Ragam cara panen air hujan

Ada beragam cara memanen air hujan untuk dimanfaatkan sebagai cadangan air bersih saat musim kemarau. Sebagian masyarakat Bali telah memulainya.

Dua bulan terakhir, sebagian besar wilayah Indonensia memasuki musim hujan. Bahkan, sejumlah bencana alam saat musim hujan telah mendera beberapa daerah di Indonesia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam laporan analisisnya menyebut pada Februari ini, perkiraan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia akan tinggi. Namun secara umum curah hujan tahun ini di wilayah Indonesia diprediksi pada kriteria sedang. Kecuali di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur bagian tengah, dan Papua bagian tengah dengan curah hujan tinggi.

Tiap daerah di Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam konservasi sumber air. Misalnya alih fungsi hutan, perambahan, pengurangan lahan tangkapan air, dan lainnya. Dampaknya makin nyata, misal longsor, air bah, dan kekeringan melanda saat musim kemarau tiba. Dengan potensi ini, sejumlah warga dan komunitas telah mempraktikkan pemanfaatan air hujan dengan beragam alasan. Bali adalah salah satunya.

I Wayan Sukadana, warga Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, sangat sadar bahwa usahanya sangat tergantung pada air hujan untuk akses air bersih di rumah maupun penginapannya. Warga kepulauan Nusa Penida ini sudah turun temurun membuat cubang, sebuah sumur penampung air hujan.

Cubang tersambung pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari atap genteng. “Kita pakai filter air dengan pasir kuarsa, untuk minum pakai Nasava filter khusus air minum,” urainya soal pengolahan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, dan lainnya.

Selain cubang yang berbentuk tabung seperti sumur, ada warga Nusa Penida yang membuat cubang dengan bentuk balon yang lebih kuat dan tidak mudah retak, serta menghasilkan air lebih jernih karena endapannya terkumpul di bagian bawah.

Sementara itu, warga kompleks Taman Petanu Eco Neighborhood, Alam Santi, Gianyar, memanfaatkan air hujan sebagai sumber air utama sehari-hari. Meskipun area perumahan ini berada di hilir dan terakses air bersih dari pemerintah atau sumur bor, namun penghuni Alam Santi sengaja ingin memanfaatkan air hujan untuk mengurangi penggunaan air tanah.

Setiap rumah dilengkapi talang air khusus yang kuat, dilengkapi jaring kasa untuk menyaring kotoran, dan terhubung ke tangki air dalam rumah. Ukuran tangki disesuaikan dengan perhitungan jumlah penghuni dan kebutuhan air sehari-hari, serta luas permukaan atap bangunan sebagai media panen air hujan pertama. Ada alat khusus yang mampu memperhitungkan angka kebutuhan air bulanan.

Sebelum menuju tangki, ada beberapa titik pengontrol sumbatan aliran, pipa pembuang aliran air pertama hujan yang kotor dan pipa filter khusus yang membunuh bakteri, kuman, dan lainnya, sehingga air layak minum.

Sedangkan di Kantor PPLH Bali di Denpasar, bak penampungan air hujan ditempatkan di atas permukaan tanah. Untuk mengurangi paparan sinar matahari dan organisme hidup, tandon sengaja dicat hitam.

Filter air menggunakan material lapisan-lapisan batu, kerikil, arang, ijuk untuk mengurangi cemaran dan diletakkan di dalam pipa saluran air ke tandon. Namun aliran air hujan pertama masuk ke pipa buangan karena kotor. Model ini memungkinkan untuk skala kecil karena air tidak disalurkan kembali ke pipa-pipa konsumsi air dalam rumah seperti toilet dan dapur.

Ada pula teknik recharge well atau sumur imbuhan/resapan. Pembuatan sumur resapan ini diyakini sebagai salah satu cara efektif menjawab krisis air. Dampaknya jangka panjang untuk mengisi lapisan tanah akuifer yang mengandung air. Ukurannya jauh lebih besar dibanding biopori dan lebih cepat menginjeksi air ke tanah. Sehingga cadangan air tanah terjaga, tidak terbuang ke sungai lalu ke laut. Juga mengurangi risiko banjir.

“Saat hujan, air permukaan paling banyak tapi kotor. Harus ada penyaring kotoran dan bisa ditanami tumbuhan atau rumput agar tanah tak lari ke sumur,” jelas Gede Sugiarta, salah satu staf Yayasan IDEP yang membuat demplot recharge well di kantornya, Kemenuh, Sukawati, Gianyar.

Sumur resapan ini juga mengandalkan air di talang bangunan, dialirkan ke sumur resapan berkedalaman sekitar 3 meter, yang disaring alami dengan lapisan kerikil, dan ijuk.

Beberapa teknik memanen hujan ini semoga bisa menjadi inspirasi untuk memanfaatkan air hujan yang berlimpah saat musim penghujan tiba.#