Diberi nama Bantal Cantik Anti Insomnia karena mereka menambahkan aromaterapi pada bantal tersebut dan isiannya terbuat dari serat nanas agar lebih empuk, supaya pemakai bantal lebih mudah tidur.

Menempuh pendidikan di Universitas Negeri Medan (Unimed) membuat lima orang mahasiswa berpikir kreatif untuk menghadirkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya menjadikan kulit buah nanas menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Kelima mahasiswa Unimed tersebut adalah Nurhikmah Weisdiyanti, Kiki Santoso, Riri Syavira, Liza Karina Otvyanda Pohan, dan Rionaldo Tamba. Mereka berhasil menciptakan bantal cantik anti insomnia dari limbah kulit nanas.

Para mahasiswa yang berasal dari beberapa jurusan tersebut menciptakan mesin yang mampu mengolah daun nanas menjadi bahan baku tekstil. Kemudian diolah menjadi bantal yang bermanfaat bagi kesehatan yang mereka beri nama bantal cantik anti-insomnia.

Ketua Tim, Nurhikmah mengatakan, ide awal untuk menciptakan bantal tersebut berangkat dari dirinya yang merupakan anak seorang petani nanas. Karena sering membantu orangtuanya di kebun nanas, Nurhikmah melihat banyak limbah daun nanas yang terbuang sia-sia.

Selanjutnya, ia mencoba membuat limbah kulit nanas tersebut menjadi hal yang bermanfaat. Bersama empat mahasiswa lainnya, mereka melakukan penelitian dan berhasil melihat karakteristik dari nanas, terutama nanas dari Sipahutar yang cocok untuk bahan baku tekstil.

“Sangat disayangkan jika dibuang begitu saja, ditambah lagi ternyata Sumatera Utara merupakan sentra produksi terbesar di Indonesia. Saya berpikir melihat potensi besar bagi provinsi ini jika bisa memanfaatkannya sebaik mungkin,” kata Nurhikmah.

Buah nanas yang mereka gunakan dalam penelitian tersebut adalah nanas dari Sipahutar. Jenis nanas ini memiliki serat halus dan kuat, sehingga cocok untuk dijadikan bahan baku tekstil yang kemudian dikembangkan menjadi kain, tali, juga isi bantal.

Nurhikmah mengaku, sempat bertanya kepada petani nanas Sipahutar. Ternyata, mereka juga kewalahan dengan limbah daun nanas tersebut, meski sebagian sudah dibakar dan dijadikan pupuk, tetapi masih melimpah di Sipahutar.

“Kami berusaha membantu para petani dengan memberikan edukasi. Kami beritahu, daun nanas memiliki potensi sebagai bahan baku tekstil,” ujarnya.

Nurhikmah mengakui, kesulitan dalam menciptakan bantal anti insomnia ini berada pada pembuatan alat untuk membuat serat, karena kualitas serat nanas yang dihasilkan bagus atau tidaknya tergantung alat, dan juga proses pengeringan yang membutuhkan waktu lama.

“Bantal cantik anti insomnia ini kami tambahkan aromaterapi. Isiannya terbuat dari serat nanas agar lebih empuk, supaya pemakai bantal lebih mudah tidur,” ungkapnya.

Dalam melakukan penelitian, mereka memulainya awal April hingga Juni 2019. Hasil penelitian rencananya akan dikomersilkan, tetapi bukan mereka yang menjalankan, melainkan para petani nanas sebagai mitra yang menjalankannya.

“Karena memang penelitian ini bertujuan untuk memberikan manfaat kepada petani,” pungkasnya.#