Di tangan dua sosok kreatif ini, limbah popok bayi diolah menjadi pot, pupuk cair, hingga replika bonsai yang bernilai ekonomi dan memiliki daya guna.

Saat ini, para orangtua memilih diapers sekali pakai untuk kebutuhan popok bayi mereka. Selain dianggap lebih nyaman dan praktis, produk ini dianggap meringankan pekerjaan orangtua. 

Namun tahukah Anda, kehadiran popok sekali pakai menyisakan permasalahan sampah yang tak hanya berpotensi mencemari lingkungan tapi juga mempengaruhi kesehatan manusia.  Riset World Bank 2017 tentang komposisi sampah laut menyebutkan, popok bayi adalah penyumbang sampah kedua terbesar.

“Timbunan sampah setiap hari kian menggunung, baik organik maupun anorganik. Apalagi pampers bekas yang saat ini menjadi masalah serius bagi lingkungan,” ungkap Tri Wardoyo, Staf Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang (Polbangtan YoMa).

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Tri Wardoyo  memutar otak untuk mengkreasikan limbah bekas diapers menjadi barang yang bernilai ekonomi dan memiliki daya guna. Dimulai riset kecil-kecilan, dari beberapa kali percobaan akhirnya muncul ide mengolah pempers bekas menjadi pot tanaman.

Wardoyo membersihkan pempers bekas dengan alat yang sangat sederhana hingga menghasilkan air pempers dan gel. Gel dari diapers digunakan sebagai POC (pupuk organik cair), sedangkan kain pelapis atau kapasnya dipakai sebagai bahan untuk membuat pot.

Proses pembuatan pot ini sangat sederhana. Kain bekas pempers dicelupkan ke dalam adonan semen.  Dengan perbandingan 7 cetok semen : 2 liter air.  Pempers dicelupkan dan dicetak dengan media ember bekas. Maka jadilah pot unik itu.

Setelah mengering,  pot diwarnai. Sehingga muncul nuansa artistiknya. Siapa sangka jika pot cantik itu terbuat dari pampers bekas. Kesan pampers bekas yang menjijikkan pun hilang seketika.

Replika tanaman

 Masih soal kreasi unik dari limbah bekas diapers, Eko Rudi Prasetyo asal Kota Batu, Malang, mampu menyulap limbah diapers menjadi replika tanaman dan pot bunga yang cantik.

Cara membuat replika tanaman Bonsai tidak jauh berbeda ketika membuat pot. Popok terlebih dahulu dikeringkan dalam keadaan bersih.

“Kalau untuk membuat pot, dibutuh pot asli untuk mencetak pot, sedangkan membuat bonsai hanya butuh kawat dan tali tampar,” ucap Rudi yang gemar mengoleksi tanaman hias ini.

Sedangkan untuk membuat replika daun, Rudi menambahkan tali berwarna hijau yang diserut, sehingga menyerupai tanaman. Hasilnya sangat mirip dengan tanaman Bonsai, mulai dari tangkai, yang bagian bawah besar, sampai pucuk tanaman.

Dalam sehari, ia mengaku bisa membeli lebih dari 3000 diapers bekas dari warga sekitar. Popok itu ia beli dengan harga sangat murah dengan syarat sudah bersih. Secara tidak langsung, ia juga menyarankan agar diapers jenis apapun tidak dibuang, tetapi dibeli oleh dirinya.

Rudi berharap bisa menularkan ilmu daur ulang popok menjadi aneka kerajinan bermanfaat ini kepada ibu-ibu di lingkungan sekitar. “Harapan saya, selain bisa menambah penghasilan, sekaligus mengurangi pembuangan sampah diapers di sungai,” pungkasnya.#