Sejuta Pesona Si Cantik Anargya
ITS akan kembali menelurkan karya spektakuler di bidang otomotif. Melalui tim Anargya, ITS sedang memproduksi mobil balap bertenaga listrik. Mobil balap ini memiliki beragam kecanggihan, salah satunya dapat melaju tanpa awak.
Kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik semakin menjadi tren di pasar otomotif global. Kini bukan hanya negara-negara produsen utama otomotif yang getol mengembangkan mobil listrik. Tiongkok dan Thailand pun tak mau ketinggalan.
Bagi Indonesia, mobil listrik diyakini mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM). Saat ini sekitar 60 persen kebutuhan BBM Indonesia berasal dari impor. Kehadiran mobil listrik juga akan mengubah industri otomotif secara signifikan.
Saat ini pemerintah sudah mengambil sejumlah langkah. Salah satunya ialah meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengkaji peluang mobil listrik di dalam negeri. Saat ini pemerintah masih menunggu hasil evaluasi BPPT, seberapa besar kemampuan Indonesia dalam membuat mobil listrik.
Sembari menunggu gerak cepat pemerintah mewujudkan mimpi membangun industri mobil listrik nasional, satu lagi karya otomotif dicipakan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Melalui tim Anargya ITS, terciptalah satu unit mobil balap listrik yang diberi nama Anargya, sesuai nama timnya.
Tim Anargya ITS yang beranggotakan 26 orang memang difokuskan untuk membuat dan mengembangkan mobil listrik di dunia balap. Tim ini juga menjadi bagian dari Pusat Unggulan Iptek Sistem Kontrol Otomotif (PUI-SKO) ITS.
Dilansir dari situsweb its.ac.id, mobil balap listrik ini masih dalam tahap produksi, tapi dalam waktu dekat sudah siap mengaspal bersama pengendaranya. Kemudian kelak mobil Anargya ITS akan dilengkapi fitur self-driving (autonomous), sebuah sistem yang membuat mobil dapat merasakan lingkungan di sekitarnya, dan dapat bergerak sendiri. Baik dengan sedikit bantuan manusia maupun tanpa bantuan.
Ide awal pembuatan mobil ini dicetuskan oleh General Manager (GM) Anargya ITS, Naufal Pramono, atau yang biasa dipanggil Mono. Bermula ketika sedang ada program di Beijing Institute of Technology (BIT) di Cina. Mono yang melakukan riset berkonsultasi dengan dosen, merasa mobil listrik akan memiliki prospek yang sangat baik.
“Di Indonesia belum ada tim pembuat mobil seperti ini, apalagi ada perlombaannya yang sangat bergengsi,” ucap mahasiswa angkana 2017 ini, dikutip dari situsweb resmi ITS.
Ide itu kemudian diterapkan, dengan proyek lama yang bernama Carstensz dan membuat sebuah brand terbaru. Nama Anargya kemudian diambil, yang merupakan kata dari bahasa Sansekerta dengan arti tidak terbatas.
“Belum ada yang berani seperti ini lantaran rumit dan biaya pembuatannya juga sangat mahal, tapi kami sangat yakin kelak pasti bisa,” imbuh Mono.
Namun demikian, proses pembuatan mobil Anargya bukan tanpa hambatan. Mono mengungkapkan kendala terbesar adalah terbatasnya sumber daya manusia dan dana. Oleh karenanya, tim Anargya membukan tautan donasi yang bisa Kawan GNFI klik di sini, atau jika ingin menjadi sponsor bisa kalian lakukan dengan meng-klik tautan ini.
Seluruh komponen di mobil Anargya adalah buatan sendiri, dan jika nantinya mobil ini sudah jadi lalu meluncur mulus di aspal jalanan, akan menjadi sebuah mahakarya yang luar biasa di dunia otomotif Indonesia!