Meskipun menjalankan pembelajaran dalam jaringan, rutinitas anak Nasima seperti menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, hymne dan mars Nasima, membaca asmaulhusna, hafalan surat pendek dan doa tetap dilakukan.

TOKOHINSPIRATIF.ID – Pandemi Covid-19 telah mengubah segalanya. Terkurung di rumah, rutinitas sehari-hari serasa dilucuti. Kantor dan ruang publik dari segala jenis telah ditutup untuk memperlambat penyebaran virus corona. Tak terkecuali dengan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, kini semua dilakukan di rumah.

Sudah genap dua bulan, Muhammad Khoirun Nafi’, 30 tahun, guru Bahasa Inggris kelas 5 dan kelas 6 di Sekolah Nasima, Semarang, menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan Teknologi Microsoft Teams. Keputusan ini diambil managemen Sekolah Nasima untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Corona virus disease 2019 (Covid-19).

Imbauan untuk belajar di rumah juga telah disampaikan Kementerian Pendidikan RI dan Dinas Pendidikan Kota Semarang sejak pertengahan Maret 2020. Peralihan pembelajaran ke ranah digital menjadikan segalanya berubah.

“Pandemi ini membuat pola belajar mengajar kami berubah,” kata Nafi’ yang mengajar di Nasima sejak 2012 ini.

Pendidikan yang awalnya antara  guru dan siswa bertatap muka secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar, kini semua dilakukan melalui online, sehingga tatap muka guru dan siswa bergeser di layar komputer atau telepon seluler.

Nafi’ mengatakan, dalam situasi normal biasanya pelajaran Bahasa Inggris yang diampunya menjadi cukup menarik dan interaktif. Murid-murid cukup antusias, terlebih dengan berbagai alat peraga yang disiapkan untuk mengajar. Namun semasa pembelajaran jarak jauh seperti sekarang, semua jadi beda. Tak jarang anak muridnya merasa bosan karena harus berlama-lama menatap layar laptop atau telepon pintar.

“Penguasan teknologi, fasilitas, dan pendampingan orangtua yang berbeda juga menyebabkan materi yang disampaikan tidak secara maksimal diterima oleh peserta didik,” kata lulusan UIN Walisongo Semarang ini.

Belum lagi soal akses internet yang kadang lambat dan waktu belajar yang harus dimampatkan sedemikian rupa sehingga semua harus beradaptasi dengan segala keterbatasan waktu dan ruang. Nafi’ berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Ia mengaku rindu suasana ceria di kelasnya seperti sebelum pandemi melanda.

Sri Budiani, M.Pd., Direktur Pendidikan I Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nasima, mengakui, dalam keadaan pandemi Covid-19, aktivitas warga banyak dihabiskan di ranah digital, tak terkecuali dengan dunia pendidikan.

Beruntung, jauh sebelum wabah Covid-19 merebak, Sekolah Nasima telah bekerjasama dengan Microsoft Office untuk menunjang sistem informasi teknologi di sekolah yang didirikan oleh tokoh nasionalis religius H. Yusuf Nafi. Sehingga ketika pemerintah memutuskan Pembelajaran Jarak Jauh, Nasima telah siap dengan segala sumberdaya yang ada.

“Banyak persoalan yang muncul sudahlah pasti.  Dalam keadaan normal saja, situasi pendidikan kita belum mencapai kondisi ideal yang diharapkan, apalagi dalam kondisi ‘mendadak dalam jaringan’,” ucap Ani saat memulai perbincangan dengan redaksi SisiBaik.

Namun demikian, situasi sulit ini juga telah memunculkan hal positif, yaitu munculnya berbagai kreativitas dalam dunia pendidikan. Tanggung jawab atas keberlangsungan pembelajaran, membuat sekolah menempuh berbagai cara agar kegiatan tidak terhenti karena pandemi.

Begitu pula yang terjadi pada sekolah-sekolah yang berada di naunganYPI Nasima Semarang yang menaungi unit KB-TK, SD, SMP dan SMA yang memiliki lebih dari 1.000 siswa.

Ani mengatakan, sekolah-sekolah Nasima mulai dari satuan pendidikan terendah sampai yang  tertinggi komitmen memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dengan tetap memberikan penguatan kompetensi karakter nasionalisme dan agama, kompetensi sains dan eksakta, kompetensi bahasa dan kompetensi teknologi.

Sejak didirikan tahun 1994, perlahan namun pasti, sekolah Nasima terus bertransformasi menjadi sekolah digital. Penggunaan Teknologi Informasi Komputer dalam pembelajaran terus ditingkatkan dengan mengembangkan bahan ajar dan media berbasis digital. Pada akhir 2019, Nasima telah bekerjasama Microsoft dan menyiapkan Guru Penggerak Digital Sekolah Nasima.

“Tak disangka, pelatihan guru penggerak ini menjadi modal untuk tetap survive menghadapi situasi sulit pembelajaran di masa pandemi,” tutur Ani.

Uniknya, meskipun menjalankan pembelajaran dalam jaringan, rutinitas anak Nasima seperti menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, hymne dan mars Nasima, membaca asmaulhusna, hafalan surat pendek dan doa, tetap dilakukan.

Begitu pula dengan kegiatan khataman yang biasanya dilakukan di masjid sekolah oleh kurang lebih 200 guru dan karyawan, tetap dilakukan dalam jaringan. Kegiatan khas di bulan Ramadan 1441 dilakukan dalam jaringan dengan memvariasikan kegiatan.

Dalam keadaan normal, saat acara Pesantren Ramadan, peserta didik akan menginap di sekolah untuk beberapa hari. Namun dalam masa pandemi, kegiatan menginap tidak dilakukan. Tetapi berbagai amaliyah Ramadan tetap dihidupkan. Ada pemantauan dalam bentul digital pula menggunakan Microsoft form.

Hal ini diungkapkan Ani saat menyampaikan pengalaman implementasi Microsoft teams oleh sekolah-sekolah Nasima dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Tim Microsoft Indonesia pada Jumat, 8 Mei 2020. Kegiatan yang diakses oleh 125 partisipan dari seluruh Indonesia mendapat respon luar biasa dengan berbagai pertanyaan kritis sehingga kegiatan harus diperpanjang waktunya.

Di ujung pembicaraan, tak lupa Ani mengingatkan tentang kedisiplinan. “Belajar online butuh kedisiplinan siswa pada saat belajar. Setelah  penyebaran Covid-19 ini berakhir semoga pembelajaran jarak jauh juga bisa diteruskan sebagai pelengkap pembelajaran tatap muka,” pungkasnya.

Sumber: sisibaik.id