Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Bonus demografi sendiri adalah masa di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk dengan usia tidak produktif. Berdasarkan data publikasi BPS tahun 2018, jumlah pemuda yang tersebar diseluruh Indonesia sebanyak 63,82 juta jiwa. Untuk menjembatani antara pemerintah dengan banyaknya jumlah pemuda di Indonesia, maka presiden merekrut tujuh anak muda dari total 12 Staff Khusus Kepresidenan. Inilah sekilas profil mereka.

Presiden Joko Widodo, Kamis, 21 November 2019, memperkenalkan staf khusus baru yang akan membantunya dalam pemerintahan.

“Ketujuh anak muda ini akan menjadi teman diskusi saya, harian, mingguan, bulanan, memberikan gagasan-gagasan segar yang inovatif, sehingga kita bisa mencari cara-cara baru, cara-cara yang out of the box, yang melompat untuk mengejar kemajuan negara,” demikian kata Presiden Jokowi dalam rilis yang diterima tokohinspiratid.id dari Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.

Staf khusus baru berjumlah tujuh orang tersebut berusia antara 23-36 tahun atau generasi milenial.

Mereka adalah Adamas Belva Syah Devara (29 tahun, pendiri sekaligus CEO Ruang Guru), Andi Taufan Garuda Putra (32 tahun, CEO salah satu lembaga keuangan mikro PT Amartha), Aminuddin Ma’ruf (santri muda, 33 tahun, mantan Ketua Umum PB Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016), Angkie Yudistia (32 tahun, anak muda penyandang disabilitas yang aktif bergerak di sosiopreneur melalui Thisable Enterprise), Ayu Kartika Dewi (36 tahun, pendiri sekaligus mentor lembaga SabangMerauke), Gracia Billy Mambrasar (putra Papua, 31 tahun, CEO Kitong Bisa), dan Putri Indahsari Tanjung Putri (CEO Creativepreneur Event Creator dan CBO Kreavi).

Presiden Jokowi secara khusus meminta Angkie untuk menjadi juru bicara Presiden di bidang sosial, dan menugaskan Aminuddin untuk berkeliling ke pesantren untuk menebar gagasan dan inovasi baru.

Presiden berharap akan muncul inovasi, gagasan, ide, hingga terobosan baru dari para staf khusus yang baru tersebut sehingga akan semakin memudahkan Presiden dalam mengelola negara Indonesia. Presiden memberikan contoh, bagaimana mengelola puskesmas yang tersebar di seluruh Tanah Air melalui pendekatan aplikasi sistem.

Penasaran dengan tujuh anak muda tujuh Millenial Staff Khusus Kepresidenan ini? Berikut adalah profil singkat mereka.

 Adamas Belva Syah Devara

Kerap disapa Belva, dia adalah founder dan CEO Ruang Guru, sebuah aplikasi berbasis edukasi. Saat ini, Ruangguru telah mempekerjakan lebih dari 4.000 pegawai di Indonesia. Belakangan, Ruangguru melakukan ekspansi pasar ke Thailand.

Kelahiran Jakarta, 30 Mei 1990 ini tercatat memiliki segudang prestasi. Melansir laman jejaring professional, LinkedIn, Belva menjadi salah satu dari 30 pengusaha muda berusia di bawah 30 tahun paling berpengaruh di Asia versi majalah Forbes.

Kepiawaiannya dalam membangun bisnis dilatarbelakangi perjalanan akademisnya yang moncer. Pada 2007, Belva mendapatkan beasiswa penuh dari Pemerintah Singapura untuk mengenyam pendidikan di Nanyang Technological University.  Di NTU, dia berkesempatan untuk mendapatkan gelar ganda, yaitu di bidang bisnis dan ilmu komputer.

Berbagai prestasi pun diraihnya. Belva masuk ke dalam Double Dean’s List sebagai salah satu dari lima persen mahasiswa berprestasi tinggi, selama tiga tahun. Dia juga pernah menyabet tiga medali emas, yaitu Lee Kuan Yew Gold Medal, penghargaan paling bergengsi pada level universitas yang diperoleh karena selalu menduduki peringkat pertama di bidang akademik selama mengenyam pendidikan.

Kemudian, Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal, yakni penghargaan bagi mahasiswa yang memperoleh indeks prestasi kumulatif tertinggi di bidang ilmu computer dan Accenture Gold Medal, yakni penghargaan tertinggi bagi peraih IPK tertinggi di bidang bisnis.

