Pule Efektif Menahan Laju Tsunami
Berdasarkan kajian dan penelitian dari pakar tsunami, pohon pule terbukti bisa memperlambat laju gelombang tsunami sehingga mengurangi tekanan atau daya rusak yang dihasilkan dari terjangan air laut.
Pemerintah melalui berbagai kementerian-lembaga terkait penanganan bencana merencanakan penanaman Pohon Pule sebagai penahan gelombang tsunami. Tanaman ini diyakini efektif menahan laju gelombang tsunami secara alami guna meminimalkan jumlah korban akibat bencana.
“Kita coba mencarikan penyelesaian mengatasinya juga dengan alam, alam di sini adalah menyiapkan vegetasi yaitu tanaman. Tanaman yang kita pilih yang cocok dengan kawasan tersebut, contoh misalnya pohon yang kita temukan di daerah Carita, itu juga ada pohon sejenis yang ditemukan di Bali, Lombok, dan Ambon, yaitu Pule,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo dilansir dari Antara.
Mengapa pohon pule? Berdasarkan kajian dan penelitian dari pakar tsunami, pohon pule terbukti bisa memperlambat laju gelombang tsunami sehingga mengurangi tekanan atau daya rusak yang dihasilkan dari terjangan air laut.
“Terbukti, pohon-pohon itu bisa memperlambat 80 persen laju gelombang tsunami ke darat. Itu ada kajiannya,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati.
Pohon Pule bisa memiliki ketinggian mencapai ketinggian mencapai 30 hingga 40 meter sehingga efektif menahan laju terjangan gelombang tusnami ke darat. Pohon pule tertinggi sekarang ada di Lamtamal, Ambon, dengan diameter sekitar dua meter lebih dan memiliki ketinggian 30-40 meter.
Dilansir dari wikipedia, tanaman pule atau pulai memiliki nama botani Alstonia scholaris. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung.
Pohon ini merupakan jenis tanaman keras meskipun kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap. Meski demikian, kayu pule banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung.
Pohon pule banyak ditemukan di Sumatera dan Jawa. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 40 meter dan banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun, dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. Berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, kejadian tsunami di suatu daerah bisa disebabkan karena adanya sebuah siklus yang berulang dalam masa puluhan hingga ratusan tahun. Doni berpendapat, apabila penanaman pohon penghalau gelombang tsunami sudah dilakukan sejak saat ini, jika terjadi siklus bencana pada puluhan hingga ratusan tahun mendatang sudah memiliki mitigasi sendiri.
“Kalau kita bisa mempersiapkan dari sekarang dengan siklus 50-100 tahun akan datang, maka ini akan jadi benteng alam terbaik,” kata Doni.#