• Pendiri heySTARTIC

Dari Pelestari Lingkungan Jadi Ecopreneur

Berawal dari kecintaannya pada lingkungan hidup, Vania Santoso menemukan peluang bisnis yang membawanya menyabet berbagai penghargaan, baik dalam wirausaha maupun pelestarian lingkungan. Gadis asal Surabaya ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia di KTT Perubahan Iklim PBB 2019.

Satu lagi prestasi anak bangsa. Vania Santoso, 27 tahun, anak muda asal Surabaya menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim untuk PBB yang akan diselenggarakan di New York Amerika Serikat. Acara yang berlangsung pada 20 – 23 September 2019 ini diadakan guna mengumpulkan para inovator dan pecinta lingkungan untuk mengajak masyarakat mengatasi perubahan iklim dan menyerukan kegiatan yang dapat menjaga kelestarian lingkungan. KTT Perubahan Iklim ini tidak hanya dihadiri oleh para aktivis muda pecinta lingkungan, namun juga dihadiri oleh para pemimpin negara.

Gadis yang kerap disapa Vania ini mewakili Indonesia dengan inovasi kepeduliannya terhadap lingkungan. Inovasi yang ia lakukan adalah menyulap sampah menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis tinggi juga ramah lingkungan. Sampah yang Vania gunakan nantinya diolah menjadi barang-barang fashion dan aksesoris rumahan seperti tas, dompet, keranjang belanja dan barang lainnya.

Sampah yang Vania gunakan kebanyakan berupa sampah plastik seperti kantung kemasan dan karung semen. Hal tersebut diungkapkan bahwa sampah yang mengandung plastik akan sulit terurai di dalam tanah yang nantinya akn menyebabkan pencemaran tanah. Selain itu, penumpukkan sampah yang tidak tertata akan menjadi penyebab banjir.

Di acara KTT Perubahan Iklim PBB, Vania bertemu dengan 100 pemuda terpilih lainnya untuk berbagi informasi tentang usaha yang mereka lakukan dalam mengatasi perubahan iklim. Selanjutnya, 100 pemuda terpilih itu akan bertemu dalam satu agenda bersama para pemimpin negara untuk memberikan rekomendasikan kegiatan dalam menghadapi perubahan iklim.

Vania berharap, ilmu yang didapat dari KTT di New York ini dapat dibagi di Tanah Air. Selain itu, Vania ingin mengadaptasi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh berbagai negara dalam mengatasi perubahan iklim untuk diterapkan di Indonesia.

Vania berpesan, bahwa pemuda harus aktif mencari informasi di media apalagi dengan kemudahan internet, informasi dapat dengan mudah kita dapatkan. Juga, pesan yang paling utama adalah kegiatan mengatasi perubahan iklim dimulai dari diri kita sendiri yakni dengan mengurangi penggunaan plastik dan memperbaiki sistem pengolahan sampah plastik saat ini. Menurut Vania, kegiatan sesederhana itu nantinya akan berdampak besar bagi lingkungan di sekitarnya.

“Mari jaga lingkungan kita dengan menerapkan 3 R yakni Reduce, Reuse, Recycle dan ajak orang-orang terdekat kita untuk bersama menjaga lingkungan. Agar, tidak hanya kita yang dapat menikmati indahnya lingkungan tempat kita tinggal, tetapi orang-orang terdekat kita serta anak-cucu kita juga dapat merasakan indahnya lingkungan yang mereka tinggali,” ajaknya.

***

Sejak di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Vania Santoso sudah peduli pada lingkungan hidup.  Dimulai dari kampanye soal lingkungan hidup, kegiatan pelestarian lingkungan pun mulai berkembang hingga penanaman pohon dan juga pemberdayaan masyarakat mengolah limbah sampah.

Keresahan atas persoalan lingkungan, pertama kali dirasakan Vania Santoso setelah rumah tempat tinggalnya di Surabaya terendam banjir. Bersama kakaknya, Agnes Santoso, Vania membentuk komunitas yang peduli pada isu-isu dan permasalahan lingkungan pada 2005. Ia menyebutnya sebuah proyek sosial yang fokus mengedukasi masyarakat dan siswa tentang berbagai isu lingkungan.

Kedua kakak beradik ini tidak main-main dalam membangun komunitasnya, bahkan beberapa proyeknya meraih penghargaan di tingkat internasional. Dua tahun membangun komunitas peduli lingkungan, pada 2007, proyek sosial Vania dan Agnes, memenangkan kompetisi Lingkungan Internasional “Volvo Adventure” di Swedia yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Proyek itu bernama “Useful Water for A Better Future”. Dari ajang ini, ia meraih pendanaan internasional untuk pengembangan proyek lingkungan senilai 10.000 dollar AS. Uang pendanaan itu digunakan untuk berbagai proyek yang menunjang keberlangsungan komunitas.

“Di sisi lain mikir, untung menang, kalau enggak ada sponsor gimana? Harus dipikirkan keberlanjutan finansial gimana,” kata Vania.

Perjalanan kakak beradik ini terus berlanjut, mereka terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang layak jual. Berbekal hobi crafting, Vania  merintis usaha produk daur ulang. Brand heySTARTIC dipilih sebagai akronim dari Start Being Exotic and Ethical. Sedangkan “hey” sendiri adalah kata imbuhan sebagai ajakan pada masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan. Dengan nama tersebut, Vania ingin menunjukkan bahwa produk-produk daur ulang sampah juga bisa menjadi sesuatu yang bernilai “wah”.

