Go International dengan Mendongeng

Pedongeng senior Mochamad Ariyo Faridh Zidni tak kenal lelah untuk berkontribusi melestarikan dongeng di Tanah Air. Aktif mengenalkan dongeng kepada generasi muda, melakukan pelatihan mendongeng, dan mendirikan berbagai organisasi skala nasional dan internasional semata-mata agar budaya dongeng tidak hilang oleh kemajuan jaman.

Sebuah profesi, apapun itu, bila ditekuni, pasti akan membuahkan hasil yang gemilang. Tak terkecuali dengan profesi sebagai pendongeng. Mochamad Ariyo Faridh Zidni adalah contoh sukses itu. Melalui dongeng, Kak Aio, demikian sosok 39 tahun ini biasa disapa, sudah menjelajahi Aceh hingga Papua, dan mancanegara. Berbagai organisasi dan komunitas dongeng juga telah dia dirikan.

Salah satu komunitas yang dibesarkan Kak Aio adalah Komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Didirikan pada 2011 di Jakarta, komunitas ini mengusung misi untuk mengampanyekan kebiasaan mendongeng di kalangan masyarakat.

“Kami ingin dongeng itu banyak yang melakukannya. Ayo Dongeng, isinya relawan semua dan mereka enggak ada yang pendongeng profesional, tapi kami berlatih dan belajar bareng-bareng,” ujar sosok ramah ini kepada tokohinspiratif.id.

Meski Ayo Dongeng berbasis di Jakarta, namun setiap kota juga bisa membuat komunitas yang sama. “Kami enggak mau ada cabang di kota lain. Jadi teman-teman yang mau buat di kotanya boleh bikin, nanti kami bantu. Hal itu dilakukan biar tiap kota punya rasa memiliki. Seperti di Jogja, Malang, Bandung dan lainnya,” terang Ariyo.

Ayo Dongeng memiliki dua program rutin, yakni ‘Dongeng Kejutan’ yang digelar tiap bulan dan program tahunan bernama ‘Festival Dongeng Internasional’. “Untuk ‘Dongeng Kejutan’, kami bikin dongeng di public space dan gratis, jadi setiap orang bisa datang,” paparnya.

Sedangkan program ‘Festival Dongeng Internasional’, Ayo Dongeng mengundang pendongeng-pendongeng dari luar negeri untuk datang ke Indonesia. “Para pendongeng internasional kami undang untuk mendongeng di festival ini jadi sifatnya volunteer. Kalau ada waktu diajak juga keliling Indonesia,” ujar pengarang buku dongeng ‘Kanchil: Kisah Sebenarnya’ dan ‘Biru: Dongeng Ajaib’ ini.

Ayo Dongeng juga kerap melakukan kegiatan mendongeng untuk anak-anak tunanetra dan tunarungu. Menurut Ariyo, tidak ada kesulitan berarti saat mendongeng di hadapan anak-anak berkebutuhan khusus. Sebaliknya, hal tersebut menjadi tantangan yang menarik.

“Kesulitan sih enggak, tapi harus jaga-jaga, hati-hati dan lebih sensitif dan itu tantangan yang menarik,” ungkap Ariyo.

“Harus hati-hati saat menyebutkan warna dan ukuran kepada tunanetra, kita harus mendeskripsikan itu. Jadi kita diskusikan hal-hal itu, menggali potensi atau kekuatan lainnya, misalnya dengan indra peraba. Ketika kita mendongeng, sebenarnya kita lebih banyak mendengarkan, dan memerhatikan nanti anak-anaknya responsnya gimana,” tambahnya.

Anak-anak tunarungu juga memerlukan perlakukan yang berbeda. “Kalau tunarungu beda lagi, beberapa ada yang masih bisa mendengarkan dengan alat bantuan, ada yang bisa membaca bahasa isyarat, ada juga yang bisa membaca gerakan bibir. Ada juga yang bisa melihat mimik muka dan bisa merasakan penekanan nada pada bagian tertentu,” jelas Kak Aio.