Pada 2013, Belva melanjutkan pendidikan masternya dengan mengambil gelar double degree di Stanford University dan Harvard University.  Di sini, dia mengambil gelar master administrasi bisnis, sedangkan di Harvard mengambil gelar master administrasi publik.

Karena kepandaiannya, dia juga tercatat sebagai mahasiswa tamu di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Harvard Law School, Harvard Graduate School of Education, dan Harvard Medical School.

Pengalaman di ring satu kekuasaan negeri ini pun sebenarnya juga bukanlah hal yang baru untuknya. Pada 2011, Belva pernah magang di Istana Kepresidenan, tepatnya pada Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), unit kerja yang dibubarkan Presiden Joko Widodo dan bermetamorfosis menjadi Kantor Staf Kepresidenan (KSP).  Saat itu, dia menyusun draf konsep aplikasi Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR).

Aminuddin Maruf

Aminuddin Ma’ruf  lahir pada 27 Juli 1986 di Desa Tanahbaru Kecamatan Pakisjaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Bungsu dari tujuh bersaudara ini dibesarkan dari keluarga petani.

Sejak kecil, ia sudah merasakan kehidupan dengan beragam keterbatasan. Namun itu tidak membuat anak bungsu dari tujuh bersaudara tersebut surut untuk mencapai cita-citanya. Amin berhasil menyelesaikan pendidikan SI-nya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Sementara, S2-nya dilanjutkan di Universitas Trisakti Jakarta.

Selama di kampus, Amin dikenal sangat aktif berorganisasi. Ia tercatat pernah menjadi Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016. Aminuddin terpilih dalam kongres yang digelar di Jambi, pada 30 Mei sampai 10 Juni 2014. Sebelum menjadi ketua umum PMII, Aminuddin dipercaya sebagai Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi.

Setelah tak lagi menjadi Ketua PMII, Aminuddin Ma’ruf pernah didapuk menjadi Sekretaris Jenderal Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi) dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2019.

Dan kini di tahun 2019, Aminuddin dipilih Presiden Jokowi untuk menjadi salah satu staf khususnya bersama keenam anak muda berprestasi dari kalangan milenial lainnya.

Andi Taufan Garuda Putra

Andi Taufan merupakan founder dan CEO Amartha Mikro Fintek, sebuah perusahaan teknologi finansial yang menghubungkan pendana di perkotaan dengan pengusaha mikro di pedesaan melalui teknologi.

Jokowi mengungkapkan alasan dirinya memilih Andi Taufan sebagai staf khusus. Menurut dia, Andi adalah sosok pengusaha yang sangat memahami bidang Fintech serta mempunyai segudang inovasi di sektor UMKM.

“Andi Taufan Garuda Putra, usia 32 tahun, lulusan Harvard Kennedy School, bergerak di dunia Entreprenueur banyak meraih penghargaan atas inovasi dan kepedulian di sektor UMKM, CEO Amartha MicroFintech, saya kenal beliau sata urusan Fintech,” ujar Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Andi Taufan lahir di Jakarta, 24 Januari 1987. Dia tercatat merupakan lulusan sarjana bisnis, Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia juga berhasil meraih gelar Master of Public Administration di Harvard KennedySchool.

Sebelum menjadi CEO Amartha, Taufan pernah bekerja sebagai konsultan bisnis untuk IBM Global Business selama hampir dua tahun. Lepas dari perusahaan itu, dia mendirikan Amartha.

Amartha sendiri didirkan Taufan usai dirinya melihat banyak pelaku usaha mikro di pedesaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses finansial. Kala itu, dia tengah berkunjung ke desa Ciseeng Bogor Jawa Barat, pada 2009.

Melalui bisnisnya, Andi meraih beragam penghargaan baik berskala nasional hingga internasional. Diantaranya adalah Entrepreneur of the Year Finalist dari Ernest & Young, Satu Indonesia Award dari Astra Internasional, Ashoka Young Change Makers Awards, dan Global Shaper dari World Economic Forum.

Taufan juga berhasil mendapat penghargaan sebagai Indonesia’s Inspiring Youth and Women dari Indosat, Laureate Global Fellow, Ganesha Innovation Championship, dan UN Capital Development Fund kategori startup keuangan inovatif.

Terbaru, pada bulan November ini, Andi menerima penghargaan Anugrah Syariah Republika dengan kategori Fintech Usaha Mikro Terbaik, selain itu Andi juga mendapat penghargaan Growth Stage Impact Ventures SDG Finance Geneva Summit pada Oktober lalu.

