Peeling dan Sabun Pencerah Kulit dari Petai Cina

Di tangan anak-anak kreatif dari Yogyakarta dan Pasuruan, daun petai cina bisa disulap menjadi sabun pencerah kulit dan peeling wajah.

Lima remaja putri dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sukses mengolah daun petai cina menjadi sabun herbal yang berkhasiat mencerahkan dan menghaluskan kulit. Penelitian bermula dari keprihatinan Fatwaning Raras Pawestri, Merita Dewi Kadarwati, Nurhayati Wahyu Kurniasari, Novita Permata Sari dan Aprilia Ristianasari terhadap banyaknya produk kosmetik berbahaya yang beredar di pasaran. Selidik punya selidik, setelah melakukan berbagai studi literatur, mereka menemukan ide membuat sabun herbal pencerah kulit dari bahan daun petai cina.

“Gagasan membuat sabun herbal itu karena dalam daun petai cina mengandung energi 128 kilokalori (kkal), protein 12 gram (gr), lemak 6,5 gr, karbohidrat 12,4 gr, kalsium 500 mg, fosfor 100 miligram (mg),  zat besi 3 mg, vitamin A 17.800 IU, vitamin B1 0,04 mg, dan vitamin C 64 mg,” kata koordinator kelompok mahasiswa UNY Fatwaning Raras Pawestri di Yogyakarta, dilansir dari Antara.

Tujuan membuat sabun herbal berbahan petai cina, Raras melanjutkan, selain cepat dalam mencerahkan kulit, sekaligus untuk menyadarkan masyarakat terhadap keamanan produk yang aman dikonsumsi oleh masyarakat itu sendiri.

“Sabun herbal berbahan daun petai cina itu kami beri nama Atecin. Bahan yang dibutuhkan adalah natrium hidroksida, air suling, daun petai cina untuk disaring airnya, pewarna makanan alami, minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, dan minyak esensial,” katanya.

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat sabun herbal ini cukup sederhana, yakni kompor, oven, sendok blender, gelas plastik, termometer digital, dan cetakan sabun. Cara membuatnya pun gampang. Pertama, buat campuran natrium hidroksida dengan air. Kemudian buat campuran minyak kelapa, minyak sawit dan minyak zaitun sesuai ukuran yang sudah ditetapkan. Diamkan racikan tersebut selama beberapa saat.

Selanjutnya panaskan minyak dalam oven atau kompor, kemudian campurkan racikan pertama dan kedua dengan spatula karet sebagai bantuan. Campuran tersebut kemudian diaduk dengan menggunakan tongkat blender hingga mengental. Butuh waktu sekitar tiga menit untuk membuat cairan mengental. Namun jika masih ditemukan gelembung berarti percampuran belum sempurna, sehingga perlu diaduk lagi sampai gelembung hilang.

Setelah tercampur dengan sempurna kemudian tambahkan pewangi, minyak esensial, air daun petai cina dan pewarna makanan untuk mendapatkan warna yang menarik.

“Cetak dalam cetakan dan tunggu hingga mengeras. Setelah mengeras keluarkan dari cetakan dan dikemas dengan rapi untuk menarik minat pembeli,” katanya.

Tanaman petai cina cukup populer di kalangan warga. Masyarakat Jawa menyebutnya sebagai lamtoro.

Telah lama pohon lamtoro dikenal kaya manfaat. Pohonnya bisa digunakan sebagai pencegah erosi, peneduh, dan sumber kayu bakar. Daunnya yang rimbun sangat baik untuk pakan ternak, sedangkan buahnya bisa diolah menjadi masakan yang terkenal dengan nama botok lamtoro.

Selain karya kreatif lima mahasiswa UNY, penelitian daun lamtoro untuk kecantikan juga telah dilakukan oleh Aruni Amalia dan Mega Setya. Kedua pelajar SMK Muhammadiyah I Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, ini sukses memenangi lomba Road To OLFAR dengan tema kosmetik herbal yang digagas Universitas Airlangga Surabaya, 2015 lalu.

Aruni dan Amalia menjadikan daun lamtoro sebagai peeling. Dari informasi yang sangat minim, keduanya memutuskan untuk meneliti kandungan apa saja yang terdapat dalam daun dengan nama latin leucaena leucocephala ini. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, serta berkonsultasi dengan guru farmasi, keduanya mulai melakukan serangkaian percobaan.

Dimulai dengan menjemur daun lamtoro selama dua hingga tiga hari. sesudah itu menumbuk daun lamtoro kering hingga menjadi serbuk. Serbuk yang sudah jadi ini kemudian diayak untuk mendapatkan serbuk halus.

Dari serbuk halus daun lamtoro itu ditambahkan materi atau bahan pendukung lain, seperti madu asli, vaselin, lanolin, serta perasan jeruk nipis. Semuanya dicampurkan dengan ukuran yang sudah ditentukan.

Mereka mengujicobakan campuran tersebut kepada seorang relawan. Campuran itu dioleskan pada punggung kaki, lalu digosok perlahan. Alhasil, punggung kaki yang semula berwarna gelap, kini tampak lebih bersih setelah memakai campuran berbahan dasar daun lamtoro tersebut.

“Hal itu meningkatkan kepercayaan diri kami untuk mengambil daun lamtoro sebagai bahan karya ilmiah serta terobosan baru dalam dunia kosmetik,” cetus Aruni yang berharap penemuannya bisa dikembangkan lebih lanjut dan dapat menembus pasaran. #