“Kalau anak-anak tunarungu harus hati-hati di bagian pengucapan, harus jelas pengucapannya, harus pelan-pelan biar mereka yang masih bisa sedikit mendengar bisa mengerti. Biasanya aku juga minta bantuan teman untuk bantu bahasa isyarat, jadi mendongengnya jangan kecepatan,” ungkapnya.

Meskipun menghadapi bermacam-macam tipe audiens, Ariyo yang selalu tampil ceria mengaku tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu. Pemilihan tema cerita yang menarik dan teknik bercerita yang mempesona,  menarik perhatian pendengarnya untuk betah berlama-lama bersama Ariyo yang pandai menghidupkan suasana. Seringkali dia mengajak berinteraksi dengan pendengarnya, baik itu anak-anak ataupun orang dewasa.

Ariyo mengatakan, dongeng sangat penting dilestarikan. Setidaknya ada dua alasan yang dia kemukakan. Pertama, dongeng sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak dan merekatkan hubungan dengan orangtua. Dengan dongeng, ada kedekatan yang bisa ditumbuhkan dalam hubungan orang tua dan anak sehingga anak merasa nyaman, aman dan banyak hal baik dan menyenangkan yang bisa diperkenalkan ke anak melalui dongeng dari orang tuanya.

Kedua, dongeng juga menjadi salah satu media untuk keceriaan, inspirasi, memotivasi dan pengembangan imajinasi anak-anak. Sebuah dongeng, menurut Ariyo, adalah pengalaman bersama melalui kekuatan narasi.

Karena itulah Ariyo tak kenal lelah untuk ikut berkontribusi dalam melestarikan dongeng di Tanah Air. Dalam berbagai kesempatan, Ariyo mengenalkan dongeng serta melakukan pelatihan mendongeng kepada generasi muda yang tertarik dengan dunia pendongeng. Itu semua dilakukan agar dongeng tidak hilang oleh kemajuan jaman.

***

Lahir di Jakarta, 18 Juni 1980, Mochamad Ariyo Faridh Zidni adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tumbuh dan besar dari keluarga pecinta buku, sejak kecil Ariyo telah terbiasa membaca beraneka jenis bacaan, tak terkecuali buku-buku dongeng.

“Dari kecil memang suka buku cerita, bapak sama mama pasti suka beliin buku, baik buku bekas atau ke toko buku. Keluarga besar juga suka buku, kalau kumpul keluarga, selalu ngobrolin buku,” kenangnya.

Pekenalan Ariyo dengan dunia dongeng bermula dari sebuah kegiatan sosial yang diikutinya saat masih berstatus mahasiswa pada tahun 1999. Saat itu, bersama kelompoknya, Ariyo mendongeng di beberapa rumah sakit untuk menghibur anak-anak penderita kanker dan tumor. Ariyo mengaku sangat bersyukur karena dari sana, dia bisa belajar banyak metode untuk mendongeng.

“Sangat bersyukur, karena perkenalan pertamanya lewat kegiatan sosial itu kan (rumah sakit), bikin mengeksplor macam-macam. Lanjut mendongeng ke anak-anak marjinal, di kolong jembatan, yang jauh-jauh, dan macam-macam. Dari sana mulai mengeksplor cara mendongeng yang berbeda. Bukan dongeng yang ‘pertunjukan’ banget dan enggak yang gede,” kenang pria lulusan Sastra dari Universitas Indonesia.

Menurut Kak Aio, tidak diperlukan kemampuan khusus untuk mendongeng. “Enggak butuh skill atau alat bantu yang gede banget. Dulu sempat coba pakai boneka, pakai wayang-wayangan, pakai musik. Tapi malah menemukan kalau dongeng yang menyenangkan justru enggak pakai apa-apa,” jelas Ariyo yang kini berdomisili di Bogor.