Angkie Yudhistia

Angkie Yudhistia adalah salah satu staf presiden yang spesial. Tak hanya punya paras cantik, Angkie yang kehilangan fungsi pendengaran ini dikenal sebagai sosok cerdas dan sukses menjadi perempuan inspiratif.

“Angkie Yudistia, usia 32 tahun adalah anak muda penyandang disabilitas yang aktif bergerak di sociopreneur,” kata Presiden Jokowi ketika mengumumkan dan mengenalkan tujuh Staf Khusus Presiden yang baru di Istana Merdeka Jakarta.

Dalam perkenalan itu, Presiden menyebut Angkie Yudistia merupakan sosok muda yang aktif di organisasi, termasuk organisasi internasional. Jokowi kemudian mendapuk perempuan penyandang disabilitas tunarungu itu sebagai Juru Bicara Presiden bidang Sosial.

Angkie Yudistia dikenal oleh masyarakat luas sebagai perempuan muda yang menginspirasi. Keterbatasan yang dimiliki tak menghalanginya mewujudkan mimpi. Dia justru menjelma menjadi sosok perempuan tangguh dengan segudang prestasi.

Angkie Yudistia lahir di Medan pada 5 Mei 1987. Dia awalnya terlahir dengan kondisi normal. Pendengarannya mulai menghilang saat perempuan berhijab itu menginjak usia 10 tahun. Diduga hal tersebut terjadi karena “kesalahan” penggunaan obat-obatan saat dirinya terserang beberapa penyakit, termasuk malaria.

Kejadian itu sempat membuat Angkie terpukul dan merasa tidak percaya diri. Namun, dukungan yang kuat dari keluarga dan orang-orang terdekat, terutama sang ibunda, secara perlahan berhasil membangkitkannya dari keterpurukan.

Angkie menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor. Kemudian putri pasangan Hadi Sanjoto dan Indiarty Kaharman ini melanjutkan pendidikan dengan berkuliah di fakultas komunikasi di London School of Public Relations Jakarta. Di kampus ini pula perempuan yang dikenal gemar menulis tersebut meraih gelar masternya pada 2010.

Pada 2008, perempuan yang menjalani aktivitas dengan menggunakan alat bantu pendengaran itu mengikuti ajang Abang None Jakarta dan berhasil terpilih sebagai salah satu finalis dari daerah pemilihan Jakarta Barat. Masih di tahun yang sama, dia juga sukses menyabet penghargaan sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008.

Angkie terus berkarya mewujudkan satu demi satu mimpinya. Di tahun 2011, dia menelurkan sebuah buku berjudul “Perempuan Tunarungu Menembus Batas.” Buku keduanya yang berjudul “Setinggi Langit” terbit di pasaran selang dua tahun kemudian. Di tahun 2019, Angkie meluncurkan buku ketiganya berjudul “Become Rich as Sociopreneur”.

Masih di tahun 2011, perempuan yang aktif berkegiatan di Yayasan Tunarungu Sehjira sejak 2009 itu kemudian mendirikan sebuah perusahaan bernama Thisable Enterprise.

Sebelumnya, Angkie pernah bekerja di beberapa perusahaan besar seperti IBM Indonesia dan Geo Link Nusantara, hingga akhirnya memutuskan mendirikan Thisable Enterprise.

Angkie mendirikan lembaga tersebut dengan tujuan untuk memberdayakan kelompok disabilitas Indonesia agar memiliki kemampuan dan keterampilan, dan menyalurkannya ke dunia kerja, terutama dalam industri ekonomi kreatif.

Menurut dia, saat ini kelompok disabilitas masih kesulitan dalam memperoleh pekerjaan. Angkie berharap lewat keberadaan Thisable Enterprise, kalangan disabilitas mampu bersaing dalam dunia kerja sehingga perekonomian mereka dapat terangkat dengan baik.

Thisable Enterprise kini telah berkembang menjadi sebuah grup yang membawahi Thisable foundation, Thisable Recruitment, serta Thisable Digital. Melalui perusahaan-perusahaan tersebut, Angkie menyediakan pelatihan bagi SDM disabilitas agar dapat bekerja secara vokasional dan profesional.

Pada 2017 lalu, perusahaan tersebut menggandeng Go-Jek sebagai mitra bisnis, di mana para penyandang disabilitas di bawah naungan Thisable Enterprise disalurkan untuk menjadi tenaga pekerja pada sejumlah layanan Go-Jek, seperti Go-Massage, Go-Clean, Go-auto, maupun Go-Glam, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing disabilitas.

