Diceritakan sosok Upas merupakan sosok petugas berbadan kekar setinggi 198 cm dan berkebangsaan Belanda. Dia meninggal saat melaksanakan tugas lapangan untuk menjelajahi rawa, dan hingga kini mayatnya belum pernah ditemukan.
TOKOH INSPIRATIF – Sepekan terakhir, kawasan dataran tinggi Ranca Upas di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi sorotan publik. Kegiatan komunitas motor trail yang menghancurkan hamparan areal tanaman bunga Edelweis Rawa pada Minggu, 5 Maret 2023, tak hanya membuat Mang Uprit, petani sekaligus pegiat lingkungan di sana, yang murka, tapi publik juga merasakan hal yang sama.
Habitat rawa yang menjadi media tumbuh Edelweis Rawa hancur lebur oleh puluhan motor trail yang terjebak di sana. Alih2 roda ban bisa melaju saat gas ditarik kencang, yang terjadi justru sebaliknya, ban motor makin dalam masuk ke lumpur. Walhasil, bibit-bibit tanaman Edelweis Rawa yang baru disemai, rusak akibat tergilas puluhan bahkan mungkin ratusan motor trail yang terjebak di sana.
Sumpah serapah tak hanya datang dari penonton video yang telah viral di berbagai platform media sosial, tapi juga para peserta konvoi motor trail yang mengumpat kesiapan panitia pelaksana.
Namun tahukah Anda, tak hanya Edelweis Rawa yang menjadi kekhasan Ranca Upas. Kawasan yang merupakan bagian dari Hutan Tambakruyun ini juga terkenal dengan beragam lokasi wisata alam di sekitarnya. Namun masih sedikit yang mengetahui asal mula dari tempat wisata tersebut.
Menukil travellerbandung, Ranca Upas awalnya merupakan tempat pelatihan Kopassus. Dulu, kawasan ini berupa hutan belantara dengan rawa yang luas. Setelah hutan tersebut bebas dari binatang buas, Ranca Upas dijadikan hutan lindung hingga kini jadi bumi perkemahan.
Ranca Upas sendiri diambil dari bahasa Sunda yang artinya adalah rawa dan Upas yang merupakan petugas Perhutani. Sosok Upas tersebut dianggap melegenda di kawasan Gunung Patuha.
Diceritakan sosok Upas merupakan sosok petugas berbadan kekar setinggi 198 cm dan berkebangsaan Belanda. Dirinya meninggal saat melaksanakan tugas lapangan untuk menjelajahi rawa, dan hingga kini mayatnya belum pernah ditemukan.
Namun, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, T. Bachtiar menjelaskan ada beragam tafsir mengenai Ranca Upas. Bachtiar meyakini bahwa Ranca memiliki arti lahan basah atau rawa, sedangkan upas adalah racun.
Diungkapkan bahwa pada masa lalu, lahan basah atau rawa di gunung itu kemungkinan mengandung gas beracun. “Seperti halnya Kawah Upas di Gunung Tangkuban Perahu yang mengeluarkan gas lemas mematikan,” ujarnya melansir Tempo.
Bachtiar menjelaskan sumber gas tersebut berasal dari gunung api tua Patuha. Keberadaan mata air panas di Ranca Upas mencirikan adanya keterhubungan kawasan tersebut dengan Gunung Patuha.
Dia lantas melanjutkan bahwa Ranca Upas terbentuk sebagai daerah rawa karena lokasinya berupa cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan. Di arah selatan ada Gunung Patuha, di utara terdapat rangkaian pegunungan seperti Gunung Tikukur sampai Gunung Cadaspanjang.
“Karena berada di antara gunung-gunung itu maka air dari arah selatan dan dari arah utara masuk ke cekungan itu, menjadi lahan basah,” ujarnya.
Terjaga sejak zaman kolonial
Uniknya, ketika melihat dari peta-peta yang terbit pada zaman kolonial Belanda (1886, 1925, dan tahun 1943), ternyata keberadaan Ranca Upas masih tetap terjaga dengan luas yang sama.
“Ini dapat memberikan jawaban bahwa lingkungan hutan hujan tropis di sekeliling ranca itu masih terjaga dengan baik,” ucap Bachtiar.
Bachtiar menilai, ini karena pihak pemerintah kolonial tidak membuka lereng-lereng gunung menjadi perkebunan teh. Mereka hanya memanfaatkan dataran dan hamparan perbukitan rendah yang dijadikannya perkebunan teh yang indah.
Namun sejak berganti kepada Pemerintah Indonesia, perkebunan ini telah berganti menjadi kebun sayur dan destinasi wisata yang merusak kemegahannya.
Dan kejadian paling hangat, kawasan rawa yang menjadi media tumbuh Edelweis Rawa rusak oleh kegiatan komonitas motor trail yang sedang melakukan touring off road. Sungguh sangat disayangkan!***
Sumber: Goodnewsfromindonesia.id