penyembuhan kanker. Beberapa hasil uji laboratorium juga ditemukan fenolik, steroid, tannin, alkonoid, saponin, terpenoid, hingga alkonoid.

Berdasarkan hasil tertulis uji laboratorium dari Universitas Lambung Mangkurat itu, ketiga siswa dibantu guru pembimbing mengolah kayu bajakah menjadi serbuk teh siap seduh untuk bisa dibawa ke ajang kompetisi yang akan diadakan di Bandung.

Pada 10 Mei 2019, guru pembimbing dan ketiga siswa sepakat untuk mengikuti perlombaan yang diadakan di Bandung.

“Kami sepakat untuk mengikuti lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF) yang dilaksanakan di UPI Bandung. Kami bersyukur berhasil memenangi perlombaan tersebut. Bahkan, tak disangka kami menjadi perhatian dan berhasil meraih juara, dengan memperoleh medali emas, terbaik se-Indonesia,” ujarnya.

Sukses di Bandung, karya ilmiah dari ketiga siswa tersebut dipilih mewakili Indonesia untuk tampil dalam perlombaan tingkat internasional dalam ajang World Invention Olympic di Seoul, Korea Selatan.  Namun, dalam ajang selanjutnya Yazid tidak ikut sehingga diwakilkan oleh dua rekannya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani.

Kemenangan tersebut membuat semangat ketiga siswa semakin meningkat. Mereka bangga bisa membawa harum nama Kalimatan Tengah dan Indonesia dalam ajang internasional.

Anggina mengatakan merasa bahagia dapat membantu orang banyak untuk penyembuhan kanker dan membagi informasi tentang kearifan lokal Kalimantan Tengah.

“Ke depan kami akan terus berupaya menggali potensi alam lain agar Kalimantan Tengah yang kaya akan sumber daya bisa bermanfaat bagi banyak orang,” kata Anggina.

Seperti diketahui, kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan sel-sel di bagian payudara secara abnormal dan tidak terkendali. Sel tersebut akan membelah dengan waktu yang sangat cepat dan berkumpul untuk membentuk sebuah benjolan. Pada akhirnya, sel tersebut akan menyebar ke bagian organ tubuh lainnya.

Sampai saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan kanker. Penemuan tiga siswa ini tentu sangat berarti bagi dunia pengobatan dan kehidupan umat manusia. Selamat, ya!