Thisable Enterprise juga diketahui mengeluarkan sejumlah produk retail, khususnya di bidang perawatan tubuh, seperti sabun dan kosmetik kecantikan.

Perempuan yang pada 2019 berhasil memperoleh penghargaan Asia’s Top Outstanding Women Marketeer of The Year dari Asia Marketing Federation itu mengaku bersyukur atas kesempatan yang diberikan Presiden Jokowi terhadap dirinya menjadi salah satu anggota Staf Khusus Presiden.

Dia bertekad tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan sepenuh hati membantu Presiden mewujudkan misi menuju Indonesia inklusif yang lebih ramah disabilitas.

Ayu Kartika Dewi

Pengalaman menjadi guru SD di Maluku Utara saat kerusuhan Ambon-Poso pada 1999 membawa Ayu Kartika Dewi membentuk sebuah organisasi, SabangMerauke. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga dan Pascasarjana Duke University Amerika Serikat ini bersama kawan-kawannya mendirikan program tersebut pada 2012. Dia bertekad mampu menginspirasi publik untuk memperjuangkan keberagaman dan toleransi di Indonesia.

Hidup berpindah-pindah mengikuti sang ayah membuat perempuan usia 36 tahun ini terbiasa dengan lingkungan beragam. Tapi saat jadi guru, dalam program Indonesia Mengajar, di Desa Papaloang, Halmahera itulah ia terusik dengan kondisi sisa konflik dan intoleransi.

Itu pula yang kemudian jadi sebab Ayu lantas fokus pada isu keberagaman sekembalinya ke Jakarta.

Hal itu pula yang mungkin membuat Jokowi memilih Ayu untuk menjadi bagian staf khusus. “Salah satu anak muda bervisi mulia, menjadi pendiri dan mentor SabangMerauke,” kata Presiden saat mengumumkan staf khusus.

Selain pendiri SabangMerauke, Ayu tercatat pernah menjadi staf Gubernur DKI Jakarta dan staf di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

Pada 2017, kegelisahan serupa membawanya membikin program Milenial Islami. Dua tahun silam ia gusar dengan peningkatan konservatisme dan radikalisme agama di kalangan anak muda. Saat itu narasi-narasi tersebut gencar didengungkan, karena itu Ayu mendorong cerita lain soal perdamaian di kalangan muslim. Utamanya, bagi generasi milenial usia 18 hingga 25 tahun agar mengenal pandangan Islam yang moderat.

Ayu menyadari kurangnya toleransi di tengah masyarakat salah satunya lantaran ketimbangan pendidikan. Selain itu kata dia, institusi pendidikan pun belum maksimal mengajarkan keberagaman dan toleransi.

Jauh sebelum mendirikan Sabang Merauke, Ayu mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Dia juga pernah mengikuti program dari Singapore International Foundation (SIF).

Ayu pernah mendapat dua beasiswa. Dia mendapatkan gelar MBA dari Duke University, Keller Scholarship dan Fuqua School of Business dari program Fulbright Scholarship.

Di usia 27 tahun kariernya terbilang cemerlang. Perempuan berhijab ini memegang jabatan Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) cabang Singapura. Sebelumnya, dia sempat mengajar sebagai Pengajar Muda angkatan I Indonesia Mengajar.

Semasa kuliah, dia pernah terpilih sebagai mahasiswa berprestasi peringkat pertama FE Universitas Airlangga dua tahun berturut-turut dan peringkat 4 se-Unair pada 2003.

Meski berprestasi dalam hal pendidikan, ia ternyata sangat menyukai traveling dan scuba diving. Bahkan ia juga bisa memainkan alat musik piano dan gitar.

Gracia Billy Yosaphat Membrasar

Salah satu putra kebanggaan Papua, Gracia Billy Yosaphat Membrasar resmi menjadi staf khusus Presiden Jokowi. Dia adalah salah satu mutiara dari timur Indonesia.

“Billy adalah putra tanah Papua, lulusan ANU (Australian National University) dan sekarang, sebentar lagi, selesai di Oxford. Oktober akan masuk ke Harvard untuk S3-nya. Billy adalah talenta hebat tanah Papua yang kita harapkan ke depan berkontribusi dengan gagasan positif,” ujar Presiden di beranda Istana Negara, Jakarta.

Pemuda yang akrab disapa Billy Papua ini lahir di Seerui, Kepulauan Yapen, Papua. Ayahnya merupakan seorang guru, sedangkan ibunya merupakan seorang penjual kue. Sewaktu masih kecil, Gracia Billy Mambrasar juga sering membantu sang ibu berjualan kue.

