Gerakan konservasi Kima tentu tak akan menjadi massif jika kesadaran dalam menjaga lingkungan pada diri sendiri belum tertanam. Masih perlu banyak hal dalam upaya memukul mundur krisis iklim, salah satunya dengan mempertebal kesadaran setiap individu untuk menjaga lingkungan.
TOKOH INSPIRATIF – Sebagai seorang yang terlahir dan dibesarkan dalam masyarakat pesisir, dampak serius dari perubahan krisis iklim menjadi hal yang paling dirasakan oleh komunitas saya.
Perubahan iklim akan membawa dampak buruk yang sangat besar bagi keanekaragaman hayati, mulai dari level spesies hingga ekosistem. Yang pada akhirnya kehidupan manusia pun akan terkena imbas dari perubahan iklim tersebut.
Hubungan biodiversitas dengan perubahan iklim tentu erat kaitannya. Biodiversitas atau dikenal juga keanekaragaman hayati menjaga kestabilan iklim, siklus air dan nutrisi.
Beberapa dampak perubahan iklim yang bagi keanekaragaman hayati menurut Badan Lingkungan Hidup DIY(BLH DIY), yaitu :
- Spesies range (cakupan jenis)
- Perubahan fenologi
- Perubahan interaksi antar spesies
- Laju kepunahan
- Penyusutan keragaman sumber daya genetik
Beberapa hal di atas secara langsung terjadi akibat perubahan iklim yang kemudian akan mengganggu keseimbangan rantai ekosistem baik di laut maupun di darat.
Beberapa lembaga di Sulawesi Tenggara mulai merespon isu perubahan iklim. Salah satunya adalah Toli-Toli Giant Clam yang melakukan konservasi Kima di wilayah sekitar tambang dan smelter Konawe. Konservasi Kima dianggap penting mengingat spesies ini semakin jarang ditemukan. Upaya ini diharapkan dapat membantu dalam mengatasi kepunahannya.
Kima adalah biota spesial yang dilindungi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Biota ini merupakan salah satu dari kelas Pelycypoda (bivalve) berukuran besar, yang populasinya terancam punah.
Kima merupakan moluska yang bertubuh lunak dan bercangkang, kerang ini umumnya hidup di habitat terumbu karang dan berukuran besar serta berumur panjang. Dikenal sebagai kerang raksasa, sebagian besar spesies Kima yang ada di dunia terdapat di Indonesia.
Secara tradisional, biota ini dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar pantai, baik yang digunakan untuk bahan makanan, bahan bangunan, kebutuhan rumah tangga dan sebagai souvenir maupun sebagai biota akuarium yang digemari. Di Indonesia, terdapat 7 spesies dari 10 spesies yang ada di dunia.
Kima diyakini mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem air laut. Kima dianggap sebagai penyedia makanan bagi hewan laut lainnya, penyaring air laut dan juga sebagai daya tarik wisatawan lokal maupun internasional.
Gerakan konservasi Kima tentu tak akan menjadi massif jika kesadaran dalam menjaga lingkungan pada diri sendiri belum tertanam. Untuk itu, masih perlu dan dibutuhkan banyak hal dalam upaya memukul mundur krisis iklim, salah satunya dengan mempertebal kesadaran setiap individu untuk menjaga lingkungan.***
Penulis: Sri Mauliani, Peserta Green Leaders Indonesia Batch 2