Pohon yang bunganya bermekaran di bulan Oktober dan November ini berfungsi sebagai penyerap karbondioksida dari polusi kendaraan.

Belakangan, Surabaya kerap diidentikkan dengan Jepang, karena deretan pohon Tabebuya yang mirip dengan sakura. Tahukah Anda, itu adalah cara Kota Pahlawan melawan polusi udara sekaligus membuat kota lebih sejuk dan tertata.

Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya menanam ribuan pohon tabebuya di sejumlah wilayah termasuk jalan dan taman di Kota Surabaya. Tercatat Surabaya memiliki lebih dari 300 ruang terbuka hijau di seluruh wilayah kota.

Pohon yang bunganya bermekaran di bulan Oktober dan November itu juga memiliki struktur ranting yang rindang, serta pohonnya tidak terlalu tinggi. Tabebuya berfungsi sebagai penyerap karbondioksida dari polusi kendaraan.

Selain memperindah kota dan mengatasi polusi, pemerintah kota juga berencana akan menjadikan momentum Oktober dan November sebagai musim Tabebuya yang diharapkan bisa menarik kunjungan wisatawan untuk datang ke Surabaya.

Tak hanya Surabaya, kini Kota Medan dan Magelang juga mempunyai pemandangan indah ketika memasuki pergantian musim kemarau menuju musim penghujan. Pemandangan indah tersebut yakni mekarnya bunga Tabebuya yang penampakannya menyerupai bunga Sakura dengan warna-warna yang indah.

Penasaran dengan pohon Tebebuya? Sebagai informasi awal, menurut Master Gardener Association Of San Diego County, Tabebuya atau Tabebuia adalah tanaman asli hutan hujan Amazon, benua Amerika bagian tengah dan selatan serta wilayah tropis Meksiko. Tabebuya sendiri memiliki 100 spesies pohon, termasuk Tabebuya yang ditanam di wilayah kota Surabaya yang berjenis Tabebuia Chrysotricha.

Habitat asli Tabebuya berasal dari tempat dengan keadaan iklim kering, oleh sebab itu Tabebuya dapat bertahan hidup di wilayah dalam kondisi kemarau seperti musim yang dimiliki Indonesia. Umumnya, pohon Tabebuya dapat tumbuh setinggi 15 meter dengan keadaan perawatan yang rutin dan maksimal.

Macam-macam warna bunga Tabebuya yakni berwarna cerah, umumnya putih, merah, merah muda serta kuning dengan bentuk seperti corong sepanjang 5 hingga 8 cm. Sementara, cara untuk menanam pohon Tabebuya yakni menggunakan biji yang dihasilkan dari buah Tabebuya. Buah Tabebuya sendiri berbentuk tabung yang mengerucut sepanjang 10 hingga 50 cm. Buah Tabebuya memiliki biji yang berjumlah sangat banyak. Berasal dari biji tersebut, dapat tumbuh tunas pohon Tabebuya.

Setelah mengetahui informasi mengenai deskripsi singkat pohon Tabebuya, kini akan disebutkan alasan pohon Tabebuya ditanam di pinggir jalan utama.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa pohon Tabebuya memiliki ukuran yang tinggi, hal tersebut dapat membantu upaya penghijauan wilayah kota. Ukuran pohon yang tinggi serta daun yang rindang dapat membantu menjaga kestabilan suhu kota.

Pohon Tabebuya yang ditanam di sepanjang jalan bertujuan untuk menyerap polusi yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, dengan ditanamnya pohon Tabebuya dapat mengurangi gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan suhu bumi semakin meningkat (global warming).

Melihat kondisi areal perkotaan sendiri yang jumlah air tanahnya semakin berkurang akibat kepadatan penduduk, pohon Tabebuya cocok ditanam di daerah perkotaan karena dapat bertahan hidup di tanah dengan kondisi kering yang dapat terpapar sinar matahari secara langsung. Namun, akan lebih baik jika ditanam dengan kondisi tanah yang subur serta perawatan yang maksimal. Hal tersebut tentunya akan menghasilkan pohon Tabebuya tumbuh lebih subur dan bunganya mekar lebih lebat.

Upaya untuk mengurangi pemanasan global perlu peran dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Jika pemerintah sudah memulai upaya dengan penanaman pohon untuk mengurangi efek gas rumah kaca, mari kita sebagai masyarakat turut membantu upaya tersebut dimulai dengan hal yang kecil. Hal kecil tersebut contohnya tidak membakar sampah sembarangan, menggunakan energi listrik seperlunya hingga upaya penghijauan di lingkungan tempat tinggal kita.

Jika bukan kita yang menjaga kondisi bumi ini, lalu siapa lagi?#