Produk yang kini terus dikembangkan dan menjadi andalan heySTARTIC adalah produk fesyen dengan bahan baku bekas karung semen. Produk-produk itu di antaranya, tas tangan, laptop case, dompet, dan lain-lain. Sekilas, orang akan mengira bahwa produk itu merupakan produk kulit, bukan daur ulang karung semen. Harga produknya bervariasi, mulai Rp 50 ribu hingga Rp 800 ribu.

Vania mengisahkan, inovasi ini awalnya muncul dari warga yang dibina oleh komunitasnya. Para warga ini dibina mengelola bank sampah di tiga wilayah, yaitu Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.

“Sampah apa pun yang masuk, dipikirin dikelola jadi apa. Bungkus kemasan kopi, koran, dan akhirnya jatuh di kertas semen. Ternyata, punya nilai jual juga di Indonesia,” kata Vania.

Berbagai eksperimen dilalui untuk mendapatkan model dan kualitas seperti yang dipasarkan saat ini.  Terutama, untuk mendapatkan pelapis yang tahan lama dan menghasilkan produk dengan kualitas baik. Menurut Vania, pelapis yang digunakan benar-benar ramah lingkungan dan tahan air.

HeySTARTIC yang sejak 2007 merupakan social project untuk pemberdayaan masyarakat ini ternyata sudah mendapatkan banyak apresiasi mulai dari nasional hingga internasional. Pada tahun 2011, bisnis ini terpilih mewakili Indonesia dapat Penghargaan Ecopreneurship Make A Difference dari Hong Kong, 2011. Sejak saat itu, brand ini mendapat label pelopor ecofashion di Indonesia.

“Pencapaian bagi saya nggak cuma dari penghargaan, tapi juga kepuasan batin melihat reaksi orang yang terkagum-kagum saat tahu produk heySTARTIC. Nggak jarang lho, mereka memuji: “Wah nggak nyangka ini produk daur ulang” atau “Wah seperti kulit yah! Modelnya keren-keren”. Puas sekali rasanya,” tuturnya.

Perjuangan Vania dan Agnes tidak lepas dari proses belajar serta trial dan error. Semua ini mereka lalui berkat pembekalan yang ia dapatkan dari berbagai pihak. Salah satunya saat ia mengikuti Wirausaha Inovatif Berbasis Sosial Lingkungan (WIBSL) yang diadakan Innotech dan Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna/ Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC). Ia terpilih sebagai juara dalam kompetisi ini. Dari sini pula Vania belajar banyak hal, terutama dari para pengusaha yang telah mapan.

“Di SETC berproses beberapa bulan, dari karantina, pameran, presentasi. Saat itu menang dan dapat bantuan Rp 50 juta. Banyak dapat dukungan dan pengayaan karena dipertemukan dengan para entrepreneur yang sudah berhasil, ikut pameran-pameran, termasuk di Galeri House of Sampoerna,” ujar peraih Young Eco Hero dari Action for Nature (2008) di Amerika Serikat ini.

Ia juga mengaku mendapatkan kesempatan untuk mendalami mengenai bisnis sosial di SETC.

“Jadi waktu ikut WIBSL Sampoerna dan Innotech itu, kami dipertemukan langsung dengan para praktisi bisnis sosial yang udah mapan di bidangnya. Jadi bisa belajar langsung dari yang sudah ngejalanin. Oh, bisnis sosial itu seperti ini, bisa menggali story-nya,” kata Vania.

Ke depan, Vania berharap agar produk daur ulang dan ramah lingkungan semakin diminati di Indonesia. Oleh karena itu, untuk saat ini, ia fokus mengembangkan pasar dalam negeri. Alasannya, tujuan dari bisnis sosial yang dijalaninya adalah mengedukasi masyarakat Indonesia soal isu lingkungan.

Kepada para generasi muda yang ingin berwirausaha, ia berpesan, agar mewujudkan mimpi. Tak hanya bermimpi, tetapi juga melakukan aksi. Apalagi, jika bisa bermanfaat bagi masyarakat.

“Business plan terbaik adalah business plan yang dilakukan. Selain direncanakan, juga harus aksi. Percayalah, ketika kita sudah melakukan aksi, banyak hal yang di luar perkiraan kita,” pungkas Climate Champion British Council East Asia Region 2010 ini.

Riwayat Hidup

Biodata

Nama               : Vania Santoso

TTL                   : Surabaya, 11 Januari 1992

Instagram        : @ avaniasantoso

Facebook         : http://facebook.com/vanvanias

Pendidikan

Sarjana S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Penghargaan

  • Juara 1 Program Lingkungan Volvo dan PBB di Swedia, 2007.
  • Young Eco Hero dari Action for Nature, 2008
  • Ashoka Young Changemakers, 2009
  • Climate Champion British Council East Asia Region 2010
  • Penghargaan Satyalencana Wirakarya dari Presiden Indonesia, 2011
  • Penghargaan Ecopreneurship Make A Difference dari Hong Kong, 2011
  • Penghargaan Young Leaders for Indonesia Award 2014 dari McKinsey & Company, Penghargaan Young Social Entrepreneur 2015 dari Singapore International Foundation
  • Juara Indonesia 2016 untuk Penghargaan Global Student Entrepreneur dari Organisasi Entrepreneurs.
  • Juara 1 Lomba Wirausaha Inovatif Berbasis Sosial Lingkungan (WIBSL)
  • Duta Lingkungan Hidup Asia Pasifik
  • Mahasiswa Berprestasi Unair#