Styrofoam Aman untuk Kesehatan, tapi…

Penggunaan pembungkus makanan dari bahan styrofoam sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Inilah fakta-faktanya yang perlu diketahui

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, beragam produk pun mengalami peningkatan dari segi kualitas barang hingga kepraktisannya. Termasuk dengan tempat pembungkus makanan.

Jika dulu makanan dibungkus menggunakan daun, batok kelapa, atau rantang logam yang berat. Kini kita dapat dengan mudah menemukan makanan baik yang cepat saji atau bahan makanan segar dibungkus menggunakan plastik seperti styrofoam.

Sebagai salah satu bahan pembungkus makanan yang saat ini paling banyak digunakan di seluruh dunia, styrofoam atau juga dikenal sebagai polistirena foam dianggap lebih murah, ringan, namun kuat dan lebih tahan lama.

Di balik praktisnya styrofoam sebagai tempat makanan, ada anggapan-anggapan negatif tentang bahaya bungkus makanan yang terdiri dari 90 persen gas ini. Styrofoam dianggap berbahaya tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia. Ditambah lagi isu yang menyebutkan bahwa makanan panas yang ditempatkan pada wadah styrofoam dapat menyebabkan kanker dan gagal ginjal.

Namun, informasi itu dibantah oleh Ir. Akhmad Zainal Abidin M.sc. Ph.d, polystyrene expert dan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam sebuah Focus Group Discussion bertemakan “Mengenal Lebih Dalam tentang Polistirena Busa untuk Kebaikan Manusia dan Lingkungan” belum lama ini, Zainal mengatakan, stryrofoam yang di gunakan sebagai pembungkus makanan masih dikatakan aman, sebab stirena yang digunakan masih jauh dari ambang batas bahaya yang di tetapkan oleh WHO.

Dijelaskan stirena adalah bahan kimia yang terdapat pada makanan yaitu, buah stoberi, kopi, dan kacang. Batas penggunaan stirena yang di tetapkan oleh WHO adalah sebesar 5000 ppm (part per million).

“Jumlah stirena yang terdapat pada styrofoam yaitu 0-45 ppm (part per million) jauh dari ambang batas yang di tentukan oleh WHO,” Zainal yang juga merupakan Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB.

Menurutnya penggunaan styrofoam pada makanan banyak di gunakan para pedagang, dikarenakan bahan tersebut bisa menahan suhu makanan baik dalam keadaan panas maupun dingin, higienis dan lebih murah diantara pembungkus lainnya.

BPOM selaku badan resmi yang menangani perihal peraturan pangan di Indonesia menyebutkan bahwa makanan yang ditempatkan pada wadah dari styrofoam masih aman untuk dikonsumsi.

Regulasi tentang pengaturan styrofoam bahkan telah diatur dalam UU no 18 tahun 2012 tentang pangan serta PerKa BPOM no HK 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 dan no 16 tahun 2014 tentang pengawasan kemasan pangan. Disebutkan bahwa styrofoam aman digunakan sebagai pembungkus makanan, asalkan memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Diketahui pada 2009 lalu BPOM telah melakukan penelitian 17 jenis kemasan polistirena dan ditemukan fakta bahwa residu stirena dalam styrofoam masih berada di bawah batas maksimal yakni hanya 10 sampai 43 ppm saja per kemasan.

Meski aman dipakai sebagai wadah daging, buah, sayur, dan beragam makanan siap santap lainnya, isu-isu lingkungan yang selalu dikaitkan dengan limbah styrofoam harus benar-benar diperhatikan. Untuk diketahui, aktivis lingkungan menentang penggunaan styrofoam karena produk ini tidka dapat terurai oleh tanah dan menjadi penyebab utama banjir.

Limbah bungkus makanan termasuk styrofoam juga selalu menjadi masalah yang selalu menemui jalan buntu untuk diselesaikan. Salah satunya adalah minimnya pengetahuan masyarakat mengenai tata cara mengolah sampah sehingga dapat dimanfaatkan kembali.

Cara paling mudah adalah dengan memilah-milah sampah styrofoam agar dapat dikumpulkan dan didaur ulang menjadi bahan-bahan rumah tangga daur ulang yang lebih ramah lingkungan. Ini karena sampah polistirena adalah sampah yang 100 persen dapat digunakan kembali.

“Jadi persoalannya bukan hanya yang dapat terurai oleh alam, tetapi mana yang siklus atau daur hidupnya lebih ramah lingkungan mulai dari pemilihan bahan baku, cara produksi, penggunaan produknya hingga pendaur ulangan sampahnya memakan energi yang paling sedikit, dan tidak menimbulkan pemanasan global, “ pungkasnya.

Jadi, apakah Anda masih mau memakai styrofoam untuk pembungkus makanan?#