Tiga mahasiswa Universitas Negeri Surabaya berhasil menciptakan salep dari daun ciplukan yang efektif menyembuhkan luka bakar.

Sering kali luka bakar menjadi masalah kesehatan hingga menyebabkan infeksi bahkan kematian. Cedera luka bakar dapat mengakibatkan kerusakan atau kehilangan jaringan yang juga menyebabkan adanya rasa trauma yang tinggi pada penderita.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Surabaya (UNESA) hadir dengan segudang ide kreatif yang dapat diuji secara ilmiah. Ketiganya adalah Rosda Febriani Safitri dari jurusan fisika, Lina Zendya dari jurusan fisika, dan I’in Dewi Syuryani dari jurusan biologi.

Mereka berinisiatif untuk memanfaatkan kekayaan potensi tanaman liar yang ada di tanah air sebagai obat. Salah satu tanaman liar tersebut adalah ciplukan.

Tanaman bernama ilmiah Physalis angulata L. ini banyak dijumpai di pekarangan rumah, di lahan kosong dan sekitar sawah. Walaupun disebut dengan tanaman liar, namun masing-masing bagian tubuhnya mempunyai berjuta potensi untuk kesehatan, salah satunya adalah bagian daunnya.

Melalui program kreativitas mahasiswa, ketiga mahasiswa tersebut mengeksplorasi daun ciplukan sebagai bahan farmasi. Setelah melakukan uji fitokimia, ternyata daun ciplukan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, fenolik, dan tanin. Adanya senyawa metabolit sekunder tersebut memilki peran penting dalam proses penyembuhan luka bakar.

Selanjutnya, mereka bertiga melakukan uji stabilitas fisik salep dengan hasil yaitu bau dari salep tersebut adalah bau khas ekstrak daun ciplukan dan tekstur salep basis larut air.

Semua bahan salep serta ekstrak daun ciplukan dapat homogen, sehinga tidak didapati gumpalan. Kemudian diujikan pada kulit yang terkena luka bakar selama 20 hari, ternyata penyembuhan luka bakar berbahan alami lebih cepat dibandingkan dengan gel luka bakar yang berbahan dasar kimia, luas luka bakar juga lebih cepat menutup dengan mengoles salep ini. #