Muza Straw, Sedotan BiOplastik dari Air Cucian Beras dan Kulit Pisang
Dua siswi SMAN 1 Yogyakarta sukses menciptakan ‘Muza Straw’ yakni sedotan bioplastik ramah lingkungan dari limbah kulit pisang kepok dan air cucian beras.
Sejak dulu, sampah plastik selalu jadi momok yang menghantui kelestarian lingkungan. Semua karena sifat dasar plastik yang sulit terurai.
Bayangkan saja, plastik yang anda gunakan untuk membungkus makanan baru bisa terurai alami di tanah setelah tertimbun selama 200 – 400 tahun lamanya. Kandungan atau zat kimia yang terkandung dalam plastik juga berpotensi membunuh bakteri pengurai plastik yang hidup di tanah.
Dampaknya, air bersih jadi tercemar, makhluk hidup bawah tanah (seperti cacing) terganggu, terhambatnya proses penyerapan air di tanah, hingga tersumbatnya salur pembuangan air.
Selain merusak lingkungan, sampah plastik yang hanyut dan menumpuk di laut juga mengganggu keberlangsungan hidup makhluk yang ada di sekitarnya. Sudah tak terhitung banyaknya burung, ikan, penyu, dan mamalia laut lainnya yang harus meregang nyawa akibat menelan sampah plastik yang berserakan.
Adalah Trisna Adisti dan Fauzia Enggarriani, dua siswi SMAN 1 Yogyakarta muncul dengan ide brilian. Keduanya menciptakan Muza Straw, sedotan yang bioplastik ramah lingkungan. Uniknya, bahan baku sedotan ini berasal dari kulit pisang kepok dan air cucian beras.
Trisna menjelaskan, pemilihan bahan dari kulit pisang kepok dan air cucian beras ini karena pada umumnya kulit pisang dan air cucian beras kurang dimanfaatkan dan cenderung dibuang begitu saja.
“Karena banyak limbah kulit pisang dari pedagang-pedagang, kemudian air cucian beras langsung dibuang padahal (air cucian beras) mengandung pati yang bisa jadi bahan dasar pembuatan bioplastik,” kata Trisna.
Lanjut dia, kabohidrat atau hidrat arang dalam kulit pisang mengandung amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat atau kabohidrat kompleks. Sementara itu, air cucian beras mengandung karbohidrat jenis pati sebanyak 70 persen pada beras pecah kulit.
“Kedua bahan tersebut mengandung bahan dasar pembuatan plastik biodegradable yaitu pati yang dapat didegradasi oleh bakteri psedomonas dan bacillus memutus rantai,” lanjutnya
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sedotan bioplastik ini yakni kulit pisang kepok, air cucian beras, carboxymethyl cellulose (CMC), gliserin, cuka, pewarna dan perisa makanan.
Untuk proses pembuatannya, pertama rendam kulit pisang dengan air garam selama 2 x 24 jam. Kemudian haluskan kulit pisang yang telah direndam dengan juicer. Lalu saring kulit pisang yang telah dihaluskan dan larutkan CMC dengan air mendidih lalu saring.
“Masukkan air cucian beras ke air filtrasi pisang, tambahkan gliserin dan cuka. Masukkan CMC dan fitrasi pisang, cuka, gliserin ke dalam panci, aduk hingga merata,” kata dia.
Setelah itu, tambahkan 1 sendok teh pewarna makanan dan 1 sendok teh perisa serta 4 sendok makan gula. Aduk hingga merata. Tuang adonan ke dalam cetakan dan plastik siap dibentuk menjadi sedotan.
“Hasilnya berupa lembaran bioplastik yang nanti dicetak menjadi sedotan bioplastik,” ucapnya kepada Tribunjogja.com
Lanjut dia, sedotan bioplastik ini telah lolos uji kelarutan, yakni mencoba melarutkan sedotan pada air biasa dan hasilnya sedotan dapat larut selama 12 jam. Selain itu, sedotan bioplastik ini juga telah lolos uji cemaran logam.
“Uji kelarutan dan uji logam hasilnya aman, kami tinggal menunggu uji mikroba di Laboratorium Fakultas Pertanian UGM,” tuturnya.
Fauzia Enggarriani menambahkan, pembuatan sedotan bioplastik ini terkendala pada proses pencetakan sedotan yang manual.
“Karena sekarang masih manual kalau produksi banyak kan tidak bisa, karena kalau manual lama sekali. Kami pakai pipa stainless stell kemudian digulung. Makanya kami menunggu alat untuk mencetak sedotannya,” ucap Fauzia.
Kedepan, nantinya sedotan bioplastik dari kulit pisang kepok dan air cucian beras ini akan diproduksi secara massal sehingga dapat mengurangi kerusakan ekosistem oleh sedotan plastik.
“Sedotan bioplastik ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran laut oleh plastik sehingga ekosistem laut bisa lebih terjaga,” terangnya.
Berkat penelitiannya, sedotan bioplastik karya siswi SMAN 1 Yogyakarta ini lolos ke dalam 25 finalis kompetisi lingkungan hidup tingkat SMA se-Indonesia Toyota Eco Youth (TEY) #11 yang diselenggarakan oleh Toyota Indonesia.#