Hampir dua puluh tahun berlalu, berbagai pengalaman menjadi pendongeng telah dialami. Mulai dari menjadi bagian dalam penyembuhan trauma melalui dongeng untuk anak korban bencana alam di Aceh, Lombok, Yogyakarta dan lainnya, hingga kegiatan dongeng di acara sekolah, perpustakaan, serta perusahaan dan beragam festival perusahaan lainnya.

Menjadi seorang pendongeng juga memacu kak Aio untuk terus membagikan ilmunya kepada banyak orang. Kak Aio tercatat sering menjadi narasumber pelatihan mendongeng pada banyak festival dongeng Internasional di Singapura, India, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam.

“Senang karena memang bisa membawa, memperkenalkan, dan menyebarkan cerita Indonesia ke dunia luar,” cetusnya.

Selain menjadi seorang pendongeng, Ariyo ternyata juga merupakan seorang pelatih mendongeng dan penulis cerita. Ariyo pernah menjadi dosen mata kuliah penuturan cerita di Universitas Indonesia dan dosen tamu di beberapa universitas lainnya dengan subjek cerita yang berkaitan dengan dongeng.

Berlatar belakang dunia literasi, kepustakawanan dan pendidikan anak, serta kapasistasnya sebagai soft-skill master trainer, Ariyo aktif menginisiasi beberapa pembentukan komunitas. Seperti komunitas Reading Bugs Indonesia, Komunitas Ayo Dongeng Indonesia seperti disebutkan di atas, serta inisiator festival dongeng di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Malang, Surabaya, Ambon, Poso, Aceh, dan Lombok.

Ariyo juga tercatat sebagai salah satu pendiri Federasi pendongeng Asia (FEAST) yang didirikan di Singapura bersama beberapa pendongeng Internasional lainnya.

Atas perjalanan panjang di dunia dongeng yang telah dilakoni, Ariyo berharap semakin banyak kegiatan dongeng di ruang rumah, sekolah, dan komunitas yang dilakukan oleh banyak orang, sehingga ada banyak anak-anak yang menikmati masa menyenangkan dengan cerita dan orang terdekatnya.

“Semoga semakin banyak orang tua, guru dan kakak-kakak yang senang dan mau melakukan kegiatan mendongeng bagi anak-anak. Karena mendongeng itu baik, mendongeng itu mudah dan sederhana namun menyenangkan dan penting,” pungkasnya.

Riwayat Hidup

Biodata
Nama   : Mochamad Ariyo Faridh Zidni
TTL       : Jakarta 18 Juni 1980
Surel     : ariyoariyo@gmail.com
Instagram :  @aiodongeng
Facebook   : Ayo Dongeng Indonesia

Pendidikan
S1 Program Studi Ilmu Perpustakaan & Informasi, Universitas Indonesia

Pendiri dan penginisiasi komunitas dongeng
Direktur Festival Dongeng Internasional Indonesia
Pendiri dan Ketua Ayo Dongeng Indonesia
Direktur Imaginatory
Pendiri Federasi Pendongeng Asia (FEAST)

Keikutsertaan dalam Festival Dongeng
Penang International Kids and Storytelling Festival – 2011, Malaysia
Tell a Story Day, International Storytelling Festival – 2013 & 2014, Malaysia
Under The Aalamaram, Chenai International Storytelling Festival – 2014 & 2018, India
Pune International Storytelling Festival – 2014, India
Vietnam International Storytelling Festival – 2016 & 2017, Ho Chi Minh City
Thailand International Storytelling Festival – 2016  &  2017
AKT Storytelling Festival – 2018, Singapore
398.2 International Storytelling Festival –  2018, Singapore
International Speaker on The 1st Conference of FEAST – 2018, Singapore
Pesta Boneka :  International Puppetry Festival – 2019, Jogjakarta

Buku yang pernah diterbitkan
Kanchil : Kisah Sebenarnya – picture book, 2016#
Biru: Dongeng Ajaib.