Billy juga merupakan anak yang rajin. Meski hidup dalam keterbatasan, bahkan belajar hanya menggunakan penerangan lampu minyak – karena rumahnya belum dialiri listrik, Billy kecil tetap giat belajar di tengah keterbatasan. Hasilnya, dia menjadi satu di antara 9 anak yang berhasil mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua.

Billy kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung. Selama kuliah, pemuda bernama lengkap Gracia Billy Yosaphat Membrasar juga berjualan kue dan menjadi penyanyi di kafe hingga di pesta pernikahan. Pada 2006 lalu, Billy bahkan sempat menjadi finalis Indonesian Idol.

Dikutip dari akun Linkedin miliknya, Billy diketahui mendapatkan gelar Bachelor of Science dari University of London di bidang Politics and International Relations. Untuk gelar masternya, Billy dapatkan dari Australian National University. Billy bahkan menjadi mahasiswa terbaik pada 2015 lalu.

Setelah lulus kuliah, Billy sempat berkarier di salah satu perusahaan minyak asal Inggris. Meski memiliki karier yang bagus di sana, Billy akhirnya memutuskan melepaskan jabatannya di perusahaan tersebut dan fokus mengurus “Kitong Bisa”.

Kitong Bisa sendiri didirikan pada 2009 lalu. Kitong Bisa awalnya berdiri sebagai pusat pembelajaran di Serui, Papua. Tujuannya adalah untuk menginspirasi anak-anak muda Papua untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, menjadi sukses dan keluar dari garis kemiskinan.

Kini Kitong Bisa punya sembilan pusat belajar, 158 relawan, dan 1.100 anak. Sebanyak 20 anak didiknya menempuh pendidikan tinggi di kampus ternama di dunia. Dikutip dari Kompas.com, dana yayasan ini sebagian besar bersumber dari dua anak perusahaan, yakni Kitong Bisa Consulting dan Kitong Bisa Enterprise.

Billy mengakui, pembangunan sumber daya manusia di Papua tidak selesai dalam waktu dua atau tiga tahun saja. Namun, ia yakin apa yang dikerjakannya saat ini adalah salah satu persiapan loncatan peningkatan kualitas SDM Papua untuk masa depan.

Aktivitasnya di Yayasan Kitong Bisa inilah yang kemudian membawa Billy menempuh pendidikan lanjutan dengan beasiswa, yakni di Australian National University (ANU) dan Oxford University di Inggris.

Dikutip dari Kompas.com, Billy pernah diundang untuk magang oleh Pemerintah Amerika Serikat dan berbicara di depan State Department AS.Dalam kunjungannya ke Gedung Putih, pemuda penggemar Ir Soekarno ini bertemu dan berjabat tangan dengan Barrack Obama.

Putri Tanjung

Mimiliki nama lengkap Putri Indahsari Tanjung. Ia merupakan anak sulung dari dua bersaudara pasangan Chairul Tanjung dan Anita Ratnasari Tanjung.

Dara kelahiran Jakarta, 22 September 1996, ini menjalani kuliah di Academy of Arts, San Francisco, Amerika Serikat. Kini Putri memiliki event organizer (EO) bernama Creativepreneur Event Creator. Melalui EO yang ia miliki, Putri kerap membuat acara yang bertemakan anak muda dan kewirausahaan dengan konsep khas milenial.

Putri Tanjung merupakan lulusan dari Academy Arts Of San Fransisco yang aktif mengampanyekan pemberdayaan anak muda untuk bergerak di bidang wirausaha.

Selain mengurus EO miliknya, Putri juga aktif menjadi pembicara di sejumlah acara yang bertemakan anak muda dan kewirausahaan. Putri juga aktif terlibat dalam berbagai kampanye sosial yang bertujuan memberdayakan anak muda Indonesia untuk bergerak di bidang wirausaha.

Jembatan ke Anak Muda

Jokowi mengatakan ketujuh staf khusus baru ini merupakan jembatan dirinya untuk berkomunikasi ke anak-anak muda. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meyakini mereka memiliki gagasan kreatif yang nantinya bisa diterapkan dalam pemerintahan lima tahun ke depan. Jokowi juga berharap para tujuh staf khusus milenial ini dapat memberikan terobosan dan inovasi baru untuk mengelola Indonesia.

Semoga semua staf kepresidenan dapat mengemban amanah dan bertanggung jawab akan tugasnya untuk membawa Indonesia ke atmosfer yang lebih baik.#