Lima mahasiswa semester 7 Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud) berhasil membuat ramuan anti depresi terbuat dari daun krokot dan biji labu kuning.

Kelima mahasiswa itu adalah Luh Putu Sugiari, Nevy Widya Pangestika, Ni Made Adhya Nididihya Sani, Fadel Alkafhi, dan I Nyoman Ardianta. Berkat inovasinya, mereka berhasil mendapatkan medali perak dari kompetisi bertajuk 2019 Japan Design, Idea & Invention Expo di Tokyo pada Juni lalu.

Dalam kompetisi yang berlangsung di Jepang tersebut, mereka harus bersaing dengan banyak tim mahasiswa dari negara-negara lain. Sejumlah negara seperti Malaysia, Vietnam, Turki, Thailand, Kamboja, dan negara ASEAN lainnya ikut dalam kompetisi tersebut. 

Dalam ajang tersebut, juri menyambut positif ide kelima mahasiswa Unud tersebut. Alasannya, depresi kerap menyerang orang-orang yang hidup di era serba modern ini.

“Idenya bagus dan cocok diterapkan di era saat ini,” kata Luh meniru ucapan juri saat itu.

Luh menuturkan, daun krokot mengandung omega-3 yang dapat mengurangi kadar hormon kortisol dalam tubuh. Bila sedang depresi, tubuh akan menghasilkan hormon kortisol yang menyebabkan tekanan darah tinggi. 

Adapun biji labu kuning memiliki kandungan asam amino triptofan. Biji ini dapat meningkatkan kadar kebahagiaan.

“Proses pembuatannya, dari ide hingga berhasil jadi obat itu, dilakukan sejak Desember hingga Juni lalu. Ide bahan-bahan diperoleh dengan tinjauan pustaka, barulah eksperimen dilakukan,” beber Luh.

Cara pembuatan ramuan yang diharapkan bisa jadi obat anti depresi ini cukup sederhana. Pertama, bila ingin dikonsumsi dengan cara diminum, cukup daun krokot dan biji labu kuning ditumbuk halus, lalu direbus dengan air secukupnya. Airnya dapat diminum sebanyak 100 mililiter per hari.

Adapun bila ingin dikonsumsi dalam bentuk kapsul, setelah kedua bahan tumbuhan itu ditumbuk secara halus, maka hasilnya dimasukkan ke dalam oven untuk proses pengeringan, lalu direndam selama tiga hari. Setelah direndam, rendamkan tersebut kemudian dievaporasi alias diuapkan dengan etanol. Setelah itu, ekstrak daun krokot dan biji labu kuning bisa dikonsumsi. “Satu hari tiga kapsul,” kata Luh.

Luh menyatakan ramuan ini telah diuji coba pada tikus putih. Selama tujuh hari, tikus yang dibuat depresi diberikan ramuan ini secara teratur. Hasilnya, ramuan ini berhasil mengatasi depresi pada tikus putih dan tidak mengalami efek samping.

Rencananya, Luh dan kawan-kawannya akan mencari bahan pengawet organik untuk ramuan ini. Sebab, cairan dari ramuan ini hanya mampu bertahan selama tujuh hari.

Selain itu, kelima mahasiswa tersebut juga akan mengurus perizinan ramuan yang sudah dalam bentuk kapsul agar bisa menjadi obat serta mengurus hak paten atas obat ini.

Tanaman Obat Prioritas

Krokot, menurut Wikipedia, dijadikan WHO sebagai daftar tanaman obat yang diproritaskan di dunia, dan 23 negara telah menggunakan tanaman ini. Dalam farmakologi Tiongkok, krokot dikatakan dapat menyembuhkan disentri. Selain itu, tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai penenang, peluruh air seni, dan sebagai tonik.

Tanaman krokot dikutip dari ejournal.unesa.ac.id, mengandung garam kalium (KCl, KSO4, KNO3), 1-noradrenalin noradrenalin, dopamine, dopa, nicotin acid, tanin, saponin, vitamin (A, B dan C).

Menurut Dr Setiawan Dalimartha, dikutip dari buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 6 (Penerbit Pustaka Swara Jakarta  tahun 2009), krokot secara tradisional digunakan sebagai obat alternatif untuk mengobati penyakit kulit  borok, bisul, radang kulit, dan kudis  dan diare.

Secara turun-temurun tanaman krokot telah digunakan untuk pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. Kandungan kimia yang tinggi pada herba krokot di antaranya flavonoid dan fenolik,  membuktikan ekstrak dan fraksi tanaman ini memiliki potensi fotoproteksi karena kemampuannya menyerap sinar UV. Nilai SPF dari ekstrak etanol krokot berdasarkan nilai SPF memiliki proteksi tabir surya dalam kategori ultra.#